Moderasi Beragama sebagai Pilar Harmoni Sosial: Refleksi dari Pengabdian Masyarakat di Kampung Baru, Makale, Tanah Toraja

  • Bagikan

Oleh Wulandari Umar R, S.Psi

Moderasi beragama merupakan konsep yang semakin relevan di tengah keberagaman agama dan budaya di Indonesia. Sebagai negara dengan masyarakat yang plural, kemampuan untuk menjaga harmoni sosial sangat bergantung pada sejauh mana nilai-nilai toleransi, dialog, dan penghormatan terhadap perbedaan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu bentuk nyata dari implementasi moderasi beragama ini adalah kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palopo di Kampung Baru, Makale, Tanah Toraja, bertepatan dengan perayaan Hari Natal. Kegiatan yang dipimpin oleh Wakil Rektor II bersama para mahasiswa ini menjadi momentum penting untuk mempererat hubungan antarumat beragama melalui pendekatan yang inklusif dan dialogis.
Konteks Moderasi Beragama di Tanah Toraja
Tanah Toraja dikenal sebagai salah satu wilayah di Indonesia yang kaya akan tradisi budaya dan keberagaman agama. Masyarakatnya hidup berdampingan dengan harmonis meskipun memiliki latar belakang keyakinan yang berbeda. Namun, keberagaman ini juga membutuhkan pengelolaan yang baik agar tidak memunculkan potensi konflik. Menurut Nurcholish Madjid, moderasi beragama adalah suatu sikap di mana individu atau kelompok mampu menjembatani perbedaan dengan menonjolkan nilai-nilai universal, seperti cinta kasih, keadilan, dan kemanusiaan. Dalam konteks Tanah Toraja, nilai-nilai ini menjadi landasan penting bagi masyarakat untuk menjaga keharmonisan di tengah perbedaan.
Kegiatan Pengabdian dan Moderasi Beragama
Kegiatan pengabdian yang dilakukan oleh IAIN Palopo mencakup berbagai aktivitas yang dirancang untuk memperkuat moderasi beragama di Kampung Baru. Salah satu hal yang menarik adalah pendekatan kegiatan yang tidak hanya berfokus pada penyampaian materi, tetapi juga pada interaksi langsung yang melibatkan seluruh elemen masyarakat, termasuk anak-anak dan warga lokal. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan antara lain:

  1. Senam Pagi Bersama
    Kegiatan ini menjadi pembuka yang menyegarkan sekaligus mengakrabkan. Dengan melibatkan anak-anak, mahasiswa, dan masyarakat setempat, senam pagi menciptakan suasana penuh keceriaan. Gerakan senam yang dilakukan secara bersama-sama mencerminkan simbol kebersamaan dan persatuan, tanpa memandang perbedaan agama atau latar belakang budaya.
  2. Bernyanyi dan Bermain Bersama Anak-Anak
    Melalui aktivitas bernyanyi dan bermain, mahasiswa IAIN Palopo menciptakan momen kebahagiaan bagi anak-anak di Kampung Baru. Lagu-lagu yang dinyanyikan bersama tidak hanya membawa keceriaan, tetapi juga mengandung pesan moral tentang pentingnya menghargai sesama dan hidup rukun. Permainan yang melibatkan seluruh peserta juga memperkuat rasa kebersamaan dan memperlihatkan bagaimana nilai-nilai toleransi dapat diterapkan dalam interaksi sehari-hari.
  3. Diskusi dengan Masyarakat Lokal
    Selain kegiatan yang bersifat rekreatif, pengabdian ini juga diisi dengan sesi diskusi bersama masyarakat setempat. Dalam diskusi ini, tema moderasi beragama dibahas secara mendalam, dengan fokus pada bagaimana masyarakat Toraja dapat terus menjaga harmoni di tengah pluralitas agama dan budaya. Pendekatan ini sejalan dengan pemikiran John Rawls, yang menyatakan bahwa masyarakat yang adil adalah masyarakat yang mampu memberikan ruang bagi perbedaan untuk hidup berdampingan secara damai.
  4. Simbol Kerukunan Beragama di Hari Natal
    Bertepatan dengan perayaan Hari Natal, kegiatan ini menjadi sangat relevan dalam menunjukkan bahwa agama dapat menjadi jembatan untuk mempererat hubungan sosial. Mahasiswa bersama masyarakat setempat tidak hanya berinteraksi dalam suasana yang akrab, tetapi juga saling menghormati simbol-simbol keagamaan yang ada. Pohon Natal yang menghiasi salah satu rumah menjadi saksi bagaimana perbedaan agama tidak menjadi penghalang untuk hidup harmonis.
    Refleksi dan Makna Kegiatan
    Kegiatan ini tidak hanya memberikan manfaat bagi masyarakat lokal, tetapi juga menjadi pengalaman berharga bagi mahasiswa IAIN Palopo. Mereka belajar bahwa moderasi beragama bukan hanya tentang teori, tetapi juga tentang bagaimana nilai-nilai tersebut diterapkan dalam interaksi sehari-hari. Seperti yang dikemukakan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur), agama seharusnya menjadi sumber kasih sayang, bukan konflik. Kegiatan ini menjadi bukti nyata bagaimana kasih sayang dapat diwujudkan melalui tindakan nyata yang sederhana, seperti bermain dengan anak-anak, berbagi cerita, atau sekadar tersenyum kepada sesama.
    Bagi masyarakat Kampung Baru, kegiatan ini memberikan penyegaran sekaligus penguatan nilai-nilai toleransi yang sudah mereka jalani selama ini. Diskusi tentang moderasi beragama juga membuka wawasan baru tentang bagaimana keberagaman dapat menjadi kekuatan, bukan kelemahan.
    Pengabdian kepada masyarakat dengan tema moderasi beragama yang dilakukan oleh IAIN Palopo di Kampung Baru, Makale, Tanah Toraja, adalah contoh nyata bagaimana pendidikan tinggi dapat berperan dalam membangun harmoni sosial. Dengan pendekatan yang inklusif dan penuh empati, kegiatan ini berhasil menyampaikan pesan bahwa moderasi beragama adalah kunci untuk menciptakan masyarakat yang adil, damai, dan harmonis. Harapannya, kegiatan seperti ini dapat terus dilakukan di berbagai wilayah lain di Indonesia, sehingga nilai-nilai moderasi beragama dapat semakin membumi dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
  • Bagikan