Luwu Raya Mulai Memasuki Musim Hujan

  • Bagikan
Ilustrasi
  • Jawa dan NTB masih 'Mendidih'

PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, MAKASSAR - Awal musim hujan di Sulawesi Selatan (Sulsel) akan bervariasi pada setiap wilayah.
Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah IV Makassar, Hanafi Hamzah memberikan penjelasan terkait awal musim hujan di Sulsel.

Hanafi Hamzah mengatakan, awal musim hujan di Sulsel biasanya lebih dulu terjadi di wilayah sebelah utara.
"Wilayah Toraja Utara, Luwu Raya, kemudian Pinrang, kemudian Enrekang adalah wilayah lebih dulu memasuki musim hujan," kata Hanafi Hamzah.

Sedang di Kota Makassar, musim hujan diperkirakan akan terjadi pada dekade ketiga bulan Oktober atau dekade kedua bulan November.

"Jadi kondisi kita pada saat ini, pada bulan September memasuki Oktober secara umum di Sulawesi Selatan masih dalam kodisi musim kemarau," ungkapnya.
Lebih dijelaskan Hanafi Hamzah, hujan yang terjadi di beberapa daerah di Sulawesi Selatan saat ini, belum bisa masuk kategori musim hujan.

Meskipun, di beberapa bagian terutama daerah pegunungan, sudah mulai turun hujan.
"Tetapi itu pun belum bisa dikatakan bahwa kemarau segera berakhir," katanya.
Ia mengatakan, sebuah kondisi bisa dikatakan memasuki musim hujan, jika curah hujan dalam satu dekade atau sepuluh harian lebih 50 mm.
"Kemudian diikuti oleh dekade-dekade selanjutnya dalam kurun dangan jumlah curah hujan yang sama lebih dari 50 mm," ungkapnya.

"Ini kondisi sekarang belum ada yang terlihat. Memang sudah ada beberapa bagian dari wilayah kita sudah mulai hujan," kata Hanafi Hamzah.
Pada kesempatan sama, Hanafi Hamzah mengatakan, jika suhu udara masih dalam batas normal.
Meskipun suhu udara pada bulan September dan Oktober memang ada sedikit kenaikan dengan maksimal 34 derajat celcius.

Kenaikan suhu udara, kata dia, dipengaruhi oleh lintasan matahari menuju kulminasi belahan bumi bagian Selatan.
"Ini memang lumrah terjadi pada saat penjawaran daripada lintasan matahari kita menuju titik kulminasi belahan bumi selatan pada tanggal 22 Desember 2024 ini," ungkap Hanafi Hamzah.

Jawa Masih Panas
Sementara itu, bagian selatan khatulistiwa Indonesia masih merasakan cuaca panas 'mendidih' dalam beberapa waktu terakhir, di saat sejumlah wilayah sudah masuk musim penghujan. Apa penyebabnya? Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan sejumlah wilayah di selatan khatulistiwa, dari mulai Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara, mengalami cuaca panas dalam beberapa waktu terakhir.

"Dalam beberapa waktu terakhir ini sejumlah wilayah di selatan Indonesia terutama Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara mengalami cuaca panas pada siang hari yang diikuti dengan turunnya hujan pada sore hingga malam hari," demikian keterangan BMKG, dikutip Selasa (15/10).
Menurut BMKG kondisi ini merupakan salah satu ciri masa peralihan musim ketika pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga menjelang malam hari didahului oleh udara panas dan terik pada pagi hingga siang hari.

Karakteristik hujan pada periode peralihan cenderung tidak merata dengan intensitas sedang hinggalebat dapat disertai kilat/petir dan angin kencang dalam durasi singkat.

Cuaca panas tersebut terekam dalam data pengamatan suhu udara maksimum yang mencapai 37,5 derajat Celsius di beberapa wilayah, terutama di Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara.

Beberapa wilayah tersebut meliputi Stasiun Meteorologi Sultan Muhammad Kaharudin Nusa Tenggara Barat (37,5 °C), Stasiun Meteorologi Gewayantana Nusa Tenggara Timur (36,9 °C), Stasiun Meteorologi Kertajati Jawa Barat dan Stasiun Meteorologi Sultan Muhammad Salahuddin Nusa Tenggara Barat (36,8 °C).

Kemudian, Stasiun Meteorologi Perak I Jawa Timur (36,7 °C), Stasiun Meteorologi Tanjung Perak Jawa Timur (36,2 °C), Stasiun Meteorologi Tanjung Emas Jawa Timur (36,1 °C), dan Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Jawa Tengah (36,0 °C).

"Berdasarkan analisis terkini, kondisi suhu panas diprediksi masih dapat terjadi dalam sepekan ke depan pada siang hari, yang diikuti dengan potensi turunnya hujan pada sore hingga malam hari terutama di wilayah Pulau Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara," kata lembaga.
"Hal ini merupakan ciri masa peralihan menuju musim hujan di wilayah tersebut," lanjutnya.

Menurut BMKG awal musim hujan di wilayah selatan Indonesia secara umum bervariasi.
Namun, diprediksi akan terjadi pada akhir Oktober hingga awal November mendatang dengan puncak musim hujan terjadi pada Januari-Februari 2025.(idr)

  • Bagikan