* Oleh : Buhari Kahar Muzakkar
(Ketua Dewan Pertimbangan BPP Kerukunan Keluarga Luwu Raya)
Proses dan eforia perjalanan Pilkada Luwu Th 2024 yang diikuti oleh tiga pasangan calon (paslon) sebagai Calon Bupati dan Wakil Bupati Luwu, masing2 ; Paslon No. 1. Agussalim-Erwin, Paslon No 2. Patahuddin-Devy, dan Paslon No 3. Arham-Rahmat, saat ini memasuki tahapan hari tenang.
Saya mengikuti acara Debat Calon Bupati Luwu yang dilaksanakan 2 kali itu melalui siaran langsung channel TV Live streaming. Melalui media ini saya ingin memberi catatan-catatan terkait jalannya debat dan menyorot tantangan Kabupaten Luwu kedepan.
Ada dua problem serius yang sedang dihadapi masyarakat di Kabupaten Luwu saat ini, yaitu jumlah penduduk yang kategori miskin yang cukup tinggi, dan bencana banjir yang sering terjadi di Kabupaten Luwu belakangan ini.
Dari data BPS pada bulan Maret 2024 menunjukkan prosentase jumlah penduduk miskin di Kabupaten Luwu berada pada urutan ke 3 terbesar se Sulawesi Selatan, dengan angka 11,70 % dari total jumlah penduduk sebanyak 380.679 jiwa. Pada kurung waktu 5 tahun yang lalu, prosentase jumlah penduduk kategori miskin di Kabupaten Luwu masih berada diposisi ke 5, tapi saat ini sudah naik diposisi ke 3 besar, berada dibawah Kabupaten Pangkep dan Jeneponto.
Pada acara Debat Calon Bupati itu, sangat disayangkan bahwa Tim Panelis yang menyusun pertanyaan kepada semua Calon, ternyata tidak menyiapkan kisi-kisi materi debat yang terkait dengan kedua problem diatas secara lebih mendalam. Kalaupun hal itu dianggap sudah ada, cermatan saya hanya bersifat umum, pertanyaan yang bisa juga digunakan untuk daerah lainnya, tidak lebih spesifik untuk Kab Luwu. Dan pada sesi Tanya-jawab antar calon, dua pokok masalah diatas juga tidak menjadi materi pertanyaan antar calon secara mendalam.
_Pertama : Penduduk miskin di Luwu_
Berdasarkan data statistik (BPS, Maret 2024), tercatat sebanyak 44.539 jiwa atau sebesar 11,70 % dari total jumlah penduduk yang kategori penduduk miskin di Kab. Luwu. Angka kemiskinan ini mengalami kenaikan sebanyak 1100 jiwa dari Th 2022 ke 2023, yang mengakibatkan posisi Kabupaten Luwu berada pada urutan ke 3 terbesar prosentase jumlah penduduk miskin se Sulawesi Selatan. dari sebelumnya masih diposisi ke 5.
Ini tentu sangat ironis dan bertolak belakang dengan asumsi umum yang selama ini berpandangan bahwa Luwu itu daerah yang alamnya kaya raya, tetapi faktanya penduduk miskinnya ternyata cukup besar.
Dalam acara Debat Calon Bupati Luwu, sejatinya ada pertanyaan kepada masing2 Paslon bagaimana strategi programnya untuk mengurangi jumlah penduduk miskin di Kabupaten Luwu, tetapi sayangnya materi ini tidak muncul didalam acara Debat calon.
Dengan jumlah anggaran APBD Kabupaten setiap tahunnya yang terbatas untuk mengerjakan banyak agenda, sehingga diperlukan strategi program yang lebih tepat untuk dapat menurunkan angka kemiskinan ini.
Terkait hal ini, kita patut mencermati daerah2 di Sulawesi Selatan yang mencatatkan jumlah penduduknya yang kategori miskin cukup kecil, sebagai bahan analisis perbandingan.
Ada dua daerah yang layak dicarmati, yaitu Kabupaten Sidrap dan Pinrang, kedua daerah yang relatif berdekatan dengan Kab Luwu yang potensi utama daerahnya adalah sektor pertanian sebagaimana juga halnya dengan Kab Luwu, dan kedua daerah tersebut disematkan sebagai kabupaten lumbung pangan nasional.
