UMKM Dapat Jadikan Pasar Modal sebagai Alternatif Sumber Pendanaan

  • Bagikan
UMKM MELEK LITERASI PASAR SAHAM. Pedagang sayuran di Pusat Niaga Palopo melayani pembeli sambil menyaksikan video Struktur Pasar Modal Indonesia yang dikeluarkan IDX (Indonesia Stock Exchange), Ahad 10 November 2024. Pemerintah mendorong UMKM memanfaatkan Pasar Modal menjadi alternatif sumber pendanaan melalui Securities Crowdfunding (SCF), yakni adalah skema pembiayaan alternatif yang dilakukan melalui pasar modal untuk penggalangan dana. IDRIS PRASETIAWAN/PALOPO POS

PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong masyarakat agar memanfaatkan Pasar Modal menjadi alternatif sumber pendanaan perusahaan, termasuk bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam mengembangkan usaha.

Deputi Komisioner Pengawas Pengelolaan Investasi Pasar Modal dan Lembaga Efek OJK Aditya Jayaantara menyampaikan OJK telah mengeluarkan sejumlah kebijakan untuk mendorong perusahaan, termasuk UMKM, melakukan penawaran umum di pasar modal.

Ia menyebutkan, sejumlah ketentuan telah dikeluarkan OJK, seperti POJK No.53/2017 untuk mendorong perusahaan dengan aset kecil kurang dari Rp50 miliar dapat melakukan penawaran umum dengan nilai sampai Rp250 miliar.

Selain itu, OJK juga menerbitkan POJK No.20/2020 untuk mengakomodir kebutuhan UKM yang memiliki aset tidak lebih dari Rp10 miliar, berbentuk badan hukum seperti PT, CV, firma dan koperasi dapat memanfaatkan securities crowd funding (SCF) sebagai satu sumber pendanaan di pasar modal dengan maksimal pendanaan sebesar Rp10 miliar.

LITERASI PASAR MODAL. Ibu Sumiati, pedagang sembako di Pusat Niaga Palopo menonton video Struktur Pasar Modal Indonesia yang dikeluarkan IDX (Indonesia Stock Exchange), Ahad 10 November 2024. Pelaku UMKM dapat memanfaatkan Pasar Modal menjadi alternatif sumber pendanaan melalui Securities Crowdfunding (SCF), yakni adalah skema pembiayaan alternatif yang dilakukan melalui pasar modal untuk penggalangan dana. IDRIS PRASETIAWAN/PALOPO POS

“Oleh karena itu, melalui kegiatan sosialisasi ini, saya mendorong pemilik usaha untuk tidak ragu memanfaatkan pasar modal untuk menghimpun dana dalam rangka pengembangan usaha dan meningkatkan kapasitas perusahaan ke depan,” kata Aditya dalam kegiatan Sosialisasi Edukasi Pasar Modal Terpadu (SEPMT) di Provinsi Riau, Sabtu (28/9).

Penghimpunan dana oleh UKM melalui SCF hingga 20 September terus mengalami peningkatan. Saat ini, terdapat 17 penyelenggara SCF telah memperoleh izin OJK dan sebanyak 623 UKM memanfaatkan SCF dengan total dana yang dihimpun sebesar Rp1,21 triliun.

Kegiatan SEPMT yang diselenggarakan pada 26 dan 27 September 2024 dihadiri sekitar 1.600 peserta dan merupakan program inisiatif serta komitmen OJK bersinergi dengan Self-Regulatory Organization (SRO) yang dirangkaikan melalui memontum HUT 47 diaktifkannya kembali Pasar Modal Indonesia.

Adapun, rangkaian kegiatan yang dilaksanakan meliputi Kuliah Umum di Universitas Negeri Riau dan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang dikuti dengan penbukaan rekening dana nasabah (RDN) sebanyak 1.400 rekening mahasiswa.

Kemudian, Sosialisasi Pasar Modal sebagai alternative sumber pendanaan bagi perusahaan; Pemberian Corporate Social Rerponsibility (CSR) dan Peresmian enam Galeri Investasi (GI) Desa; serta Media Briefing berkolaborasi dengan jurnalis lokasi Riau.

