Oleh : Nurdin (Dosen IAIN Palopo)
Sebuah kalimat bijak dari Lao Zu "Pintar tidak Menggurui, Tajam Tidak Melukai, Cepat Tidak Mendahului", secara sederhana ungkapan itu dapat dimaknai bahwa meskipun pandai, pintar, seyogianya tidak mendikte atau menggurui orang lain, apalagi jika hanya merasa diri pintar (sok pintar)
Merasa diri pintar dan pintar adalah dua hal yang berbeda. Pintar, tidak akan menggurui sebab mereka lebih bijak, lebih, tenang utamanya dalam hal perdebatan, lain halnya dengan merasa diri pintar atau sok pintar. Terkadang sok pintar inilah yang acap kali menggurui, hal itu muncul karena ingin mendapatkan perhatian.
Bahkan, yang paling sering muncul dari mereka yang sok pintar adalah tidak lain karena ingin adanya pengakuan dari orang lain. Mereka memandang terlalu tinggi kemampuannya dan memandang rendah orang lain.
Hakikatnya, orang yang sok pintar tidak mengerti apa-apa dan untuk menutupinya dia akan semakin banyak bicara, tidak demikian halnya mereka yang berpengetahuan luas. Seperti kata Voltaire "Semakin Banyak Seseorang Mengetahui, Semakin Sedikit Dia Berbicara"
Lantas, mengapa orang merasa dirinya pintar ? Itu disebabkan karena kurangnya pengetahuan atau keterampilan sehingga melebih-lebihkan kemampuannya, yang dalam ilmu psikologi disebut efek Dunning-Kruger. Secara ilmiah, efek Dunning-Kruger dapat dijelaskan melalui beberapa poin berikut :
Pertama, Kurangnya kesadaran diri. Orang yang kurang berkompeten dalam suatu bidang sering kali tidak memiliki cukup pengetahuan untuk mengenali kekurangannya. Mereka itu tidak memiliki metakognisi yaitu kemampuan untuk mengevaluasi dan memahami pemikiran serta kinerja mereka sendiri.
Kedua, Overestimasi kemampuan. Karena kurangnya pengetahuan sehingga cenderung menganggap tugas-tugas tersebut lebih mudah (menganggap remeh) dari yang sebenarnya dan akibatnya, mereka melebih-lebihkan kemampuan mereka sendiri.
Ketiga, Ketidaktahuan yang menyebabkan kepercayaan diri berlebihan. Orang yang kurang pengetahuan mungkin sangat percaya diri karena mereka tidak menyadari kompleksitas atau kesulitan yang sebenarnya dari suatu masalah atau tugas. Hal itu pula yang menyebabkan mereka merasa lebih yakin dengan kemampuannya daripada yang sebenarnya.
Keempat, Kurva pembelajaran. Dalam proses belajar, ada fase di mana seseorang baru memulai, mungkin merasa bahwa mereka telah mempelajari banyak hal dalam waktu singkat. Namun, seiring bertambahnya pengetahuan, mereka mulai menyadari betapa sedikit yang mereka ketahui, yang akhirnya menurunkan kepercayaan diri mereka pada tingkat yang lebih realistis.
Secara singkat dapat ditarik kesimpulan dari efek Dunning-Kruger tersebut, bahwa ketidaktahuan seseorang dapat meningkatkan kepercayaan diri yang tidak profesional sehingga membuat mereka merasa lebih pintar daripada yang sebenarnya.
Terakhir, seorang bijak berkata bahwa "Semakin sedikit otak manusia terisi ilmu pengetahuan, maka semakin mudah ia berkoar-koar tanpa makna dan berbuat tanpa landasan pikiran kokoh, ia ibarat buih yang tidak memberikan dampak apapun kecuali kepuasan emosi sesaat" (*)