Kabupaten Sidrap dengan areal persawahan seluas 89.100 Ha dan lahan perkebunan rakyat seluas 9.735 Ha, jumlah penduduk sebanyak 330.198 jiwa, dan tingkat kemiskinan penduduk sebesar 5,02 % dari total penduduk (Mare, 2024). Sidrap tercatat sebagai kabupaten dengan angka kemiskinan terendah di Sulawesi Selatan.
Dalam struktur lapangan kerja penduduk Kab Sidrap, yang bekerja disektor pertanian sebesar 28,31 %, sektor manufaktur sebesar 20,11 %, dan sektor jasa sebesar 51,58 %.
Kemudian Kabupaten Pinrang dengan areal persawahan seluas 77.790 Ha dan lahan perkebunan rakyat seluas 34.235 Ha, jumlah penduduk sebanyak 419.340 jiwa, dan tingkat kemiskinan penduduk sebesar 8,55 % dari total penduduk (Mare, 2024).
Dalam struktur lapangan kerja penduduk Kab Pinrang, yang bekerja disektor pertanian sebesar 44,90 %, sektor manufaktur sebesar 22,39 %, dan sektor jasa sebesar 32,71 %.
Selanjutnya kita lihat bagaimana dengan Kabupaten Luwu. Areal persawahan Kabupaten Luwu seluas 52.849 Ha, dan lahan perkebunan rakyat seluas 43.283 Ha, jumlah penduduk 380.679 jiwa, dan tingkat kemiskinan penduduk sebesar 11,70 %.
Dalam struktur lapangan kerja penduduk Kab Luwu, yang bekerja disektor pertanian sebesar 56,53 %, sektor manufaktur sebesar 10,61 %, dan sektor jasa sebesar 32,87 %.
Membaca data ketiga daerah tersebut diatas, pada dua daerah yaitu Sidrap dan Pinrang dengan jumlah penduduk yang bekerja disektor pertanian kurang dari 50 % tercatat angka kemiskinan penduduknya dibawah 10 % diatas, bahkan Kabupaten Sidrap dengan angka kemiskinan 5,02 % pendudukunya sudah lebih banyak yang bekerja disektor jasa dan perdagangan walaupun daerah ini berbasis pertanian.
Sementara Kab Luwu dengan penduduk yang bekerja disektor pertanian diatas 50 %, mencatat angka kemiskinan yang diatas 10 %.
Data ini bisa ditafsirkan bahwa secara rata-rata harapan untuk bisa hidup lebih sejahterah dengan bekerja disoktor pertanian masih begitu berat, ini disebabkan karena penerapan teknologi disektor pertanian yang masih terbatas dan kepemilikan lahan bagi petani pada skala marjinal.
Jadi dari pendekatan struktur lapangan pekerjaan penduduk diatas, agenda untuk penurunan angka kemiskinan di Kab Luwu adalah bagaimana mengurangi jumlah penduduk yang bekerja disektor pertanian dan mendorong peningkatan lapangan kerja disektor jasa dan manufaktur.
Kemudian program unggulan apa yang relevan dengan hal tersebut diatas. Hemat saya yang pertama adalah peningkatan dan perbaikan prasarana jalan secara merata pada seluruh wilayah Kabupaten Luwu. Dengan kondisi jalan yang lebih baik akan terjadi pergerakan barang dan manusia dengan lebih lancer, dan akan membuka peluang usaha pada titik-titik pertumbuhan baru. Yang kedua, penggunaan mesin2 alat pertanian (Alsintan) secara maksimal dan penerapan teknologi budidaya yang lebih maju pada tanaman perkebunan untuk lebih meningkatkan produksi pertanian. Yang ketiga, memanfaatkan potensi Teluk Bone tidak semata dibidang perikanan, tetapi juga sebagai jalur lalu lintas barang keluar masuk di Kab Luwu, dengan mengupayakan dermaga pelabuhan laut di Belopa bisa berfungsi normal dan pelabuhan ini bisa menjadi pintu keluar produksi beras untuk sasaran Indonesia Timur.
Dari program unggulan yang saya maksud diatas, dalam acara Debat Calon Bupati Luwu yang lalu, untuk program unggulan pertama, saya menyimak sejalan dengan prioritas program dari salah satu Paslon. Untuk program unggulan kedua dan ketiga diatas, pada acara Debat tersebut tidak ada Paslon yang menyinggungnya. Ada Paslon yang lebih memprioritaskan pada agenda pemberian pupuk gratis, tentu saja program ini akan memberi dampak pada peningkatan produksi pertanian tetapi tidak cukup signifikan dapat menggeser struktur lapangan kerja penduduk.
