PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID JAKARTA -- Komoditi padi adalah salah satu komoditi dari produksi pertanian yang jarang digarap oleh investor, baik dalam negeri maupun asing.
Berbeda dengan komoditi lainnya seperti sawit yang dikelola oleh korporasi dengan investasi besar-besaran. Sepinya investasi di komoditi padi bukan berarti investasi komoditi padi tidak menguntungkan. Hal inilah yang menggugah Ketum IKaT Nusantara, Irjen Pol (P) Drs. Frederik Kalalembang sehingga mengupayakan pengembangan produksi pertanian. Upaya itu dilakukan dengan mencanangkan modernisasi alat-alat pertanian serta pengadaan bibit unggul.
Dalam pertemuan dengan calon investor Cina di kawasan Mall of Indonesia, Jakarta utara, Kamis, 1 Agustus 2024, lalu, Irjen Pol (P) Drs. Frederik Kalalembang mengatakan peningkatan produksi pertanian perlu menjadi fokus utama, apalagi negara kita adalah negara agraris, namun sayangnya potensi sebagai negara agraris tersebut tidak dibarengi dengan pengembangan teknologi pertanian.
Masalah tersebut menurutnya merupakan peluang bisnis tersendiri.
"Jadi rencana investasi di bidang pertanian ini bukan hanya soal bisnis melainkan juga penuh dengan sarat dengan muatan sosial, sehingga diharapkan tidak hanya mendatangkan keuntungan investor tetapi juga memberi nilai tambah bagi petani. Utamanya dalam hal kesejahteraan karena diharapkan akan menambah produktivitas hasil bertani dan meningkatkan pendapatan mereka," ungkap JFK sapaan anggota DPR RI Terpilih dari Partai Demokrat Dapil Sulsel 3 ini, dengan optimis sambil menggambarkan sekilas mengenai kondisi sosio-kultul masyarakat di sekitaran Luwu Raya yang memang sangat membutuhkan sentuhan teknologi modern pertanian dalam aktivtas bertani mereka.
Potensi di bidang pertanian inilah yang menurutnya akan sangat menjanjikan dari sisi bisnis untuk berinvestasi.
"Bisnis di bidang pertanian sangat menjanjikan sekaligus membantu meningkatkan kehidupan pata petani contohnya yang selama ini mereka hanya bisa panen 4 sampai 5 Ton per hektare dengan bantuan yang kita berikan berupa bibit unggul, pupuk organik dan alat-alat pertanian modern serta penyuluhan kepada petani maka hasil produksi panen bisa meningkat dari 5 Ton sampai 8 Ton per hektar," papar jenderal polisi yang kini sudah mengamankan satu kursi di senayan dari Dapil Sulsel 3 (Pinrang, Luwu Raya, Toraja, Enrekang dan Sidrap) dalam pemilu 14 Februari lalu.
Selain itu, menurut Irjen Pol (P) Frederik Kalalembang, perlu adanya kesinambungan antara petani dan pengelola atau pebisnis sehingga semua akan mendapatkan keuntungan yang maksimal dalam rangka meningkatkan produksi pertanian serta kesejahteraan petani di daerah.
"Contohnya saja dalam aktivitas membajak sawah dengan menggunakan traktor akan meningkatkan penghasilan sampai 15%, demikian juga dengan bibit unggul dan ketersediaan pupuk organik yang terjangkau bagi petani," harapnya sambil menunjukkan wilayah-wilayah potensial pengembangan pertanian di wilayah Luwu raya.
Gencarnya pemerintah melakukan impor beras sebagai upaya menutup defisit persediaan beras tentu saja membuat investasi di bidang pertanian ini cukup menjanjikan.
"Lebih baik jika kita berusaha mengembangkan lahan pertanian kita agar produktif, karena dalam jangka panjang akan memberi dampak yang sangat positif bagi petani-petani kita," sarannya sambil menunjukkan beberapa alat-alat pertanian modern yang dapat membantu petani dalam rangka efisiensi waktu menggarap sawah.
Irjen Pol (P) Frederik Kalalembang, mengingatkan agar potensi investasi di bidang pertanian ini digarap dengan serius. Hal ini bukan hanya soal keuntungan belaka dari sebuah investasi dan proses produksi pertanian, namun lebih dari itu, punya nilai luhur. Bukankan kultur dan peradaban kita sebagai wilayah agraris di nusantara tumbuh dan berkembang dari hasil-hasil bertani yang dikerjakan secara turun temurun. Maka upaya untuk membuat aktivitas bertani menjadi efisien dan produktif mengandung nilai luhur yang sangat tinggi. (idr)