Ekonom senior INDEF Faisal Basri meninggal dunia.-tangkapan layar-
PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, JAKARTA-- Berita duka datang dari keluarga ekonom senior Faisal Basri.
Melalui pesan WhatsApp yang beredar di kalangan media, pihak keluarga mengabarkan Faisal Basri bin Hasan Basri Batubara meninggal dunia.
"Telah berpulang ke rahmatullah hari ini. Kamis, 5 September 2024, pukul 03.50 WIB di RS Mayapada, Kuningan, Jakarta, suami, ayah, anak, abang, adik, uwak, mamak, kami tersayang: Bp. Faisal Basri bin Hasan Basri Batubara pada usia 65 tahun," tulisnya.
Pihaknya juga memohon doanya agar almarhum diberikan tempat terbaik di sisi-Nya.
"Jannatul Firdaus, diampuni segala khilafnya, dilapangkan kuburnya, diterima amal ibadahnya, serta keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan keikhlasan,"
Pihak keluarga yang mengabarkan yaitu mengatas namakan istri Faisal Basri, Syafitrie (Fitrie) bersama ketiga anaknya Anwar Ibrahim Basri, Siti Nabila Azuraa Basri, dan Muhammad Attar Basri.
Rumah Duka beralamat di Komplek Gudang Peluru, Blok A 60 Jakarta Selatan.
Sedangkan pemakaman salah satu pendiri Institut For Development of Ekonomics and Finance (INDEF) ini dilakukan pada sore nanti.
Pengantar jenazah akan berangkat setelah Ashar dari mesjid Az Zahra, Gudang Peluru, Tebet, Jakarta Selatan ke TMP Menteng Pulo, Tebet, Jakarta Selatan.
Sosok Faisal Basri
Faisal Basri lahir di Bandung, Jawa Barat pada 6 November 1959 dari pasangan Hasan Basri Batubara dan Saidah Nasution.
Faisal Basri juga dikenal sebagai salah satu keponakan mantan Wakil Presiden Adam Malik.
Semasa hidupnya, Faisal Basri pernah bersekolah di SMA Negeri 3 Jakarta dan Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI).
Selama menjadi mahasiswa, Faisal aktif di berbagai kegiatan kampus, salah satunya ketika terlibat dalam gejolak melawan Normalisasi Kegiatan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK) era Orde Baru.
Semasa hidupnya, Faisal Basri pernah diminta menjadi Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas oleh Menteri ESDM Sudirman Said pada tahun 2014. Tugasnya Untuk melakukan reformasi tata kelola minyak dan gas (Migas), yakni memberantas mafia Migas yang bersarang di sektor energi dan menata ulang kelembagaan supaya bisa bekerja optimal.
Sayang, ia tak lama di sana. Karena ruang geraknya terbatas, ia memilih untuk tidak diperpanjang. Namun, keluar dari memberantas Migas, pada tahun 2015, ia tetap diminta untuk membantu Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Tugasnya untuk memberantas mafia ikan alias anti illegal fishing.
Nama Faisal Basri sebelumnya sudah terkenal sebagai pengamat ekonomi, aktivis, dan politikus. Di tengah kesibukannnya, ia tetap mengajar. Ekonomi politik mata kuliah yang diajarkannya.
Di dunia politik, ia pernah mencalonkan sebagai gubernur DKI dari jalur independent berpasangan dengan Biem Benyamin, putra dari tokoh legendaris Betawi Benyamin Sueb untuk mengikuti Pilgub 2012. Saat itu ia bersaing dengan Joko Widodo. Sayang, ia belum berhasil.
Meski kalah, tak membuat Faisal Basri berdiam diri. Ia tetap mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat dan berbau korupsi. Bahkan saat ia masuk lingkaran penguasa, ia tetap kritis. Itulah sosok Faisal Basri.
Faisal Basri merupakan pria kelahiran Bandung, 6 November 1959. Nama “Basri” merupakan nama sang ayah yang ia gunakan sebagai bentuk penghargaan terhadap ayahnya, Hasan Basri Batubara.
