PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID RANTEPAO -- Menginjak tahun 2024, Toraja International Festival (TIF) tanpa terasa telah terselenggara selama 12 tahun.
Awalnya TIF merupakan sebuah tugas yang
diberikan kepada LOKASWARA oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif pada tahun 2013 untuk mengembangkan destinasi unggulan lain di
Indonesia selain Bali, melalui daya tarik sebuah festival berkelas dunia.
Pada tahun itu, TIF diselenggarakan di kedua kota Rantepao dan Makale selama
7 hari dan dirancang oleh LOKASWARA sebagai festival budaya kelas dunia yang
menekankan pertunjukkan world music. Berhubung TIF adalah sebuah festival
berskala internasional, pada awalnya TIF dapat mengundang grup musik
internasional dari berbagai negara seperti Amerika, Kanada, Australia, Eropa,
Afrika dan Asia lainnya disamping tentu saja juga dari wilayah Nusantara.
Pada tahun-tahun awal penyelenggaraan TIF, Menteri Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif mendorong TIF untuk dapat bersaing dengan festival besar world music
dari negara lain. Misalnya saja Rainforest World Music Festival di Serawak
(Malaysia) yang telah menjadi agenda kunjungan para wisatawan asing setiap
tahunnya. Orientasi program festival Kemenparekraf pada masa itu lebih
menekankan kualitas ketimbang kuantitas.
Pada tahun 2024 ini TIF akan bekerjasama dengan Toraja Melo, sebuah NGO
yang memiliki program pemberdayaan untuk para pengrajin tenun Toraja.
Di samping itu, TIF juga bekerjasama dengan organisasi UMKM Pemda Toraja
Utara. Melalui Toraja Melo dan Organisasi UMKM Toraja Utara TIF akan
menampilan kembali rancangan busana yang keren dari para designer muda
Toraja dan Nusantara seperti pada tahun-tahun lalu.
Untuk pertunjukkan musik, TIF 2024 masih bisa menampilkan dua grup kesenian
dari luarnegeri, yaitu India dan Australia. Kebetulan grup kesenian dari India dan
Australia ini sangat unik. Dari India akan tampil grup musik rakyat bernama
Nagaland Folkloric. Nagaland adalah suku minoritas India yang sangat mirip
dengan suku seperti Dayak, Nias, Mentawai dan Toraja sendiri. Oleh sebab itu,
berbeda dengan musik India klasik yang dikenal dengan istilah Musik Hindustani
(berbasis Islam) dan Karnatik (berbasis Hindu), musik suku Nagaland adalah
musik tribal yang masih sangat sederhana dan otentik. Inilah yang menyebabkan
musik Nagaland Folkloric yang akan tampil di TIF ini sangat istimewa.
Grup musik dari Australia yang akan tampil di TIF juga grup musik suku aborigin
yang sangat menarik. Selain dikenal dengan keunikan alat musik mereka yang
bernama Didgeridoo, grup Ngulmiya yang akan tampil ini juga menekankan
unsur musik vokal suku aborigin yang jarang di dengar di luar Australia. Barubaru
ini Ngulmiya mendapatkan respon yang luarbiasa dari penampilan mereka
di dua event musik besar dunia, yaitu WOMEX (Worldwide Music Expo) di Lisbon
dan WOMAD (World of Music and Dance) di New Zealand. Dengan bangga TIF
2024 mempersembahkan Ngulmiya (nama pemusiknya) sebagai artis unggulan
TIF di tahun ke 12 ini.
Di samping kedua grup asing ini, TIF 2024 tahun ini juga akan menampilkan
bintang musik Indonesia sendiri, yaitu Ras Muhamad yang dikenal sebagai Duta
Musik Reggae Indonesia. Pada penampilannya di TIF 2024 ini Ras akan ditemani
oleh seorang pendatang baru yang lagu-lagu singlenya mulai dikenal dikalangan
pecinta musik Indonesia. Pendatang baru ini tidak lain adalah Satya Cipta,
penyanyi jelita yang berdomisili di Bali. Sebelum merilis album solo nya Satya
Cipta sudah dikenal di Eropa sebagai penyanyi Indonesian National Orchestra
(INO), sebuah grup world music Indonesia yang ternama dan pernah tampil di
TIF 2013.
Selain grup musik dari dalam dan luarnegeri yang berorientasi pada genre world
music modern, TIF 2024 juga akan menampilkan 2 buah grup musik dan tari dari
Sulawesi yang tradisional, yaitu Baruttung dari Enrekang dan Tari Ullung Allo
dari Polewali Mandar. Bagi penonton yang cinta dengan musik atau kesenian
tradisional Sulawesi, penampilan kedua grup musik dari Enrekang dan Polewali
Mandar ini jangan sampai terlewatkan.
Di antara semua penampilan grup-grup musik dari luar negeri dan Nusantara
tadi, yang menjadi inti dari pergelaran Toraja International Festival (TIF) tentu
saja adalah grup kesenian dari Toraja sendiri. Seperti tadi telah disinggung,
kekayaan, keunikan dan kesakralan seni musik Toraja sangat sulit dicari
padanannya didunia. Banyak bentuk-bentuk musik Toraja seperti misalnya
Ma’dandan dapat dilacak balik ke era Neolitik ribuan tahun yang lalu. Musik ini
merupakan prototip dari banyak bentuk musik didunia. Wilayah Sulawesi
Selatan sendiri dengan lukisan dalam goa Leang-Leang di daerah Maros memang
dikenal sebagai asal muasal munculnya apa yang sekarang dinamakan sebagai
kesenian. Oleh sebab itu, apa yang masih hidup pada masyarakat Toraja
sekarang adalah saksi dari kehidupan budaya masyarakat purba Indonesia
dimasa silam. Hal inilah yang membuat Toraja menjadi sebuah lokasi festival
musik dan budaya yang prima dan langka di Indonesia.
Silahkan datang dan saksikan TIF ke 12 di tahun 2024 yang disajikan dengan
gratis, megah serta berkualitas internasional pada tanggal 10 dan 11 Agustus
yang akan datang di Alun-Alun kota Rantepao yang indah!(rls/idr)