ANCAMAN KEPEMIMPINAN YANG BURUK

  • Bagikan

Penulis: Rusdy Maiseng

KESALAHAN apapun yang terjadi pada sebuah organisasi, baik itu organisasi kecil maupun organisasi terbesar yang disebut negara maka yang paling pantas untuk di salahkan adalah pemimpinnya, sebab prinsip dari kepemimpinan adalah segalanya. Bahkan pelegalan atas penyimpangan kepemimpinan selalu terjadi apabila seorang pemimpin mengidap fear of truthfulness atau adanya pemimpin atau seseorang yang takut akan kebenaran.

Akibat semakin melebarnya kesenjangan sosial yang ekstrim dimana saat ini Indonesia telah masuk pada 4 besar terburuk dunia. Situasi ini sesungguhnya sangat mengancam disintegrasi bangsa dimana korupsi kian hari kian merajalela dan demoralisasi makin kencang menuju ke titik nadir. Maka yang paling penting untuk dilakukan adalah membangun pemerintahan yang benar adalah dengan cara membangun keadilan hukum dan politik untuk tujuan kesetaraan, kesejahteraan, kemamfaatan dan kepastian terutama pada sektor ekonomi yang berantakan. Bahkan pada filosofi ekonomi politik disebutkan bahwa the economics does not lie but economists lie atau ekonomi tidak berbohong tetapi para ekonomlah yang berbohong. Artinya kesuksesan political economic policy disebuah negara itu sangat dipengaruhi oleh tanggungjawab moral etis pengetahuan dan leadership pemimpinnya.

Lantas apa yang salah pada negara ini. Mungkin saja disebabkan oleh banyaknya pemimpin yang datangnya dari tradisi plutokrasi bukan pada merit sistem yaitu kepemimpinan yang berdasarkan kemampuan atau prestasi dimana setiap orang yang mempunyai kompetensilah yang seharusnya dapat memegang sebuah jabatan, bukan pada kekayaan, kedekatan ataupun pendekatan.

Selama ini masyarakat Indonesia tumbuh dan berpegang teguh pada sistem plutokrasi yaitu tradisi feodalistik, tradisi koncoisme, tradisi nepotisme, tradisi politik balas budi dan tradisi yang menekankan senioritas dan konflik kepentingan sehingga melahirkan KAKISTOKRASI yaitu orang-orang yang menjabat dan memimpin dari kalangan birokrat yang buruk, politisi yang buruk, warga masyarakat yang buruk dan yang paling tidak memenuhi syarat bahkan paling tidak bermoral. Padahal prinsip dari sebuah kepemimpinan adalah ketika seorang pemimpin mempunyai road map atau peta jalan pada pikirannya yang dituangkan dalam bentuk konsep dan dapat diterima bukan saja pada sisi akademis namun juga pada sisi non akademis.

Sebagai bahan referensi untuk dijadikan pembanding sekaligus bahan perenungan kita semua bahwa ada tiga buku yang memberikan gambaran secara umum tentang karakteristik manusia Indonesia saat ini, yaitu;

  1. Manusia Indonesia
  2. Mitos pribumi malas
  3. Asean drama

Dimana ketiga buku tersebut telah dirangkum oleh Muhtar Lubis yang menjelaskan bahwa ada enam ciri manusia INDONESIA, yaitu;

  1. Munafik
  2. Enggan bertanggungjawab
  3. Berjiwa feodal
  4. Berwatak lemah
  5. Percaya tahyul
  6. Berjiwa seni

Semua itu menjadi bukti bahwa selama ini kita sesungguhnya masih sangat lemah dalam mengelola problema kita sendiri terutama pada problem kesadaran akan pentingnya mentalitas bernegara yaitu memaksimalkan perisai pengetahuan dalam melihat, membaca serta memahami situasi agar kita dapat terhindar dari jebakan post truth, yaitu sebuah kondisi dimana kebenaran terancam dan masyarakat terancam kehilangan arti dan substansi dari kebenaran itu sendiri. Post truth merupakan strategi yang digunakan oleh kelompok tertentu untuk mengontrol arus informasi sehingga dengan kontrol tersebut akan dapat mengontrol masyarakat (Lee Mclntyre, Pasca kebenaran). Faktanya bahwa saat ini situasi dunia memang tumbuh secara pesat namun pada pertumbuhan itu kita hanyalah mangsa dari predator dunia.

Namun sayangnya di Indonesia semua itu menjadi tidak penting lagi oleh sebab tradisi politik feodalistik yang didalamnya terdapat sistem plutokrasi yaitu pemerintahan yang lebih memilih menjadi pragmatis sehingga akibatnya sistem pemerintahan berubah menjadi sistem perusahaan negara (state capitalism). Hal ini jugalah yang menjadikan ruang disparitas semakin mengangah dan melahirkan karakter "the strong Will do what they can and weak suffer what they must atau yang kuat akan melakukan apa yang dia bisa dan yang lemah harus menderita".

Semakin pudarnya makna dan pengertian kepemimpinan demokrasi yang merupakan pemaknaan dari democracy is the government of reason through the government by the people atau demokrasi itu adalah pemerintahan akal melalui pemerintahan orang dimana kepemimpinan yang seharusnya didasari oleh kemampuan seseorang untuk memaksimalkan rasa etis dan moralitasnya lewat pikiran yang konsisten.

Maka yang kita butuhkan pada seorang pemimpin adalah yang dapat berpikir atau think the unthinkable for the people yaitu orang-orang yang mampu memikirkan hal yang tidak terpikirkan oleh orang lain. Sebab rumus untuk membangun sebuah bangsa adalah mengaktifkan kecerdasan atas pengetahuan terutama pengetahuan filosofis bernegara.

" LAKUKANLAH HAL YANG BENAR AGAR ORANG-ORANG MENYUKAIMU, BUKAN MELAKUKAN HAL YANG ORANG SUKAI, AGAR ENGKAU TERLIHAT BENAR ". Itu artinya berhentilah melakukan sesuatu yang sifatnya agar bapak SENANG !!!

RUSDY MAISENG

  • Bagikan

Exit mobile version