Masyarakat Tanpa Tuhan

  • Bagikan

Oleh : Nurdin (Dosen IAIN Palopo)

Chaerunnisa, anak saya yang masih duduk di bangku kuliah, senantiasa membantu memesan membeli buku melalui online, sebab selain saya tidak mau berurusan dengan sosial media terlalu dalam, juga termasuk Gagap Teknologi (Gaptek) dalam hal itu, sehingga meminta bantuannya.

Salah satu buku yang saya pesan pekan lalu, cukup menarik untuk dibaca tuntas "Masyarakat Tanpa Tuhan" judul bukunya ditulis oleh Phil Zuckerman seorang profesor sosiologi dan kajian sekuler di Pitzer College, Claremont, California, AS.

Phil Zuckerman mengamati kehidupan masyarakat Skandinavia dari kacamata analisis sosiologis khususnya Swedia dan Denmark, yang menurutnya negara paling tidak religius di muka bumi. Di mana sedikit orang yang membicarakan tentang Tuhan dan memikirkan hal-hal yang teologis.

Diawal tulisannya, Phil Zuckerman mengungkapkan kekagumannya dari kedua negara (Denmark dan Swedia) itu, yang sangat bersih dan hijau. Jika ada surga bagi rakyat yang sekuler, Denmark dan Swedia mungkin menjadi surga, katanya.

Perkampungan yang istimewa, kota-kota yang menawan, hutan-hutan yang indah, demokrasi yang sehat, angka kriminal paling rendah di dunia, tingkat korupsi paling rendah di dunia, ekonomi sangat kuat, sistem pendidikan yang sangat baik, rumah sakit yang bersih. Namun, tidak banyak keyakinan kepada Tuhan.

Menariknya lagi, sebab Phil Zuckerman dalam perjalanannya mengelilingi Kota Aarhus, kota terbesar kedua di Denmark yang penuh industri dan budaya, tidak menemukan polisi dalam bentuk apapun: tidak ada mobil polisi dan motor polisi yang terlihat.

Dan yang lebih ajaib lagi, bahwa kendati kurangnya keberadaan polisi di Aarhus, angka kriminal termasuk terendah di dunia untuk sebuah kota berukuran seperti itu. Jelas, ada sesuatu yang menjaga orang Denmark dari tindak kejahatan dan itu bukan kepolisian yang ramai melainkan kebaikan kepada sesama.

Mayoritas masyarakat Denmark dan Swedia, tidak percaya adanya dosa, surga, dan neraka. Agama, mereka artikan hanya dalam hal sejarah dan warisan budaya, dan ketika mereka ditanya lebih dalam tentang agama, semua hampir selalu menekankan hal yang sama : berbuat baik kepada sesama, merawat orang miskin dan orang sakit, menjadi orang baik dan bermoral.

Seorang kawan mengkritik saya sebab membaca buku "Masyarakat Tanpa Tuhan" itu berbahaya, katanya, Saya menjawab dengan mengutip apa kata filsuf Islam terkemuka, al-Kindi bahwa "Seyogianya kita tidak usah malu menyambut dengan baik kebenaran itu serta menerimanya darimana pun asalnya, walaupun dari jenis bangsa dan umat yang jauh dan berbeda dengan kita, Sesungguhnya tidak ada sesuatu yang utama bagi penuntut kebenaran daripada kebenaran"

Tulisan Phil Zuckerman dalam bukunya yang 463 halaman tersebut, ingin memberitahu kepada pembacanya, paling tidak saya sebagai pembaca buku itu, bahwa bangsa yang tidak beragama, tidak kenal surga, neraka, tidak kenal dosa dan mengabaikan Tuhan saja bisa sebaik itu, apalagi bangsa yang (mengaku) religius, tentu lebih dari gambaran bangsa Denmark dan Swedia. (*)

  • Bagikan

Exit mobile version