Ia menghabiskan masa kecilnya di Kota Kembang hingga usia 6 tahun. Lalu kemudian hijrah ke ibukota dan tinggal di Gang Eddy, Kawasan Guntur Halimun, Jakarta Selatan. Ia menempuh pendidikan dasar dan menengah pertama di dekat rumahnya. Selanjutnya, pria yang juga dikenal dengan nama “Faisal Batubara” ini pun melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 3 Jakarta yang berlokasi di Tebet.
Saat menginjak bangku kuliah, perjuangan Faisal Basri belum berhenti. Untuk mencapai universitas saja ia harus naik kereta berlangganan yang dibayar secara bulanan dari Stasiun Tebet. Lalu, setelah tiba di stasiun tujuan, ia harus berjalan lagi sejauh 2 Km hingga tiba di Universitas Indonesia, Salemba.
Semasa kuliah, ia sering melibatkan diri dengan berbagai kegiatan mahasiswa di bidang sosial. Ditambah lagi, kala itu, Orde Baru (Orba), sedang terjadi gejolak melawan NKK/BKK membuatnya semakin terjun ke berbagai organisasi.
Pada tahun 1981, pria yang merupakan keponakan dari Almarhum wakil Presiden RI Adam Malik ini pun memulai kariernya sebagai peneliti dengan pangkat terendah, yaitu Junior Research Assistant dengan gaji 60.000 rupiah di Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM).
Hingga tahun 1991, ia pun diangkat sebagai wakil direktur dan 2 tahun kemudian pria berdarah Medan ini pun dipercayakan sebagai direktur. Di tahun yang sama juga, ia menjadi dosen di Fakultas Ekonomi UI mengajar mata kuliah baru, Ekonomi Politik.
Pada tahun 1998, memasuki Era Reformasi, Faisal Basri juga menjadi salah satu pendiri MARA (Majelis Amanah Rakyat) yang merupakan cikal bakal berdirinya Partai Amanat Nasional (PAN) yang didirikan pada tanggal 23 Agustus 1998. Ia menjadi Sekjen pertama. Namun, belakangan ia keluar karena berseberangan dengan Ketua Umumnya Amien Rais.
KELUARGA
Orang Tua : Hasan Basri Batubara dan Saidah
Istri : Syafitrie
Anak : Anwar Ibrahim Basri Batubara
Siti Nabila Azuraa Basri Batubara
Muhammad Attar Basri Batubara
PENDIDIKAN
SMA Negeri 3 Jakarta
Sarjana Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (1985)
Master of Arts (M.A.) in Economics, Vanderbilt University, Nashville, Tennessee, Amerika (1988)
KARIER
Dosen Fakultas Ekonomi UI untuk mata kuliah Ekonomi Politik, Ekonomi Internasional, Ekonomi Pembangunan, Sejarah Pemikiran Ekonomi (1981 – Sekarang)
Dosen Frogram Magister UI (1988-Sekarang)
Junior Research Assistant di Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM-FEUI) (1981)
Wakil Direktur di Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM-FEUI) (1991-1993)
Direktur Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM-FEUI) (1993-1995)
Pembantu Ketua Bidang III di Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) (1996-2000)
Ketua Dewan Etik pada Komite Pemantau Korupsi Nasional (KONSTAN) – National Corruption Watch (NCW) (2000)
Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (1998-2000)
Ketua Partai Amanat Nasional, membawahi bidang penelitian dan Pengembangan (2000-2001)
Instutute for Development of Economics & Finance (Indef) (1995-2000)
Ketua Jurusan Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (1995-1998)
Tenaga Ahli pada proyek di lingkungan Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral, Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, Departemen Pertambangan dan Energi (1995-1999)
Rektor STIE Perbanas (1999-2003)
Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas (2014)
PENGHARGAAN
Dosen Teladan III Universitas Indonesia (1996)
“Pejuang Anti Korupsi 2003,” diberikan oleh Masyarakat Profesional Madani (MPM), Gedung Joang 45, (2004)
“FEUI Award 2005? untuk kategori prestasi, komitmen dan dedikasi dalam bidang sosial kemasyarakatan (2005). (dis/pp)