Hadirkan Panre/Empu Perempuan Santi
PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, BELOPA-- Kegiatan Festival Budaya Kabupaten Luwu dalam rangka memperingati HUT ke-79 Kemerdekaan RI pada Kamis (8/8/2024) lalu, menyajikan kegiatan ritual adat "mattompang" yang diselenggarakan di halaman Kantor Dinas Kepariwisataan dan Kebudayaan (Disparbud), Belopa.
Kepala Disparbud Luwu, Muhammad Afif Hamka SIP MSi Phd CRA CGCAE dalam sambutannya mengungkapkan, kegiatan Mattompang menjadi salah satu kegiatan pamungkas di Festival Budaya Kab Luwu, dimana kegiatan ini juga dirangkaikan dengan beberapa kegiatan seperti pameran benda-benda pusaka yang diikuti oleh sejumlah komunitas kolektor benda-benda pusaka dari beberap daerah di Sulawesi Selatan.
"Kegiatan Mattompang ini juga kita rangkaikan dengan sajian pembuatan badik/keris dengan menghadirkan Panre/Mpu perempuan atas nama Santi. Pula kita laksanakan kegiatan pameran benda-benda pusaka termasuk benda pusaka yang digunakan di jaman Kedatuan Luwu yang dimiliki Arung Senga seperti Pasalappa, Pammicuang Kempu, Paojengki. Alhamdulillah kegiatan ini juga disempurnakan dengan penampilan Sanggar seni Alfarabi Kabupaten Bulukumba salah satu daerah di Sulsel yang masih melestarikan kehidupan adat budaya leluhur Kajang yang menampilkan tarian oleh kaum perempuan Bulukumba yang kebal dengan senjata badik," ungkap Afif.
Afif mengatakan ada lebih dari 100 buah benda pusaka dari Kabupaten Luwu dan beberapa daerah di Sulsel yang dipamerkan, termasuk badik/keris Luwu, sebagai repesentasi daerah berjuluk Bumi Sawerigading ini memang sejak jaman dahulu kala Kedatuan Luwu dikenal dengan peradaban besinya yang membentang dari Luwu Timur hingga ke Kolaka Utara.
"Ritual adat mattompang, membuat badik oleh Panre harus tetap kita lestarikan sebagai bentuk pembelajaran sejarah budaya buat anak cucu kita. Saya atas nama Dinas Kepariwisataan dan Kebudayaan sangat berterima kasih atas sumbangsih dari Arung Senga mewakili Kedatuan Luwu yang aktif melaksanakan kegiatan ini," kata Afif.
Untuk diketahui ritual mattompang yang dibuka Asisten I Pemkab Luwu Ahyar Kasim SH, MH tersebut adalah ritual adat yang sudah ada sejak Kedatuan Luwu 'Mattompang Arrajang', yaitu ritual mencuci serta mensucikan kembali benda pusaka Kedatuan Luwu. Ritual Mattompang yang dilaksanakan Disparbud Luwu dipimpin tokoh adat dan pemerhati benda-benda pusaka Luwu dan Sulsel, drh Syamsul Hilal Ramsah, yang diawali dengan Massure'.
Dihadapan para pihak yang terleibat dalam Mattompang ini tersaji Sokko Patanrupa, gula merah dan kelapa, jeruk nipis, dan pisang raja. Sokko (ketan,red) empat wara tersebut menggambarkan unsur yang menyusun manusia yaitu tanah, air api dan udara. Namun tradisi ini tidak lagi dianggap seperti itu pasca masuknya ajaran Islam, dimana ketan empat warna disimbolkan sebagai 4 orang sahabat Rasulullah SAW.
"Ada semboyan di Luwu ini Pattuppu ri ade' E pasanre ri syara' E. Ritual Mattompang ini juga demikian, sebuah ritual adat, namun segala sesuatunya harus kita sandarkan ke agama dalam hal ini Agama Islam," kata Syamsul Hilal. (and/ikh)