Burung Beo Milik Tetangga

  • Bagikan

Oleh : Nurdin (Dosen IAIN Palopo)

Mengawali tulisan ini, saya mengutip kalimat Prof. Tito Karnavian, "Tidak baik terlalu lama di suatu tempat, selain tidak baik bagi organisasi, juga tidak baik bagi diri sendiri" Kalimat itu disampaikan usai dilantik sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri).

Dalam sebuah organisasi, pergantian pimpinan sampai pada level bawah (stafnya) adalah hal biasa dan itu merupakan keharusan sebagai regenerasi agar organisasi itu tetap berjalan dengan baik, ibarat tubuh manusia, sel-selnya harus selalu diremajakan agar tetap fit atau sehat.

Ungkapan Prof. Tito Karnavian tersebut mengandung makna yang dalam, salah satu yang paling sederhana, bahwa terkadang kalau seseorang terlalu lama di suatu tempat, merasa paling dibutuhkan yang kalau tidak ada dia, maka bagian atau tempat itu seolah-olah tidak akan berjalan dengan baik.

Fatalnya lagi, kalau sudah merasa nyaman pada bagian itu (kata orang karena tempat basah), timbul ketakutan untuk berpindah pada bagian atau tempat lain sehingga menempuh segala macam cara untuk memertahankan jabatan itu, padahal kata Gus Dur "Tidak ada jabatan di dunia ini yang perlu dipertahankan mati-matian"

Merasa nyaman atau berada pada zona nyaman seperti burung beo milik tetangga saya yang dipeliharanya sekian tahun lamanya, saking lamanya, suatu ketika pintu sangkarnya sengaja dibuka oleh tuannya sekedar ingin tahu, apakah beo itu akan keluar.

Ditunggu seharian, burung beo itu tidak beranjak keluar dari sangkarnya. Itu karena, sudah merasa nyaman selama ini diberi makan secara teratur, dimandikan dan dijemur secara teratur oleh tuannya. Padahal, di luar sana (di luar sangkarnya) makanan lebih banyak, beo itu bisa makan apa saja sesukanya, bisa mandi kapan dan di sungai mana saja dia mau.

Seperti itulah kira-kira sebagian orang jika berada ditempat yang menurutnya nyaman. Dia lupa, bahwa di luar dari zona nyaman itu, jauh lebih banyak rezeki Tuhan. Rezeki menghampiri kita, bukan karena tempat nyaman itu, bukan pula karena kerja keras, melainkan karena kasih sayang Allah SWT.

Jika sekiranya karena kerja keras, maka (mohon maaf) saudara kita yang kuli bangunan lah yang paling kaya (dalam hal harta benda). Rezeki, juga tidak boleh dalam pemikiran hanya berbentuk uang. Pikiran dan hati tenang, tidak ada masalah berarti dalam menjalankan tugas, juga merupakan bentuk rezeki yang tidak kalah pentingnya.

Dalam kehidupan ini, yang ingin diraih adalah ketenangan bukan kesenangan. Jabatan empuk atau orang lain biasa menyebutnya tempat basah juga tak kurang bahayanya sebab tidak jarang dari mereka tenggelam di sana, ditempat basah itu.

Kata seorang kawan saya "Kunci kesuksesan atau datangnya rezeki itu hanya ada satu jalannya, jangan pernah pelit kepada orang tua Anda" Ini pun tidak boleh dimaknai secara tekstual semata, tetapi dalam konteks kehidupan diharapkan senantiasa bersedekah kepada mereka yang membutuhkan. (*)

  • Bagikan

Exit mobile version