Oleh : Nurdin (Dosen IAIN Palopo)
Beberapa waktu belakangan ini, bukan hanya di Kota Palopo, tetapi merata di semua wilayah di Indonesia, panas terik matahari sepertinya membakar kulit. Begitulah kira-kira keluhan sebagian orang dengan cuaca yang ada saat ini, banyak ragam ekspresi keluhan terhadap cuaca panas.
Apapun dan atau bagaimanapun kondisi cuaca, selalu saja ada yang mengeluhkannya, mau sepanjang hari panas terik matahari, atau sepanjang hari mendung, bahkan hujan lebat mengguyur bumi, ada saja yang mengeluh dengan cuaca itu.
Sehingga sadar atau tidak, keluarlah ungkapan bahwa "cuaca tidak mendukung". Ungkapan itu boleh jadi hanya mementingkan dirinya dengan kata lain tidak memikirkan bahwa cuaca sedemikian itu, juga tidak kalah pentingnya bagi ciptaan-Nya yang lain.
Coba kita sama-sama renungkan, pernahkah suatu hari sepanjang cuaca benar-benar cerah ? Atau pernahkah suatu hari sepanjang cuaca benar-benar mendukung ? Atau pernahkah suatu hari sepanjang cuaca benar-benar hujan deras ?.
Jawaban dari ketiga pertanyaan di atas adalah tidak atau setidaknya belum pernah. Bila suatu ketika cuaca benar-benar buruk (menurut pemikiran sebagian orang). Apakah kenyataan itu merugikan semua orang ? Tentu tidak.
Oleh karena sebagian orang akan tetap melaksanakan aktivitasnya secara normal namun akan ada juga yang menjerit sebab tidak dapat mengais rezeki. Demikian pula dalam menjalani kehidupan ini, diilustrasikan dengan kondisi cuaca di suatu hari.
Mungkin tidak ada anak manusia yang sepanjang hidupnya dan seluruh sisi kehidupannya selalu cerah dan mungkin juga tidak ada anak manusia yang sepanjang hidupnya dan seluruh sisi kehidupannya gelap atau suram.
Ada kalanya suatu hari dalam hidup ini, diselimuti dengan kecemasan, ketidaktenangan atau jauh dari rasa bahagia, tetapi juga ada kalanya di suatu hari di mana dalam hidup ini diselimuti rasa gembira dan bahagia.
Kebahagiaan dan ketidakbahagiaan akan datang silih berganti sama seperti dengan keadaan cuaca di atas, sehingga ketika rasa bahagia itu datang menghampiri, jangan terlalu larut di dalamnya sebab boleh jadi esok atau lusa keadaan sebaliknya akan datang menghampiri.
Mengeluh saat situasi ketidakbahagiaan yang datang menghampiri adalah manusiawi, namun bila terus-terusan mengeluh dapat berdampak buruk bagi diri sendiri. Tidak ada alasan bagi kita untuk bersedih, cobalah cari sebuah alasan untuk selalu tersenyum.
Ketika Tuhan menciptakan hanya rasa bahagia, ketenangan semata dan tidak menciptakan rasa kecewa, ketidakbahagiaan. Maka, dapat dipastikan segenap doa-doa yang tertulis pada kitab suci yang kemudian dipanjatkan akan tidak ada gunanya.
Itulah mengapa Tuhan menciptakan sesuatu hal dengan berpasang-pasangan, bahagia dan ketidakbahagiaan, misalnya. Sebab dari sanalah anak manusia ciptaan-Nya dituntut untuk terus belajar agar kelak dapat memaknai atau memahami arti hidup dan kehidupan yang sesungguhnya. (*)