Oleh : Nurdin (Dosen IAIN Palopo)
Kalau membaca literatur yang ada, beberapa hal sebagai penyebab sehingga Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa kita stagnan, susah maju, apa itu ? Pertama karena kemalasan bangsa kita dalam membaca, berdasarkan data UNESCO bahwa dari 1.000 orang Indonesia hanya 1 orang yang rajin membaca.
Mengapa mesti membaca ? Ya, karena dengan membaca, otak dituntut untuk berpikir, menganalisis berbagai masalah, mencari jalan keluar dan solusi hingga menemukan hal-hal baru. Kegiatan-kegiatan ini dapat membuat orang semakin cerdas karena sel-sel otak terus dimaksimalkan potensinya dan tidak dibiarkan terlelap dalam tidur panjangnya.
Oleh karena, kurangnya minat untuk membaca ini jugalah alasan mengapa banyak di antara kita tertipu saat diiming-imingi uang tanpa sumber yang jelas. Mereka mau-mau saja. Padahal mesti dipahami, bahwa di zaman sekarang jarang orang mau memberi cuma-cuma.
Kedua, kebanyakan dari kita memilih hiburan ketimbang pendidikan. Ini bisa dibuktikan dari apa yang paling dicari dan paling populer di sosial media. Akun-akun yang biasanya berbuat konyol lebih laris dibanding akun-akun yang memberikan edukasi dan pengembangan diri.
Ketiga, ingin sukses tanpa proses. Kenapa Judi online (Judol) begitu pesatnya merambah ke mana-mana. Anak-anak sampai ibu rumah tangga, itu karena kerjanya mudah cuma klik-klik di handphone dan dapat uang. Sayangnya, kebanyakan yang niatnya mau untung malah buntung.
Keempat, suka atau senang mengurusi kehidupan orang lain. Mungkin inilah alasan mengapa acara infotainment dan gosip laku dan disenangi oleh sebagian besar masyarakat kita. Orang lain yang cerai, kita yang murka dan marah. Padahal kalau dipikir-pikir mereka itu, teman bukan saudara juga bukan.
Kelima, terlalu banyak yang korup. Korupsi itu bukan hanya tentang mengambil uang dalam jumlah yang banyak, tetapi Anda dengan bangganya menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi. Kendaraan dinas, misalnya, digunakan untuk kepentingan pribadi.
Keenam, pendidikan tidak diutamakan. Banyak di antara para orang tua tidak mau lagi menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi. Oleh karena, biaya yang mahal. Padahal pendidikan itu, harusnya menjadi prioritas. Kalaupun misalnya tidak digratiskan, paling tidak lebih murah dari yang ada saat ini.
Yang terakhir, tidak suka dikritik. Banyak di antara kita tidak senang dikritik, saat seseorang menasihatinya dengan kesalahan yang diperbuatnya, dia konsisten dengan pendiriannya yang keliru. Dia baru menyesal saat merasakan akibatnya.
Demikian beberapa hal yang paling tidak memengaruhi sehingga SDM bangsa kita tidak semaju dengan bangsa lain seperti Jepang, misalnya. Sehingga diberbagai kesempatan selalu saya sampaikan kepada anak-anak muda, mahasiswa, sebagai penerus bangsa.
Bahwa, Anda sebagai penerus estafet kepemimpinan bangsa ini, harus senantiasa menggalakkan atau menjadikan sebagai pekerjaan yaitu membaca, berdiskusi dan menulis agar dapat mewujudkan tujuan pendidikan yakni perbaikan karakter, kompetensi dan literasi.
Bukan malah sebaliknya, menghabiskan waktu dengan bermain game online atau berinteraksi dengan handphonenya hingga berjam-jam sebab akan menimbulkan ketakutan tersendiri di masa yang akan datang, seperti kata bijak ;
"Saya takut hari ketika tekhnologi akan melebihi interaksi manusia. Dunia akan memiliki generasi idiot" Albert Einstein. (*)