PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, PALOPO-- Pembangunan Perumahan The Royal Hanifatih yang terletak di Kelurahan Takalala, Kecamatan Wara Selatan, Kota Palopo mendapat sorotan dari warga.
Mereka mengeluhkan karena dengan adanya pembangunan itu, rumah mereka kebanjiran.
Salah seorang warga, Herinda Mardin, S.Si, M.Pd kepada PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, Selasa, 6 Agustus 2024 mengatakan, pihaknya mengeluhkan pembangunan perumahan tersebut karena tidak memperhatikan rumah warga di sekitarnya.
Rumahnya yang selama ini aman dari banjir, tapi dengan adanya pembangunan perumahan tersebut, rumahnya pun kebanjiran.
Ia juga menyinggung jalan akses keluar masuk perumahan. Dirinya tidak setuju dijadikan akses keluar masuk kendaraan karena terlalu sempit. ''Kami sudah tinggal hampir 40 tahun di sini,'' katanya.
Menurutnya, akibat penimbunan areal perumahan, rumahnya terdampak banjir karena air hujan dari areal timbunan perumahan, semua mengarah ke rumahnya. Katanya, pihak developer berjanji memperbaiki saluran air, tapi sampai sekarang belum terealisasi.
Dia juga menyinggung soal saluran air (got) yang tertutup oleh developer dan rusak akibat diinjak oleh mobil pengangkut material timbunan yang keluar masuk. Sehingga, air tidak bisa mengalir keluar dan tertahan. Akibatnya, terjadilah banjir.
''Akibat jalan terlalu sempit dan terlalu dekat dengan lingkungan rumah, debu dari aktivitas penimbunan perum juga sangat mengganggu kami. Kendaraan pengangkut material timbunan sangat banyak dalam 1 hari. Debu juga menjadi banyak, berdampak pada kesehatan kami,'' katanya.
Selain itu, yang parah juga adalah saluran Air PDAM menuju rumahnya terkena linggis pekerja saluran air perum sehingga terputus dan hanya disambung dengan pipa biasa. Yang sewaktu-waktu bisa rusak/pecah lagi jika diinjak oleh mobil pengangkut material timbunan.
Menurut Erin, pihak developer berjanji akan mengganti rugi, tapi sampai sekarang tidak ada realisasinya.
''Surat perjanjian ganti rugi katanya akan dia buat, tapi sampai sekarang belum mereka buat,'' beber Dosen Universitas Negeri Gorontalo ini.
''Terus terang, kami mengeluhkan pembangunan perumahan tersebut karena tidak memperhatikan lingkungan di sekitarnya,'' beber aktivis HMI ini.
Sebenarnya, lanjut Herin, hal ini sudah difasilitasi, tapi tidak ada realisasinya. ''Pernah juga orang tua kami hampir dipukul tapi berujung damai di polisi. Lurah Takalala sudah dua kali ke lokasi tapi tidak ada juga solusi yang diberikan,'' beber Herinda Mardin.
Sementara itu, pihak developer yang dihubungi PALOPO POS, Abdul Rahman mengatakan bahwa pihaknya sudah membuat drainase mengarah ke empang supaya rumahnya tidak kebanjiran.
Menurutnya, memang selama ini, pembuangan air dari rumahnya langsung ke empang. Jadi, saat ditimbun, air hujan membuat tergenang di sekitar itu. Sehingga rumahnya dimasuki. Tapi, kita sudah buatkan drainase menuju ke empang. ''Saya kira, sudah tidak ada masalah. Kami jamin tidak ada banjir lagi,'' yakinnya.
Mengenai rumahnya yang retak, pihaknya siap memperbaikinya. Namun, untuk saat ini belum bisa dilaksanakan karena proses penimbunan masih berlangsung. Tentu getaran dari mobil pembawa timbunan masih terjadi. ''Nanti setelah itu, kita perbaiki. Karena, kalau diperbaiki sekarang jangan sampai masih ada keretakan,'' beber Abdul Rahman.
Kalau mengenai masalah debu, pihaknya akan bekerja bagaimana mengantisipasi supaya debu bisa teratasi seminimal mungkin. Karena, namanya pembangunan seperti ini, pasti ada debu. (uce)