Rektor UIN Alauddin Makassar saat hadir di Mapolres Gowa (Foto: Muhsin/fajar)
PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, GOWA -- Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar Prof Hamdan Juhannis tidak dapat menyembunyikan rasa malunya.
Turut hadir saat ekspose kasus pabrik uang palsu di Polres Gowa, Prof Hamdan Juhannis mengaku marah, malu besar, merasa tertampar.
Di hadapan Kapolda Sulsel Irjen Pol Yudhiawan, Prof Hamdan dengan penuh emosional menyampaikan keresahannya.
"Saya hadir di sini selaku Rektor sebagai bukti nyata dukungan kami terhadap Polisi untuk mengungkap kasus ini sampai ke akarnya. Selaku pimpinan tertinggi di UIN, saya marah, malu, tertampar," ujar Prof Hamdan.
Dikatakan Prof Hamdan, ia bersama civitas akademika UIN Alauddin Makassar telah berupaya keras membangun citra kampus, namun sekejap dihancurkan.
"Setengah mati kami membangun kampus, reputasi, bersama pimpinan, dengan sekejap dihancurkan," cetusnya.
Prof Hamdan bilang, setelah penetapan tersangka yang dilakukan pihak Kepolisian, ia menegaskan bahwa dua oknum dari kampusnya langsung diberikan sanksi pemecatan.
"Itulah sebabnya, kami mengambil langkah, setelah ini jelas kedua oknum yang terlibat dari kampus kami, langsung kami berhentikan dengan tidak hormat," kuncinya.
Sebelumnya diberitakan, penemuan pabrik uang palsu di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar terus menjadi sorotan publik.
Modus yang terorganisir dan ternyata melibatkan 17 tersangka ini diduga telah mencetak uang palsu dalam jumlah besar, bahkan mencapai nilai triliunan rupiah.
Kapolda Sulsel Irjen Pol Yudhiawan menyatakan, pengungkapan ini bermula dari laporan masyarakat di Kecamatan Palangga, Kabupaten Gowa.
Warga melaporkan adanya peredaran uang palsu yang mencurigakan. Laporan tersebut segera ditindaklanjuti oleh Polsek Palangga, yang kemudian mengarah ke penyelidikan lebih lanjut oleh Polres Gowa.
"Satreskrim langsung bergerak untuk melakukan penyelidikan tempatnya di Jalan Pelita Lambengi Kelurahan Bontoala, Kecamatan Pallangga, kabupaten Gowa," ujar Yudhi saat menggelar ekspose di Mapolres Gowa, Kamis (19/12/2024).
Modus yang digunakan para pelaku terbilang licik. Dalam transaksi jual beli, mereka menawarkan skema satu asli dua palsu kepada para pembeli.
"Begitu tim bergerak didapatkan saudara M yang telah melakukan transaksi dengan saudara AI untuk melakukan jual beli uang palsu. Uang palsu ini perbandingannya satu banding dua, jadi satu asli dua uang palsu," tukasnya.
Dari hasil penyelidikan, terungkap bahwa tersangka AI berperan sebagai sentral dalam jaringan ini, bersama sejumlah tersangka lainnya, termasuk ASS dan S.
"Jadi mereka dibelakang 17 orang ini petanya berbeda tapi peran sentranya ada dari saudara AI kemudian juga saudara S, ada juga saudara ASS , ada juga yang DPO," sebutnya.
Polisi juga tengah memburu beberapa tersangka lain yang masuk daftar pencarian orang (DPO).
"DPO ini akan kita tangkap juga dan akan tuntas nanti kita periksa," lanjutnya.
Orang nomor satu di Mapolda Sulsel ini menyebutkan, penggerebekan di dua lokasi menghasilkan temuan barang bukti yang luar biasa banyak.
"Barang bukti cukup banyak termasuk hasil penjualan juga jadi tentu saja kalau sudah hasilnya akan kita terapkan dengan TPPU juga, terhadap tersangka utama," terangnya.
Seperti, ditemukan 4.554 lembar uang pecahan Rp100 ribu emisi 2016. Selain itu, ada uang palsu dalam mata uang asing seperti 5.000 Won Korea dan 500 Dong Vietnam.
"Ada juga barang bukti yang nilainya triliun, contoh mata uang rupiah emisi 2016 sebanyak 4554 lembar pecahan 100 ribu kemudian mata uang emisi 99 sebanyak 6 lembar 100 ribu, juga ada 234 lembar pecahan 100 ribu dan belum terpotong," Yudhi menuturkan.
(fajar)