SALMAN

  • Bagikan

(Putra Malangke Penanggung Jawab Proyek Lokasi Apel Kebangsaan dan AKRS HUT RI ke-79 di IKN)

* Oleh: Zulham Hafid
(Penulis Sejarah Budaya Tana Luwu/ASN Pemkot Palopo)



Hari-hari menjelang 17 Agustus kali ini sungguh melelahkan bagi Muhammad Salman. Sebagai project manager di PT Nindya Karya, ia bertanggungjawab atas rampungnya Taman Kusuma Bangsa, lokasi tempat pelaksanaan Apel Kebangsaan dan Renungan Suci (AKRS) yang mulai dihelat di Ibukota Negara (IKN) Nusantara mulai tahun ini.

Putera kelahiran Malangke, 27 April 1990 ini patut berbangga. Ia dipercaya dari ribuan karyawan salah satu BUMN ini untuk memimpin Proyek Beranda Nusantara di IKN. Proyek ini adalah salahsatu fasilitas penting yang berada di sumbu utama Kawasan Pusat Inti Pemerintahan IKN. Sungguh ngeri menyebutnya: sumbu utama di pusat inti. Sebuah titik di tengah-tengah Indonesia yang mengambil banyak perhatian kita akhir-akhir ini.

Project Beranda Nusantara ini merupakan penataan areal sekitar 12 ha yang terdiri atas beberapa fitur penunjang. Selain Taman Kusuma Bangsa yang di dalamnya terdapat api abadi, sayap pelindung dan berdiri patung Soekarno-Hatta, di Beranda Nusantara ini juga dibangun tiang bendera setinggi 79 meter dan merupakan konstruksi tiang bendera tertinggi di Indonesia. Selain itu, terdapat pula Teras Nusantara yang merupakan balai pertemuan berkapasitas 400 orang yang dirancang oleh arsitek bermahzab vernakular Yori Antar.

Salman mulai mengerjakan project ini pada Oktober 2023. Ia menggandeng PENTA Architecture untuk memfinalisasi rancangan rinci kawasan yang juga biasa disebut Bukit Bendera atau plaza sipil IKN. Selain Yori Antar dan PENTA, ia juga mendapat dukungan review rancangan dari Ridwan Kamil dan penyediaan produksi patung dari perupa Nyoman Nuarta.

Salman memimpin kurang lebih 400 pekerja dalam tim ini. Mereka bekerja pagi hingga pagi kembali. Saya menyaksikan sendiri tensi kerja yang begitu tinggi di sana. Salman menghadapi bukan hanya Kementerian PUPR sebagai pemberi pekerjaan, namun pula tekanan tenggat waktu dari Otorita IKN, Kementerian Setneg, Kementerian Sosial, TNI dan Paspampres. Lebih luas dari itu semua adalah tekanan daripada netizen yang meragukan bukan hanya tentang kemampuan mereka memenuhi deadline pekerjaan, tapi juga pada rancangan/disain hingga sumber dana yang mereka pakai membangun.

Sebagai alumni Teknik Arsitektur Universitas Hasanuddin, Salman tentu telah lulus doktrin KOFTTE dari senior-seniornya. Ia bekerja tangkas dan cerdas. Pengalamannya memimpin beberapa project Nindya di daerah lain sebelumnya telah membentuk mental dan kapasitasnya di dunia konstruksi. Ia dikenal sebagai manajer yang banyak akal, efektif dan efisien dalam mengendalikan pekerjaan.

Taman Kusuma Bangsa menjadi fasilitas pertama di sumbu kebangsaan IKN yang diresmikan Presiden Jokowi. Samar-samar terdengar dari Direksi, Presiden Jokowi puas dengan kerja Salman dan timnya. Seremoni yang dijadwal hanya berlangsung 20 menit molor hingga berdurasi 40 menit. Jokowi menikmati suasana Taman Kusuma Bangsa siang itu.

Kini, konstruksi tiang bendera tertinggi di Indonesia telah kokoh berdiri di IKN Nusantara. Taman Kusuma Bangsa telah menjadi spot kunjungan terpopuler sekarang. Project Beranda Nusantara ini telah menjadi monumen. Dan, layaknya bangunan-bangunan lain, orang hanya akan melihat hasilnya. Kita kadangkala tidak mampu melihat tangan-tangan yang bekerja menghasilkan monumen-monumen itu.

Namunpun project ini telah selesai 100 persen kemudian, Salman dan 400 pekerjanya tetap akan 'ada' di sana. Ia beserta keringat dan doa-doa para tukang akan tegak abadi menyongsong Kota Nusantara yang akan dinikmati generasi baru Indonesia. Saya yang sempat berinteraksi dengan Muhammad Salman, anak pasangan Pak Suluang dan Bu Martina Rerung Lembang ini, hanya akan turut berbangga karena Wija To Luwu meninggalkan jejak yang besar di IKN Nusantara. Setidaknya, karya anak Kampung Katonantana Malangke Barat-Luwu Utara ini akan sangat berpotensi menghiasi galeri ponsel kalian jika berkunjung ke Nusantara kelak.

Akhirnya, ulang tahun kemerdekaan Indonesia tahun ini tentu sangat berbeda bagi Salman. Saya yakin, hari ini ia menitikkan air mata haru, seperti dua pekan lalu saat anaknya berjuang untuk sehat kembali saat terbaring di rumah sakit, dan Salman harus tetap on site memburu tenggat waktu menyelesaikan pekerjaan Beranda Nusantara ini.

Selamat Bung, Salman. Kami turut bangga. Dedikasimu akan selalu dikenang. (*)

  • Bagikan

Exit mobile version