PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, MAKASSAR-- Rencana koalisi Partai NasDem dan Partai Amanat Nasional yang jauh-jauh hari mengusulkan pasangan Andi Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi, ternyata hingga saat ini belum mengeluarkan rekomendasi.
Tersiar kabar bahwa pasangan ini bakal bubar bila terlalu lama menunggu keputusan final di tengah kencangnya intrik perebutan dukungan partai di tingkat pengurus pusat. Mampukah pasangan Sudirman-Fatmawati 'langgeng' hingga tercetak di surat suara?
Pendaftaran calon kepala daerah pada Pilkada Serentak 2024 akan dimulai 22 Agustus mendatang. Artinya, tersisa kurang dari dua bulan lagi, proses menentukan pasangan akan berakhir. Namun, hingga saat ini paket kandidat masih relatif berubah.
Pasangan Sudirman-Fatmawati, kendati sudah didukung oleh NasDem dan PAN, namun belum mengantongi secarik kertas rekomendasi. Baik NasDem maupun PAN hingga saat ini belum memastikan akan mengeluarkan rekomendasi kepada pasangan tersebut.
"DPP NasDem masih mengatur jadwal untuk penyerahan rekomendasi untuk Pilgub," kata Wakil Ketua Bidang Media dan Komunikasi Publik NasDem Sulsel, Mustaqim Musma, Selasa, 11 Juni 2024.
Mustaqim mengatakan, pasangan Sudirman-Fatmawati telah diputuskan dalam rapat pleno NasDem Sulsel, beberapa waktu lalu. NasDem juga telah menentukan figur-figur yang akan bertarung di kabupaten dan kota. Namun, NasDem baru mengeluarkan rekomendasi di-16 kabupaten dan kota.
"Yang mereka terima bersifat surat rekomendasi. Ada yang berupa paket atau pasangan, ada juga yang baru satu nama," ujar dia.
Sementara itu, Ketua Desk Pilkada PAN Sulsel, Muhammad Irfan menegaskan bila PAN belum final dalam mengusung pasangan kandidat di Pilgub Sulsel.
"Hingga saat ini, rekomendasi PAN belum diberikan kepada calon gubernur Sulsel mana pun. Belum ada pleno penetapan di DPW atau DPP PAN," tegas Irfan.
Anggota DPRD Sulsel itu mengatakan, meskipun PAN dikabarkan akan mengusung salah satu pasangan calon, namun hal itu belum final di internal PAN. Selain itu, salah satu faktor penting, kata Irfan, adalah bakal calon yang diusung sudah melewati tahapan yakni proses pendaftaran.
"Kami di partai punya mekanisme. Siapa yang daftar, maka akan diusung sesuai kriteria dan mekanisme. Kalau tidak mendaftar di DPW, bisa DPP," imbuh Irfan.
Dia mengatakan, PAN sebagai partai politik membuka ruang yang sama kepada semua bakal calon gubernur. Menurut dia, beberapa figur yang telah mendaftar adalah Ilham Arief Sirajuddin, Danny Pomanto, Andi Muhammad Bausawa Mappanyukki, dan Sudirman Sulaiman.
"Tapi, Sudirman Sulaiman belum mengembalikan formulir. Kami juga membuka ruang kepada Iwan Aras dan Adnan Purichta Ichsan bila ingin mendaftar," ujar Irfan.
Belum adanya surat rekomendasi resmi dari pengurus pusat Partai NasDem maupun PAN untuk Sudirman-Fatmawati sebagai calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulsel 2024, menimbulkan spekulasi akankah koalisi ini kokoh hingga pendaftaran di KPU, atau malah sebaliknya terbentuk koalisi baru.
Menurut pengamat politik dari Universitas Hasanuddin Makassar, Andi Ali Armunanto, dalam dunia perpolitikan semuanya dinamis. Politik bergerak menuju arah yang menguntungkan mereka, bahkan sesuatu yang telah direncanakan pun bisa sewaktu-waktu berubah tergantung arahan peta politiknya.
