Oleh : Nurdin (Dosen IAIN Palopo)
Suatu ketika kawan saya memberi nasihat, "Jangan lewatkan golden momen bersama anak-anak dan keluargamu. Karena hal indah ini tidak akan terulang dua kali" Dia mengatakan itu, sebab menurutnya saya terlihat begitu sibuk dalam keseharian.
Padahal, dalam keseharian semaksimal mungkin saya selalu dalam kondisi yang santai (enjoy) tidak tergopoh-gopoh, tergesa-gesa. Oleh karena, jika itu terjadi maka akan menjadi hiburan bagi mereka yang tidak memiliki kesibukan.
Nasihat kawan di atas membuat saya teringat akan sebuah kisah di mana seorang manager yang memiliki gaji 100 juta perbulan, tengah berdiri di tepi pantai dan memandang ke arah laut ketika seorang nelayan merapatkan perahunya.
Manager itu bertanya, "Berapa lama waktu yang Anda butuhkan untuk menangkap ikan sebanyak ini ?. “Tidak lama, hanya 5 jam saja" jawab nelayan itu. “Mengapa tidak pergi lebih lama dan menangkap lebih banyak?” kata sang manager. “Ini cukup untuk keluargaku.” kata nelayan itu.
Manager kembali bertanya “Apa yang kamu lakukan selain memancing?" dijawab oleh sang nelayan, "Bermain dengan anak-anakku, tidur siang, makan siang bersama keluargaku, mengantar dan jemput anak ke sekolah, bermain gitar, ngobrol dengan teman-temanku. Ya, hidup begitu kunikmati." Katanya.
"Aku punya ide untuk membantumu," ujar si manager (sambil mengenalkan dirinya). "Aku lulusan master dari Amerika, Saranku, habiskan waktumu lebih banyak untuk menangkap ikan, membeli lebih banyak perahu besar, dapat lebih banyak uang, beli lagi beberapa perahu."
Manager melanjutkan sarannya, "Jangan jual ikan keperantara, jual langsung ke pengolahan sampai Anda memiliki pabrik sendiri. Kendalikan produk, distribusi, dan produksinya. Setelah itu pindah ke kota besar, lalu ke luar negeri untuk mengembangkan usaha ini.”
"Menarik, tapi berapa lama waktu yg dibutuhkan supaya aku bisa seperti itu?" tanya nelayan mulai tertarik. "Lima belas tahun paling cepat. Dua puluh tahun paling lambat," jawab sang manajer. "Setelah itu tuan ?" kata nelayan itu.
"Inilah bagian yang paling menarik, Anda bisa menjual saham perusahaan di bursa dan menghasilkan uang miliaran."
"Wah, miliaran ya. Lalu apa setelah itu Pak?"
lanjut sang nelayan. "Lalu, Anda bisa istirahat dan pulang ke rumah, Pindah ke desa kecil di tepi laut, memancing, bermain dengan anak-anak, tidur siang, makan bersama istri, mengantar anak ke sekolah, bermain gitar serta ngobrol dengan teman-teman dekat" jawab si manager.
"Oohhh….jika tujuan akhirnya hanya itu saja, kini saya telah mendapatkan apa yang saya inginkan, kalau kutunggu 20 tahun lagi, anak-anakku sudah besar, jadi tidak mungkin aku bermain dan mengantar mereka ke sekolah" jawab si nelayan sambil meninggalkan sang pengelola yang kebingungan.
Dari kisah di atas, paling tidak ingin memberitahu kepada kita bahwa sesibuk apapun tetap senantiasa memberi ruang dan waktu bagi keluarga kecil kita, berkumpul bersama, sebab tidak dipungkiri sebagian orang karena alasan sibuk, lupa akan semua itu.
Ada di antara kita pergi pagi sebelum anak-anaknya bangun dari tidur dan pulang malam saat anaknya sudah tertidur lelap semua karena kesibukan. Padahal perlu diingat, bahwa kesibukan adalah jebakan dunia yang sangat berbahaya namun, jarang disadari. Bahayanya, karena umumnya orang tidak menyadari akan bahayanya.(*)