- BPH Migas Ungkap Kini Boleh Jual Pertalite
PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID MAKASSAR -- Pertashop kini dibolehkan menjual pertalite alias jenis BBM khusus penugasan (JBKP). Pemerintah mencadangkan kuota sebanyak 100 ribu kiloliter (KL) pertalite pada 2024 untuk disalurkan ke Pertashop.
Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Erika Retnowati menyebut langkah ini memangkas kuota yang sudah ditetapkan pemerintah. Padahal, kuota pertalite tahun ini lebih rendah dibandingkan 2023 lalu.
"Kuota JBKP di 2024 ditetapkan sebesar 31,70 juta KL, sedikit lebih rendah dari kuota 2023 sebesar 32,56 juta KL," ucap Erika dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta Pusat, Senin (27/5).
"Dari 31,70 juta KL yang ditetapkan, dicadangkan 100 ribu KL untuk keperluan penyaluran pertalite di Pertashop. Sehingga kuota yang dialokasikan sebesar 31,60 juta KL," jelasnya.
Pertashop adalah lembaga penyalur PT Pertamina (Persero) berskala kecil. Selama ini, Pertashop hanya menjual BBM non-subsidi hingga LPG non-subsidi.
Sejumlah anggota Komisi VII DPR RI mempertanyakan bagaimana nasib Pertashop yang ingin menjual pertalite. Salah satunya, Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi PAN Andi Yuliani Paris.
Andi mengaku mendapat banyak keluhan dari para pengusaha yang menjalankan bisnis Pertashop. Ia mengklaim nasib pemilik bisnis tersebut berada di ujung tanduk karena menanti izin menjual pertalite agar bisa cuan.
Kepala BPH Migas Erika mengaku sudah menerima perwakilan Asosiasi Pertashop terkait keluhan tersebut. Ia menegaskan pihaknya juga telah membahas aspirasi tersebut dengan Pertamina.
"Kami mengadakan kajian dengan Universitas Gadjah Mada (UGM), apakah memang tepat kalau misalnya Pertashop itu kita berikan (izin) menjual pertalite. Karena memang Pertashop itu tidak dibangun untuk menjual BBM bersubsidi, itu untuk menjual jenis BBM umum (JBU), dan itu tertuang dalam aturan dari Kementerian Dalam Negeri," jelas Erika.
BPH Migas mencoba mencari jalan keluar dari sengkarut masalah tersebut. Erika mengatakan sudah ada formula baru, yakni mengubah Pertashop menjadi SPBU Kompak, di mana harus memenuhi berbagai persyaratan agar bisa menjual pertalite.
Erika mengklaim uji coba penjualan pertalite di Pertashop juga sudah dilakukan, yaitu di 29 titik di Sulawesi. Namun, baru 10 Pertashop yang memenuhi syarat sarana dan prasarana, seperti digitalisasi hingga penggunaan CCTV.
"Tentu tidak semua Pertashop yang kita bisa lakukan uji coba, hanya beberapa yang betul-betul sudah memenuhi perizinan dan kita fokuskan pada daerah yang di sana belum ada SPBU," tutur Erika.
"Ada 10 yang sudah memenuhi syarat dan ada 1 Pertashop yang sudah menyalurkan pertalite di akhir Mei (2024) ini, di Sulawesi," tandasnya.
Salah satu pengusaha Pertashop, Hendra Hartono (34), pemilik Pertashop 7P92902 di Desa Lakawali, Kecamatan Malili, Kabupaten Luwu Timur, Sulsel.
Ia baru 4 bulan membuka Pertashop di daerah tersebut. Omzetnya perlahan terus meningkat hingga kini mencapai 450-600 liter / hari sehingga ia harus memesan BBM kepada Pertamina rata-rata 14 kilo liter per bulannya. Tak tanggung-tanggung omzet penjualannya jika di rupiahkan per bulan bisa mencapai lebih dari Rp 150 juta-an. Selain itu keuntungan juga didapat dari menjual produk seperti LPG Bright Gas.
“Saya tertarik bisnis Pertashop karena mudah, investasinya setara membeli 1 unit rumah BTN, pendaftarannya simple dan pasarnya jelas ada jadi balik modalnya cepat,” ujar pria kelahiran Malili Luwu Timur ini.
Ia membuka bisnis Pertashop di Luwu Timur dikarenakan ingin memajukan ekonomi desa di kampung halamannya yang jauh dari SPBU.
“Masyarakat di sini biasa beli per liter Rp 10.000 di pengecer dan hanya dapat premium, sedangkan harga kita lebih murah dan dapatnya Pertamax. Setelah ada Pertashop orang tertarik karena harga lebih murah dan kualitas terjamin. Pasokan juga tidak pernah terlambat dari Pertamina,” imbuh Hendra.(int/idr)