"Saya rasa politik itu sangat dinamis. Kami lihat juga bagaimana pergerakan-pergerakan dari partai politik saat ini. Pergerakan aktor-aktor politik memang belum ada yang fiks (tetap) dan masi masih mencari bentuk, begitu juga dengan koalisi yang terbentuk," ungkap Andi Ali.
Pergerakan Nasdem dan PAN yang lebih awal mengumumkan jagoannya untuk diusung pada Pilgub Sulsel 2024, dinilai sebuah gebrakan dan taktik politik untuk mengejar rekomendasi resmi dari pengurus pusat. Alasannya, kata Andi Ali, dikarenakan partai politik dalam mengusung calonnya maju bertarung baik di Pilgub maupun Pilkada, salah satu acuannya adalah hasil survei.
Sehingga, sambung dia, bila lebih awal diumumkan sudah berpaket, maka akan timbul reaksi masyarakat seperti apa penerimaannya. Termasuk, secara tidak langsung elektabilitas pasangan tersebut akan naik.
"Tentunya dengan mengumumkan pasangan calon secepatnya, tidak hanya memberi kesempatan pada parti untuk melakukan negosiasi tapi juga memberi kesempatan pada aktor politik atau kandidat yang di usung untuk meningkatkan elektabilitasnya di masyarakat," sebutnya.
"Meskipun saya rasa calon usungan NasDem dan PAN memang relatif belum aman. Tapi jika dibandingkan dengan kadidat lain, tentunya posisi Sudirman-Fatmawati ini jauh lebih aman ketika dibandingkan dengan misalnya Danny Pomanto, Indah, Ilham, ataupun Adnan, yang jelas jelas belum punya kendaraan," Andi Ali.
Andi Ali mengatakan, dalam dunia politik hal-hal kecil memang tak bisa diabaikan dikarenakan bisa berdampak besar, seperti pemberian rekomendasi resmi untuk pasangan calon Sudirman-Fatmawati. Tapi, bila melihat hal yang dilakukan NasDem dan PAN, ini bisa berdampak pada terbentuknya polarisasi politik di Sulsel.
"Dan saya rasa juga partai di tingkat nasional akan melihat polarisasi politik di Sulsel untuk mengumumkan kandidatnya. Begitu juga NasDem sayakira tidak akan main-main dengan aspirasi lokal dengan dinamika politik lokal. Inikan hanya persoalan legalitas saja, tapi persoalan proses mereka sudah memulai proses ini dari awal jika dibandingkan kandidat lainnya," ujar Andi Ali.
Adapun, pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar Ibnu Hajar Yusuf menyatakan bila NasDem dan PAN sudah menyatakan dukungan terhadap paket Sudirman-Fatma namun rekomendasi belum keluar, itu menjadi tanda tanya besar bagi kedua partai tersebut. ini. Apalagi di pilkada daerah, khusus NasDem. sudah mengeluarkan rekomendasi baik itu secara perseorangan maupun pasangan.
“Saya kira ada tanda tanya besar ada apa? Artinya jangan sampai rumah internal mereka belum selesai,” kata Ibnu Hajar.
Dirinya menyebutkan paket ini diprediksi hanya diinginkan oleh tingkat provinsi saja, sementara tingkat elit atau DPP tidak menginginkan Sudirman-Fatma.
“Bisa saja DPP memiliki banyak pertimbangan, sementara di tingkat provinsi sangat terburu-buru tanpa ada perhitungan yang matang,” ujar dia.
Soal adanya potensi pasangan ini akan berubah ke depan karena sampai saat ini belum memiliki rekomendasi, menurut Ibnu Hajar, itu bisa saja terjadi. Dia mengatakan, politik itu seni yang banyak kemungkinan. “Biya, ya, bisa, tidak. Karena bisa saja ada skema baru yang dikonsultasikan elit partai ke tingkat lokal. Dan tingkat pusat juga tidak ingin gegabah, apalagi mau membeli kucing dalam karung,” ujar dia. (rakyatsulsel/pp)