Handphone Sehat untuk Anak Remaja?

  • Bagikan

Oleh: Dr. Jufriadi, S.S., M.Pd.

Salah satu keresahan orangtua dan para pendidik sekarang ini adalah tentang dampak HP bagi perkembangan anak. Keresahan itu adalah bahwa HP memberikan begitu banyak dampak negatif mulai dari kecanduan game online, kesia-sian waktu, hingga pada dampak pornografi yang begitu besar. Disisi lain para pendidik dan orangtua pun menyadari pentingnya HP untuk masa pertumbuhan dan kebutuhan technology yang menjadi jamannya dan menjadi ciri eranya. Keresahan ini kemudian memberikan dua pilihan antara memberikan HP ke anak atau melarang anak menggunakan HP dengan hanya sedikit penggunaaan khusus untuk belajar, anak tidak diberikan kesempatan untuk penggunaan HP sebagai hiburan dan media sosial.
Kontroversi pendapat orangtua tentang seberapa banyak dan seberapa lama HP boleh digunakan oleh anak terus berlanjut mereka yang berada di jalur ekstrim melarang penggunaan HP berpendapat bahwa anak dibawah umur 17 tahun belum saatnya menggunakan HP setiap hari, sehingga mereka membatasi bahkan melarang anak mereka menggunakan HP kecuali beberapa jam di akhir pekan. Dampaknya adalah anak seakan berontak apatah lagi menyaksikan teman sebayanya dengan sangat longgar menggunakan HP yang diberikan oleh orangtua mereka. Anak tersebut juga bisa jadi akan ketinggalan dalam hal media sosial, bahkan tertinggal dalam literasi technology. Sebaliknya Orang tua yang agak longgar berpendapat bahwa HP itu penting untuk kemajuan anak, agar tak tertinggal dalam perkembangan technologi digital. Dampaknya bisa saja mereka menjadi teramat longgar memberikan HP kepada anak menyebabkan anaknya kecanduan game, menyaksikan pornografi dan bisa jadi terjerumus judi online.
Dua sisi ini terus menjadi kontroversi sehingga orangtua dan guru seringkali malah berada dalam persimpangan yang sangat tidak jelas, seberapa bagus memberikan HP dan bagaimana HP itu mestinya diberikan. Tulisan ini mencoba memberikan solusi agar para orangtua tidak lagi bingung dan mengetahui apa yang mestinya dilakukan.
Untuk memutuskan seberapa lama sebaiknya HP itu diberikan maka yang paling awal yang perlu diketahui adalah bagaimana semestinya anak-anak kita dalam kesehariannya, karakter dan kebiasaan apa yang kita inginkan. Jika indikator anak yang baik sudah jelas maka penggunaan HP bukan lagi masalah.
Beberapa indikator anak remaja yang baik adalah (1) Rajin beribadah, bagi muslim anak yang baik adalah yang menjaga sholatnya dan rajin mengaji (2) Rajin belajar, anak yang ideal adalah anak yang suka belajar, suka membaca, selalu ingin tahu, kreatif dan inovatif; (3) Suka bekerja; Anak yang baik adalah anak yang senang bergerak, rajin bekerja dan senang membantu orangtuanya (4) taat pada orangtuanya, anak yang baik haruslah anak yang segan dan takut pada orangtua namun tetap sangat akrab dan terbuka, anak ini selalu taat dan hormat dan tahu hukum nya saat berdosa pada orangtuanya. empat indikator ini sesunggunya adalah ciri utama anak baik dan tentu beberapa indikator lainnya masih terbuka untuk kita tambahkan.
Pembatasan HP
Pertanyaan yang perlu dijawab adalah seberapa lama HP perlu diberikan kepada anak remaja setiap hari? Dengan mengacu pada indikator di atas, Jawabnya sesungguhnya sangat mudah, HP bisa kita berikan setiap hari dengan catatan bahwa HP itu tidak menjadikan anak kita kecanduan game, melihat situs pornografi dan menjadi bermalas-malasan menjalankan tugas utamanya, tugas ibadah sholat dan ngaji, tugas belajar, dan tugas bekerja di rumah. Maka selama anak menjalankan tugasnya dengan baik maka selama itu berikanlah kesempatan untuk mereka menggunakan HP-nya tentu dalam waktu yang terbatas, toh waktu mereka sudah digunakan banyak untuk belajar, beribadah dan bekerja, maka sebagai anak yang hidup di jaman HP (tidak seperti kita yang dulu hidup dijaman kuno) maka layaklah mereka mendapatkan kesempatan membuka HP, membuka media sosial, bercanda dalam grup teman sebaya, bermain game, dan belajar aplikasi. Bukankah kita sadar bahwa literasi tidak lagi berada pada batas Calistung (baca, menulis dan hitung) Literasi menjadi sangat berkembang di era digital ini. Anak-anak harus mengenal aplikasi, design grafis, video making, coding dan seterusnya dan jangan sampai anak kita akan menjadi anak yang “pesimistis” (nampak dengan wajahnya seperti beleng-beleng-meminjam istilah Das’ad Latief) akibat terlalu dijauhkan dari Hpnya, sementara temannya sebayanya sudah sangat familiar dengan berbagai aplikasi, seperti Cap-Cut, turnitin, mendeley, Zotero, Canva, AI, chat GPT dan berbagai aplikasi yang muncul hampir tiap hari)
Bagaimana mewujudkan HP yang sehat itu?

