Pengamat Politik Unhas, Prof Sukri Tamma
PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Pengamat Politik Unhas, Prof Sukri Tamma mengungkapkan konstalasi geopolitik pada Pilgub Sulsel 2024 sangat sulit dimenangkan Muh Ramdhan 'Danny' Pomanto.
Menurutnya, Danny Pomanto memang punya ketokohan, namun itu mungkin hanya berlaku di daerah Makassar. Sehingga ada pekerjaan besar untuk membuatnya diterima di 24 kabupaten/kota di Sulsel.
Dalam sisi geopolitik, Danny Pomanto yang berdarah Gorontalo juga sangat sulit membangun sentimen primordial di Sulsel.
“Danny Pomanto, harus bekerja keras karena saling terkait. Karena Sulsel bukan hanya Makassar saja,” ujarnya.
Di samping itu, Danny Pomanto yang berdarah Gorontalo itu ternyata pernah mencoba peruntungannya untuk ikut maju dalam pemilihan gubernur Gorontalo 2011 lalu. Namun dia yang saat itu berpaket dengan Sofyan Puhi, dinyatakan tidak berhak ikut Pilkada Gubernur Gorontalo. Mereka tidak bisa memenuhi persyaratan jumlah suara partai politik pengusung menjadi 15 persen.
Dalam Pilgub Sulsel ini, Danny juga mendapat dukungan dari tokoh dan masyarakat Gorontalo, seperti Fadel Muhammad, Nasir Tongkodu, dan Verrianto Madjowa, sehingga telah terbangun sejak awal bahwa Danny merupakan tokoh daerah Gorontalo dan sudah membentuk basis sentimen primordial di sana.
Terkait partai pengusung Danny, yakni PDIP, Prof Sukri tak menampik bahwa sejarah politik di Sulsel memang tidak pernah dimenangkan PDIP. Faktor penyebabnya ada begitu banyak, salah satunya soal ketokohan kader yang dimiliki.
"Secara nasional PDIP mungkin adalah partai pemenang, tetapi itu tidak berlaku di Sulsel. Situasinya terbilang sulit, apalagi dengan ambisi untuk menjadi penguasa," katanya. Khususnya keinginan untuk memenangkan kadernya yaitu Danny Pomanto di Pilgub Sulsel 2024. Partai berlambang banteng itu harus berjuang keras menentang sejarah yang tidak pernah mencatatkan kadernya terpilih sebagai Gubernur Sulsel.
“Kalau kita bicara wilayah atau daerah, dalam hal ini Pilkada punya kondisi objektifnya masing-masing, punya sentimen sosial politik masing-masing. Kemudian juga terpenting adalah ketokohan,” bebernya, Sabtu (28/9/2024).
Menurut dia, untuk ketokohan kader PDIP dalam sejarah Pilkada di Sulsel lebih selalu kalah bersaing dengan partai lain. Terutama oleh Golkar yang begitu mendominasi.
“Karena Sulsel itu sejarahnya memang adalah Golkar, berpuluh tahun berkuasa. Sekarang ini saja baru bergeser ke partai-partai lain seperti NasDem, Gerindra, dan lain-lain,” ucapnya.
“Sehingga ketika ingin bersaing dengan kader partai lain, PDIP selalu sulit, bahkan harus mengalah, sebab jika memaksakan, harus siap kalah,” tambah dia.
Meski begitu, Sukri tak ingin menutup mata bahwa PDIP punya sejumlah kader yang cukup bagus bertarung di Pilkada 2024. Namun, masalahnya adalah apakah itu cukup jika disandingkan dengan kekuatan partai.
“Infrastruktur kepartaian PDIP tidak terlalu bagus, apalagi di Pemilu kemarin tidak masuk empat besar di Sulsel. Ini jelas menunjukkan tantangan berat yang harus dilalui untuk memenangkan kontestasi baik pilgub maupun pilkada di seluruh daerah,” terangnya.
Tidak hanya itu, tantangan besar lainnya bahwa hampir seluruh partai besar termasuk pemenang Pemilu di Sulsel berada di barisan lawan mereka, yaitu Andi Sudirman-Fatmawati Rusdi. Ini lagi-lagi tentu menjadi beban tersendiri bagi PDIP.
PDIP akan melawan partai pemenang, yaitu Nasdem yang berkoalisi dengan partai besar seperti Golkar, Gerindra, PKS, dan Demokrat. Kemudian ada PAN, Hanura, Gelora, dan PSI yang totalnya sebanyak sembilan partai.
Sementara PDIP, hanya dengan dua tambahan partai besar, yaitu PKB dan PPP. Sisanya partai non parlemen seperti Partai Buruh, PBB, dan Ummat.
“Di situasi ini, dengan Pilgub yang hanya diikuti dua pasangan calon, koalisi partai yang punya kekuatan lebih besarlah yang berpotensi menang. Apalagi sudah ada survei yang menunjukkan selisihnya yang bahkan mencapai sekitar 30 persen,” tandasnya.
“Nah, inilah tantangan yang harus dihadapi PDIP. Apakah bisa mencetak sejarah, atau kembali mengulang sejarah, gagal memenangkan kadernya di Pilgub. Walaupun mereka pernah menang waktu mengusung non kader,” pungkasnya.
Diketahui, PDIP Sulsel baru saja melakukan Rapat Kerja Daerah Khusus (Rakerdasus) PDI Perjuangan Sulsel yang digelar di Hotel Claro, Jumat (27/9/2024).
Pada kesempatan itu, Ketua DPD PDIP Sulsel, Andi Ridwan Wittiri mengungkapkan bahwa usungan partainya mendapat lawan yang sangat berat karena diusung oleh partai peraih suara dominan di Sulsel.
Untuk itu, diakuinya bahwa PDIP membutuhkan strategi khusus untuk memenangkan pertarungan yang sungguh amat sangat berat ini.
“Saya telah menginstruksikan untuk membentuk komandan-komandan teritorial, yang bertanggungjawab menjalankan strategi dan evaluasi pergerakan pemenangan di Pilgub,” ungkapnya.(*/Pp/Uce)