Survei Indikator: Appi-Aliyah Unggul Jauh, Tapi Kemana 15 Persen Yang Belum Menentukan Pilihan?

  • Bagikan

PALOPOPOS CO.ID, MAKASSAR-- Lembaga Indikator Politik Indonesia merilis survei elektabilitas pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Makassar.

Seperti survei-survei lainnya, pasangan Munafri Arifuddin-Aliyah Mustika Ilham unggul dengan elektabilitas 36,7%.
Posisi kedua ditempati Indira Jusuf Ismail-Ilham Ari Fauzi Amir Uskara dengan elektabilitas 25%.

Kemudian disusul Andi Seto Gadhista Asapa-Rezki Mulfiati Lutfi 18,9%, dan paling bungcit Amri Arsyid-Abdul Rahman Bando 3,6%.

Berdasarkan survei simulasi empat pasangan calon yang dilakukan pada 30 September sampai 6 Oktober 2024 itu, ada 15,9% yang menjawab tidak tahu atau masih merahasiakan pilihannya.

Lalu, kemana kemungkinan arah dukungan massa mengambang ini?

Pengamat Politik Unibos, Andi Burchanuddin menjelaskan bahwa ada dua kemungkinan yang bisa terjadi. Pertama kata dia adalah bandwagon effect.
Ini adalah istilah untuk menggambarkan fenomena di mana seseorang cenderung mengikuti suatu tren.
Dalam politik, mereka yang masuk kategori ini cenderung mengkuti atau memilih yang dianggap unggul. Indikasinya termasuk keunggulan dalam survei.

"Jadi, istilahnya mereka mengikuti tren kekinian. Mereka yang masih ragu-ragu ini pada umumnya terpantau condong untuk memilih yang dianggap lebih unggul karena mereka pada dasarnya ingin berada di pihak yang menang," jelas Andi Bur.

Kedua, massa mengambang ini tidak akan ke incumbent atau pasangan calon yang terasosiasi kepada incumbent.

Untuk diketahui, pada Pilwalkot Makassar, Indira Jusuf Ismail-Ilham Ari Fauzi Amir Uskara merupakan pasangan yang terasosiasi pada incumbent mengingat status Indira sebagai istri Wali Kota Danny Pomanto.

"Dalam pemilihan langsung, seperti sekarang ini massa mengambang ini kecil peluangnya ke incumbent atau yang terasosiasi dengan incumbent," ujar Andi Bur.

Menurut Andi Burchanuddin, yang juga Dekan Fisip Unibos ini, massa mengambang ini sebagian besar adalah mereka yang cenderung tidak puas dengan kinerja jika ada incumbent.

Pasalanya, waktu untuk menentukan pilihan sudah sangat panjang dan jika mereka menilai incumbet berhasil, tentu tidak akan ragu-ragu menentukan sikap.

"Makanya, mereka secara umum tidak akan memilih incumbent atau yang terasosiasi dengan incumbent karena mereka tidak puas. Kecenderungannya seperti itu," tandasnya. (*/uce)

  • Bagikan

Exit mobile version