Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila ( BPIP) Yudian Wahyudi menjadi sorotan publik, dihujani kritik selain Organisasi Masyarakat (Ormas) keagamaan Islam, juga para netizen, terkait dengan peraturan larangan penggunaan jilbab yang dibuatnya saat pengukuhan Paskibraka Nasional.
Meski Yudian Wahyudi telah meminta maaf atas peristiwa itu, netizen belum juga berhenti mengkritisinya bahkan tidak jarang dari mereka mengungkit kembali kebijakan-kebijakan yang pernah diambil oleh guru besar UIN Sunan Kalijaga tersebut, yang dianggap kontroversial.
Padahal dalam konteks ini, sejatinya ketika seseorang telah meminta maaf (bukan pada Yudian Wahyudi saja) dan mengakui kesalahannya. Maka, sebagai umat beragama tentu dengan senang hati akan menerima permintaan maaf tersebut. Bukankah Tuhan maha pengampun, maha pemaaf ?
Di lain sisi, Yudian Wahyudi dan siapa saja yang memiliki kewenangan untuk mengambil sebuah keputusan di negeri ini harusnya senantiasa memegang prinsip kehati-hatian apalagi itu menyangkut keagamaan sebab negara ini bukan negara sekuler.
Penggunaan jilbab, juga pernah saya pertanyakan (di tahun 2017) kepada Prof. Qasim Mathar, salah seorang guru besar UIN Makassar, saat itu saya masih duduk di bangku kuliah, "Bagaimana pandangan Prof, saudari Najwa Shihab tidak mengenakan jilbab ?"
Pertanyaan itu sontak membuat orang dari berbagai disiplin ilmu yang hadir (mulai dari ilmu hukum, penceramah, penyuluh agama sampai penghafal Al-Qur'an) terdiam sejenak, entah diamnya karena pertanyaan saya atau menunggu jawaban dari sang Profesor.
Tanpa pikir panjang, Prof. Qasim Mathar memberi jawaban singkat atas pertanyaan itu, "Lebih banyak buku yang dibaca Prof. Quraish Shihab (ayah Najwa Shihab) daripada Anda". "Masih ada pertanyaan lain ?" Lanjut Prof. Qasim Mattar memberi kesempatan mahasiswa lainnya untuk mengajukan pertanyaan.
Saya yang menerima jawaban dari sang guru besar tersebut, tentu menyisakan tanda tanya apalagi di samping kiri kanan tersenyum (rada mengejek). Apa hakikat dari jawaban itu, apakah itu sindiran bagi saya agar lebih banyak membaca ataukah sekedar ingin memberitahu, bahwa ayah Najwa Shihab itu adalah ulama terkemuka, bukan hanya di Indonesia tapi dunia, entahlah, hanya Prof. Qasim Mathar lah yang mengetahui makna dari jawaban itu.
Oleh karena, saat itu tidak ada lagi mahasiswa yang mengajukan pertanyaan. Prof. Qasim Mathar balik bertanya ke saya "Tahukah Anda, apa itu menutup aurat, apa itu aurat ?" Saya yang dangkal pengetahuannya tentang ilmu agama Islam, menjawab seadanya "Hanya wajah dan telapak tangan yang boleh terlihat Prof."
Sejenak sang guru besar itu membalikkan badannya dan membelakangi kami yang hadir, lalu berbalik dan berkata "Kalau Anda risih melihatnya dan orang lain risih melihatnya, itulah aurat", saya semakin bingung dengan jawaban itu dengan membayangkan keadaan saat ini.
Yang jelas, bahwa semakin banyak kaum hawa yang mengenakan jilbab, apakah itu hanya mengikuti mode atau benar-benar karena ketakwaan kepada Tuhan, tentunya menjadi kebanggaan kita sebagai umat Islam, sebab paling tidak hal itu dapat mencegah 1001 macam kemaksiatan.(*)