* Oleh: A Tenri Sarwan, S.M
(Aktivis Dakwah TemanTaatta
Kota Palopo)
Pendidikan adalah hak setiap warga negara. Maka, pemerintah bertanggung jawab menyediakan layanan pendidikan terbaik untuk warga negara. Setelah, polemik biaya kuliah mahal, hingga kuliah adalah kebutuhan tersier meresahkan rakyat. Salah satu pejabat negeri kembali mencuri perhatian.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy, menilai adopsi sistem pinjaman online (pinjol) melalui perusahaan P2P lending di lingkungan akademik adalah bentuk inovasi teknologi. Menurut dia, inovasi teknologi dalam pembiayaan kuliah melalui pinjol sebenarnya menjadi peluang bagus namun sering kali disalahgunakan. (tirto.id 03/07/2024)
Muhadjir mengatakan sebetulnya Pinjol jika digunakan tujuan baik justru bisa membantu pembiayaan kuliah mahasiswa. Terlebih lagi, ia menilai akan lebih baik lagi jika perguruan tinggi bisa beri subsidi terhadap bunga Pinjol mahasiswa yang menggunakan platform ini untuk biaya kuliah. (cnnindonesia.com 03/07/2024)
Pinjaman online tiba-tiba di legitimasi dapat menjadi jalan, sebagai bentuk inovasi teknologi yang dapat menjadi peluang untuk membantu pembiayaan kuliah mahasiswa atau justru pinjol untuk pendidikan ini malah berakhir menjerumuskan generasi? Atau negara benar-benar sudah tak peduli pada pendidikan generasi di tengah gaung Indonesia Emas 2045?
-- Pinjol Solusi, Ilusi? --
Cukuplah film 'Ipar adalah maut' yang tiba-tiba viral. Jangan sampai pinjol untuk pendidikan adalah maut, ikut terangkat dalam layar lebar. Bukan menjadi hal tabu bahwa beberapa waktu belakangan negeri ini sedang disibukkan dengan banyaknya korban pinjol yang berakhir bunuh diri. Na'uzubillah.
Pendidikan adalah hak setiap warga negara. Dimana harusnya negara memastikan terpenuhinya kebutuhan ini sebagai kewajiban yang harus diberikan kepada warga negara. Apatah lagi dari pendidikan inilah akan lahir generasi-generasi penerus yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan.
Sungguh sangat ironi, untuk membiayai pendidikan seorang intelektual harus disibukkan dengan pinjol yang merupakan pintu ribawi. Di tengah fakta pinjol yang bukannya menyelesaikan masalah malah menambah masalah bahkan tak jarang berakhir dengan bayaran nyawa.
Menjadikan pinjol adalah alternatif solusi untuk biaya pendidikan sejatinya adalah ilusi. Fakta yang terjadi di tengah-tengah masyarakat sudah cukup memberikan bukti.
Penerapan sistem sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan akan melahirkan solusi yang juga jauh dari sudut pandang agama. Pinjol jelas adalah pintu ribawi. Sungguh sangat disayangkan, untuk mendapatkan ilmu dalam pendidikan harus diraih dengan jalan yang tidak diberkahi. Negara alih-alih hadir, malah nampak semakin lepas tangan. Dengan ini semakin menunjukkan bahwa rakyat Indonesia mungkin memang tak layak menjadi cerdas lalu untuk apa visi Indonesia Emas 2045, jika untuk mendapatkan pendidikan saja rakyat lagi-lagi harus menjadi tumbal?
-- Move On --
Islam adalah agama sempurna dan paripurna dengan seperangkat aturan yang hadir untuk menyelesaikan setiap problematika manusia. Wajarlah jika solusi yang di hadirkan penguasa hari ini bukannya menyelesaikan masalah tetapi malah menambah masalah tersebab hadirnya bukan dari sistem shahih.
Sebaliknya setiap kebijakan yang di ambil justru berasal dari sistem rusak dan merusak, maka jadilah yang terjadi hari ini. Pendidikan adalah hak setiap warga negara yang seharusnya di peroleh secara gratis, tetapi justru harus di tanggung oleh rakyat sendiri. Bahkan tega memberikan solusi yang menjerumuskan rakyatnya. Lalu lupa pada kewajibannya untuk mengurusi urusan rakyat. Inilah buah busuk sistem rusak dan merusak, sistem sekuler kapitalis. Sampai kapan rakyat mau mempertahankannya bukankah segala bukti telah nampak, bukankah ini momentum untuk segera move on?
“Imam/Khalifah adalah pengurus dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat diurusnya.”(HR Muslim dan Ahmad).
Atas dasar inilah penguasa dalam sistem Islam memahami betul betapa mereka adalah orang yang bertanggung jawab pada rakyat. Karena tanggung jawab tersebutlah membuat seorang penguasa dalam sistem Islam hadir untuk memenuhi kebutuhan rakyat. Pendidikan salah satunya adalah kebutuhan dasar rakyat, maka penguasa yang menerapkan sistem Islam akan memastikan setiap individu rakyatnya mendapatkan pendidikan terbaik dan tentu saja pelayanan pendidikan gratis. Tak akan ditemukan seorang penguasa yang tega menjerumuskan rakyatnya pada hal yang telah jelas keharamannya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اَلَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ الرِّبٰوا لَا يَقُوْمُوْنَ اِلَّا كَمَا يَقُوْمُ الَّذِيْ يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطٰنُ مِنَ الْمَسِّ ۗ ذٰلِكَ بِاَ نَّهُمْ قَا لُوْۤا اِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبٰوا ۘ وَاَ حَلَّ اللّٰهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبٰوا ۗ فَمَنْ جَآءَهٗ مَوْعِظَةٌ مِّنْ رَّبِّهٖ فَا نْتَهٰى فَلَهٗ مَا سَلَفَ ۗ وَاَ مْرُهٗۤ اِلَى اللّٰهِ ۗ وَمَنْ عَا دَ فَاُ ولٰٓئِكَ اَصْحٰبُ النَّا رِ ۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ
"Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri, melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal, Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 275)
Alhasil, apakah rakyat masih ingin mempertahankan sistem rusak yang akan menjerumuskan mereka bukan hanya di dunia tetapi juga di akhirat kelak. Tidakkah sebagai muslim kita rindu dan mengharapkan ridho Allah bukan hanya di dunia tetapi hingga akhirat kelak? Maka saatnya seluruh kaum muslim bersatu dan ikut andil memperjuangkan hadirnya sistem yang di ridhoi yakni sistem Islam yang penerapannya hanya dalam naungan Daulah Islam.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اِنَّ فِيْ هٰذَا لَبَلٰغًا لِّـقَوْمٍ عٰبِدِيْنَ
وَمَاۤ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّـلْعٰلَمِيْنَ
"Sungguh, (apa yang disebutkan) di dalam (Al-Qur'an) ini benar-benar menjadi petunjuk (yang lengkap) bagi orang-orang yang menyembah (Allah)."
"Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam."
(QS. Al-Anbiya 21: Ayat 106-107) Wallahu'alam bishshawab. (*)