Kabupaten Luwu patut bersyukur dengan kehadiran 2 industri tambang besar, yaitu BMS sebagai perusahaan pemurnian biji nikel yang berlokasi di Kec Bua, dan Masmindo sebagai perusahaan tambang emas di Latimojong. Kehadiran dua perusahaan tambang ini secara makro akan memberi dampak pada pertumbuhan ekonomi Kab Luwu kedepan. Dari kedua perusahaan tersebut, sy melihat kehadiran PT. BMS yang akan lebih memberi efek pada peningkatan pendapatan masyarakat setempat seiring dengan program pemerintah pusat dalam hilirisasi pada tambang nikel. Untuk perusahaan tambang emas di Latimojong saya masih sulit memprediksi bagaimana perjalanannya kedepan.
_Kedua : Ancaman Bencana Banjir di Luwu_
Bencana banjir yang disertai lumpur tebal yang belakangan ini sering terjadi di Kabupaten Luwu disebabkan oleh curah hujan yang tinggi, dan adanya ikutan lumpur yang tebal itu mengindikasikan bahwa kondisi di hulu sungai sudah bermasalah.
Dalam acara Debat Calon itu, masing-masing Paslon menyampaikan pandangannya terkait strategi penanggulangan bencana banjir di Kabupaten Luwu. Paslo No 1, menyampaikan pentingnya penanaman pohon dan penghijauan ditepi/bantaran aliran sunga, Paslon No 2 menyampaikan perlu penanaan tanaman di wilayah hulu sungai dengan penanaman pohon-pohon durian, Paslon No 3 menyampaikan perlunya upaya metigasi bencana dan pengendalian tambang illegal di hulu sungai.
Pandangan yang disampaikan masing-masing Paslon diatas dalam hemat saya terlalu sederhana untuk agenda pengendalian bencana banjir di Kabupaten Luwu yang cukup berpotensi bisa terjadi banjir bandang dalam skala besar yang lebih dahsyat.
Penting untuk dipahami bahwa wilayah Luwu Raya pada umumnya memiliki curah hujan tertinggi di Sulawesi Selatan, dalam kategori type A. Di wilayah pegunungan menjadi pusat gumpalan awan basah karena suhu udaranya yang lebih dingin sehingga lebih sering terjadi hujan. Suatu hasil penelitian dari Tim ahli lingkungan yang melakukan penelitian di G. Latimojong pada bulan Juni 2024 yg lalu, menginformasikan bahwa lapisan permukaan di G. Latimojong ini cendrung rapuh. Jadi ketika terjadi hujan dalam volume besar akan sangat berpotensi terjadi banjir yang disertai lumpur tebal dari tanah longsor lereng gunung yg rapuh.
Tapi ancaman bencana banjir di Kab Luwu kedepan tidak cukup dilihat karena faktor alam semata, yang lebih serius mesti dicermati kedepaan adalah seperti apa dampak kerusakan lingkungan yang akan terjadi dengan adanya aktifitas pertambangan skala besar yaitu penambangan emas yang terletak di hulu sungai utama yaitu sungai Suso/S Bajo, yang sepanjang bantaran sungainya adalah daerah pemukiman penduduk dan areal persawahan. Dalam pandangan saya, secara ekologis betapa riskannya penambangan emas skala besar dihulu sungai besar itu.
Tuhan menganugerahi Gunung Latimojong itu berisi emas, itu adalah wujud berkah, dan untuk mengambil emasnya dari perut bumi harus dengan hati dan pikiran yang bijak, jika serakah maka berkah itu bisa berubah jadi murka.
Dalam konteks pilkada ini, harapan saya kiranya Bupati yang terpilih dan memimpin daerah Luwu kedepan kiranya dapat menjaga jarak secara proporsional dengan pihak korporate, jangan ‘berselingkuh’ terlalu dalam dengan pihak penambang, karena dibanyak daerah aktifitas penambangan emas sering menimbulkan masalah dengan masyarakat lokal.
Tinggal hitungan jam dilaksanakan pemilihan calon Bupati dan Wakil Bupati Luwu, pesan saya kepada segenap keluarga dan masyarakat Luwu, jadilah pemilih yang bermartabat, yaitu memilih calon bukan karena dikasih duit, agar yang terpilih adalah pemimpin yang diridhoi dan diberkati Allah SWT, sebab jika yang terpilih itu tidak diridhoi Allah SWT akan terjadi bencana bertubi-tubi di daerah tersebut. Semoga bermanfaat. (*)