Gelar Ritual Adat “Mappaccekke Wanua”

  • Bagikan
Ritual adat "mappacekke wanua" diawali dengan "malekke wae" dalam rangka Festival Budaya Luwu memperingati HUT ke-79 Kemerdekaan RI di Belopa, Selasa (6/8) kemarin. Nampak pengambilan air suci di Bubung Parani Kelurahan Senga. --ft: andrie/palopopos--

Awali Festival Budaya Memperingati HUT ke-79 RI

PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, BELOPA-- Kegiatan ritual adat Luwu "mappacekke wanua" di Baruga Arung Senga, Belopa kembali dilaksanakan pada Selasa (6/8/2024).

Kegiatan yang diinisiasi Dinas Kepariwisataan dan Kebudayaan Kabupaten Luwu bersama seluruh tokoh adat yang berkumpul di Baruga Arung Senga, mengawali Festival Budaya Luwu, dalam rangka memperingati HUT ke-79 Kemerdekaan RI.

Kegiatan mappacekke wanua yang secara harfiah diartikan "mendinginkan rumah atau negeri" tersebut dipimpin Asisten I Pemkab Luwu Ahyar Kasim, Kadisparbud Luwu Muhammad Afif Hamka dan beberapa pejabat Luwu serta Andi Tenri Leleang Pangerang Opu Dangile (Arung Senga, Anre Guru Anak Arung) dan Drs Andi Saddakati Arsyad Opu Dg Padali (Opu Patunru Kedatuan Luwu).

Kegiatan mappaccekke wanua ini diawali Selasa pagi kemarin dengan ritual adat 'malekke wae' atau pengambilan air suci di Bubung (Sumur) Parani di Kelurahan Senga Belopa, dilanjutkan kegiatan Maddoja Roja lalu akan dilanjutkan 'mangngeppi wae'.

Andi Saddakati Arsyad, kepada Harian Palopo Pos menjelaskan, mappacekke wanua dengan maksud untuk mendinginkan suasana atau menghilangkan ketegangan-ketegangan atau mungkin keretakan yang mungkin terjadi dalam kehidupan praktis sehari-hari yang bisa melonggarkan komitmen kesatuan 'masseddi siri' antarsesama.

"Kegiatan ini diawali dengan mallekke wae, adalah aktivitas mengambil air khusus, dimana menurut tradisi adat Luwu setiap rumpun keluarga besar memiliki Bubung Parani atau sumber air khusus untuk digunakan setiap upacara adat. Air adalah simbol kebersihan. Pengambilan air khusus ini dilakukan di Bubung Parani tepatnya di Kelurahan Senga pagi hari ini Pukul 08.00 WITA, dan air yang dimasukkan di sebuah bejana atau guci dan disemayamkan sebelum dipercikkan ke seluruh sudut Ibukota Belopa," ungkap Arsyad.

Arsyad mengatakan, setelah air suci bersemayam di bejana di Baruga Arung Senga, pada malam harinya (Bada Isa) dilaksanakan ritual 'maddoja roja'. Secara harfiah berarti berjaga semalaman yang bermaksud menjaga kesadaran (palingerreng) yang dalam masyarakat adat dianggap memiliki kekuatan adil kodrati. Maddoja roja dapat diartikan sebagai semedi atau meditasi. Kegiatan ini diawali dengan 'mattoana' atau perjamuan adat.

"Setelah itu, kita akan melaksanakan ritual 'mangngeppi' dimana dijadwalkan akan dilaksanakan menjelang puncak HUT RI, kegiatan ini adalah aktivitas memercikkan air yang merupakan inti acara mappacakke wanua. Air tersebut diarak ke perbatasan wilayah Kabupaten Luwu, dan di sepanjang jalan air tersebut dipercikkan sebagai manifestasi dari kesucian doa masyarakat adat Luwu untuk keselamatan daerah ini," tandas Saddakati. (and/ikh)

  • Bagikan