Datang Gelar Sesajen, 9 Wisatawan Tewas Tertimpa Pohon di Soppeng

  • Bagikan
Batang pohon beras patah dan menimpa gubuk di bawahnya yang saat itu di dalamnya terdapat beberapa peziarah. --INT--

PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID SOPPENG -- Viralnya sebuah kejadian yang memakan korban jiwa karena tertimpa pohon usai melakukan ritual sesajen di kawasan situs Pettabulue membuat MUI beri peringatan.


Kronologi kejadian para korban datang berwisata ke Desa Mattabulu di Situs Pettabulue Matanre, Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng, Ahad, 3 November 2024, sembari menggelar ritual sesajen.


Sekitar pukul 11. 00 Wita, tiba-tiba hujan disertai angin kencang melanda. Bahkan kesaksian dari kalangan korban, sempat terdengar suara petir, dan seketika menyambar pohon tempat mereka menggelar ritual. Akibatnya, beberapa tangkai pohon besar jatuh dan menimpa para korban. Kejadian ini menewaskan 9 orang wisatawan dan 8 orang lainnya luka-luka.


Hal itu dibenarkan oleh humas Tim Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Soppeng, Rudinang. Dikutip dari Pilarindonesia.com.


Dalam sebuah video yang beredar, batang pohon memang terlihat sangat besar. Dan di bawah pohon tersebut banyak korban terjebak.


BPBD Kabupaten Soppeng telah memastikan seluruh korban sudah dievakuasi. Semua korban sudah dievakuasi.


Kapolres Soppeng AKBP Muh Yusuf Usman mengatakan, awalnya para wisatawan datang dengan maksud berwisata di Situs Pettabulue Matanre, Desa Matabulu. Mereka membawa makanan sesajian dengan niat membayar hajatan.


Hal inipun menuai Reaksi dari pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan Komisi Fatwa Dr KH Nasrullah Sapa, Lc MM, yang memberi peringatan keras akan bahayanya dosa syirik kepada Allah SWT.


Menurut KH Nasrullah Sapa, jatuhnya korban dalam ritual di sebuah Situs di Soppeng menjadi pengingat tentang pentingnya memahami prinsip tauhid. “Dalam ajaran Islam, meminta berkah, perlindungan, atau pertolongan pada selain Allah, termasuk melalui kuburan atau leluhur, adalah bentuk syirik,” ungkap Dosen pascasarjana kampus UINAM ini.


Nasrullah Sapa mengutip perkataan ulama, syirik adalah dosa besar yang merusak aqidah dan dapat menyebabkan kehancuran. Ritual seperti di desa Mattabulu, yang melibatkan persembahan atau permohonan kepada entitas selain Allah, berisiko membahayakan diri serta merusak aqidah umat.


Ia menilai bahwa peristiwa ini hendaknya menjadi pelajaran agar kita kembali kepada ajaran tauhid yang murni dan meninggalkan praktik-praktik yang dapat menjerumuskan dalam kesyirikan.(int/idr)

  • Bagikan