  1. Buatlah “SOP HP” dengan berbagai konsekwensi: Bahwa anak boleh menggunakan HP dengan catatan: anak mengerjakan tugas belajarnya, beribadah sholat dan ngaji sesuai jadwalnya, mengerjakan tugas rumahan, dan tidak membuka situs pornografi dan tidak kecanduan game online. Dengan konsekwensi tertentu, misalnya HP nya ditarik selama 2 jam, atau tidak menggunakan HP selama 2 Hari dst yang tentunya disesuaikan dengan umur, mental dan psikologi anak.
  2. Jadilah “Orangtua yang Masarrang” istilah masarrang kita pinjam dari bahasa bugis, yaitu orangtua yang ditakuti dan disegani oleh anaknya. Orangtua yang baik harus lah yang memiliki ketegasan. Saat anak melanggar berikan konsekwensinya, dan saat anak baik, berikan penguatan dan pujian dan bahkan hadiah;
  3. Kontrol HP. Penggunaan HP tetap harus diberikan selama anak kita menjadi anak baik, namun sebagai orang tua, kita pun harus menjadi orang tua pembelajar, yang memahami cara mengontrol anak, misalnya memahami ciri-ciri anak yang mengakses game online dan pornografi, sehingga HP itu tidak merusak anak.
  4. Perkecil Peluang penggunaan HP yang salah: ini juga penting dilakukan oleh orangtua, misalnya dengan aturan dan pengkondisiaan, meminta anak anak tidak mengunci kamar saat main HP atau menyimpan kunci pintu kamar anak sehingga anak tak lagi bisa mengunci kamar, Mengharuskan anak untuk tidak menggunakan pasword sehingga tiap hari orangtua bisa melihat apa yang diakses dan apa kalimat anak kita di medsos, melarang anak melakukan pemblokiran ke orangtua di akun medsos mereka, dan sebagainya. Atau dengan kata lain orang tua selalu punya akses ke HP anak, sehingga orangtua pun bisa menuntun anak dalam penggunaan HP saat mereka salah, bukankah dalam proses belajar setiap orang termasuk anak-anak kita, akan ada saja yang salah?
    Dengan tips ini penulis yakin bahwa orangtua dan guru tak perlu lagi khawatir yang berlebihan untuk memberiak HP ke anak-anak kita sepanjang anak menggunakannya dengan cara yang benar dan saatnya kita orangtua belajar dan menuntun mereka agar anak memiliki HARDSKILL dan SOFTSKILL menggunakan HP.
  • Bagikan