Lampaui 6 Juta SID
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) berhasil mencatatkan pencapaian baru dalam jumlah investor saham yang telah melampaui 6 juta single investor identification (SID), atau lebih tepatnya 6.001.573 SID berdasarkan data per Rabu (25/9).

Sepanjang tahun ini, BEI telah mencatat pertumbuhan lebih dari 744 ribu investor baru saham. Peningkatan jumlah investor ini tak lepas dari kontribusi dan kolaborasi dalam melakukan sosialisasi investasi di pasar modal yang dilakukan oleh Self-Regulatory Organization (SRO) dengan didukung oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta berbagai pemangku kepentingan, seperti Anggota Bursa, Perusahaan Tercatat, dan komunitas pasar modal lainnya.

Dari Januari hingga Agustus 2024, BEI telah melaksanakan lebih dari 17.083 kegiatan edukasi pasar modal yang menjangkau lebih dari 19,1 juta peserta di seluruh Indonesia.

Sampai dengan Agustus 2024, investor lokal masih mendominasi kepemilikan saham di BEI dengan persentase 51,5% berbanding 48,5% porsi kepemilikan investor asing.

Kepemilikan investor individu juga masih dominan dengan persentase 53,3% dengan rincian 38,3% kepemilikan investor institusi dalam negeri dan 15% investor individu berbanding 46,6% kepemilikan investor institusi.

Direktur Utama BEI Iman Rachman menyampaikan kondisi pertumbuhan investor saham ini mengindikasikan keyakinan investasi di pasar modal Indonesia yang masih cukup terjaga meski dihadapkan kepada situasi ekonomi global dan domestik yang dipenuhi dengan ketidakpastian.

“Partisipasi investor ritel masih terjaga, dengan secara keseluruhan investor domestik masih menguasai, baik dari segi kepemilikan ataupun transaksi,” ujar Iman di Jakarta, Kamis (26/9).

Menurutnya, berkat kerja sama dan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan, kinerja pasar modal Indonesia akan terus terjaga ke depannya.

“BEI terus menggali potensi-potensi baru dari sisi produk, suplai maupun peningkatan jumlah investor,” tambah Iman.

Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menambahkan, BEI selalu berkomitmen untuk terus mengembangkan pasar modal Indonesia.

“Salah satu pilar utama dalam pengembangan ini adalah pemberian edukasi dan sosialisasi bagi masyarakat luas, salah satunya melalui Sekolah Pasar Modal (SPM), pendirian Galeri Investasi (GI) BEI, dan Kampanye #AkuInvestorSaham yang telah berhasil menarik jutaan investor baru,” ujar Jeffrey.

Melalui program SPM, BEI terus melakukan edukasi pasar modal secara berkala. Program ini terbuka untuk semua kalangan dan terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu SPM rutin (luring dan daring), SPM Syariah, serta SPM untuk institusi dan komunitas. Selain itu, BEI juga memperluas akses ke dunia investasi melalui pendirian GI BEI yang telah bekerja sama dengan berbagai universitas dan Anggota Bursa di seluruh Indonesia.

Jeffrey menambahkan, GI BEI menjadi strategi BEI untuk mendekatkan dunia pasar modal dengan para akademisi, generasi muda, serta komunitas.

"Kami ingin menanamkan budaya investasi sejak dini, sekaligus mendorong regenerasi investor yang cerdas dan melek investasi. Saat ini BEI telah memiliki 927 GI BEI di seluruh Indonesia," imbuhnya.

Kampanye #AkuInvestorSaham juga menjadi bagian penting dari strategi BEI dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan, terutama di kalangan investor lokal.

"Regenerasi investor di pasar modal kita menunjukkan angka yang sangat baik yang tercatat sekitar 79% adalah investor berusia di bawah 40 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa anak muda semakin melek keuangan dan investasi, dan diharapkan menjadi fondasi yang kuat bagi masa depan pasar modal dan perekonomian Indonesia,” kata Jeffrey.

Dengan berbagai inisiatif yang terus berkembang, BEI optimistis pertumbuhan jumlah investor saham di Indonesia akan semakin pesat, seiring dengan meningkatnya literasi keuangan di kalangan masyarakat.(int)

  • Bagikan