Makna Simbol Huruf L dalam Salam Luwu Raya

  • Bagikan

PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID MAKASSAR -- Salam dengan jari-jari tangan kanan membentuk huruf L dalam konteks perjuangan Luwu Raya memiliki makna yang dalam dan bisa menjadi simbol semangat, identitas, serta cita-cita bersama untuk mewujudkan amanah leluhur.


Ketua BPW KKLR Sulsel, Ir. Hasbi Syamsu Ali lalu menjabarkan makna dari simbol huruf “L” dalam konteks perjuangan Luwu Raya: Pertama, L – Loyalitas terhadap Identitas dan Sejarah


Luwu memiliki sejarah panjang sebagai salah satu kerajaan tertua di Nusantara. Huruf L bisa mencerminkan loyalitas masyarakat terhadap warisan budaya, adat, dan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.


Kesetiaan dalam menjaga Maradeka to Luwu (Kemerdekaan dan kemandirian rakyat Luwu).
Komitmen dalam memperjuangkan pemekaran Provinsi Luwu Raya demi kesejahteraan masyarakatnya.

Kedua, L – Leadership (Kepemimpinan Lokal yang Kuat dan Berkarakter)
Perjuangan Luwu Raya membutuhkan pemimpin-pemimpin yang memiliki:
Ketegasan dan keberanian, seperti yang diwarisi dari Datu Luwu dan pemimpin-pemimpin terdahulu.
Visi besar untuk membangun ekonomi, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat secara mandiri.
Kapasitas untuk bersinergi dengan berbagai pihak demi mewujudkan cita-cita bersama.

Ketiga L – Learning (Pembelajaran dan Kemajuan Sumber Daya Manusia)
Kemajuan Luwu Raya tidak hanya bergantung pada sumber daya alam, tetapi juga pada kualitas SDM-nya. Pendidikan yang lebih baik untuk generasi muda agar mampu bersaing di tingkat nasional dan global. Meningkatkan literasi digital dan keterampilan ekonomi kreatif agar masyarakat Luwu Raya semakin mandiri. Mendorong budaya inovasi dan riset agar daerah ini tidak hanya kaya alam, tetapi juga kaya ilmu pengetahuan.

Keempat L – Liberation (Kebebasan dan Kemandirian Ekonomi). Luwu Raya memiliki potensi luar biasa di bidang pertanian, perkebunan, perikanan, dan tambang. Huruf L bisa mencerminkan Liberation (pembebasan dari ketergantungan ekonomi eksternal), yang berarti:
Masyarakat harus lebih mandiri dalam mengolah sumber daya sendiri agar tidak terus bergantung pada pihak luar.
Memperjuangkan pemerataan pembangunan, tidak hanya di kota tetapi juga di pedesaan.
Menghidupkan kembali semangat gotong royong sebagai kunci kemandirian ekonomi daerah.

Kelima L – Legacy (Warisan Perjuangan untuk Generasi Selanjutnya). Perjuangan Luwu Raya bukan hanya tentang saat ini, tetapi juga tentang apa yang akan diwariskan kepada anak cucu:
Pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan agar daerah ini lebih maju.
Pelestarian adat dan budaya sebagai bagian dari identitas yang tidak boleh hilang.
Menjadikan Luwu Raya sebagai pusat kebangkitan ekonomi, pendidikan, dan budaya di Sulawesi Selatan.

Keenam L – Link (Konektivitas dan Kebersamaan Masyarakat Luwu Raya). Persatuan adalah kunci dalam setiap perjuangan. Huruf L bisa mencerminkan semangat untuk terus menghubungkan dan menyatukan masyarakat Luwu Raya, baik yang ada di tanah kelahiran maupun di perantauan.
Memperkuat solidaritas antara Luwu, Luwu Tengah, Luwu Utara, Luwu Timur, dan Kota Palopo sebagai satu kesatuan yang solid.
Mendorong kerjasama lintas sektor untuk mempercepat kemajuan wilayah.
Menghidupkan semangat sebagai sesama Wija to Luwu dalam setiap aspek kehidupan.

Ketujuh L – Love (Cinta dan Kepedulian terhadap Luwu Raya). Cinta terhadap tanah kelahiran adalah fondasi utama perjuangan. “Love for Luwu Raya” berarti masyarakat harus memiliki kepedulian yang mendalam terhadap daerahnya.
Cinta terhadap budaya dan sejarah → Mewarisi dan melestarikan nilai-nilai luhur, seperti adat istiadat dan kearifan lokal to Luwu.
Cinta terhadap lingkungan → Menjaga sumber daya alam Luwu Raya agar tetap lestari dan bisa dinikmati oleh generasi mendatang.
Cinta terhadap sesama → Memperkuat solidaritas dan gotong royong, tanpa membeda-bedakan latar belakang atau kepentingan politik.
Cinta terhadap pembangunan → Berkontribusi dalam membangun daerah, baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, maupun kesejahteraan sosial.
Jika setiap individu memiliki rasa cinta yang kuat terhadap Luwu Raya, maka perjuangan untuk kemajuan daerah ini akan menjadi lebih mudah dan bermakna.

Kedelapan L – Literacy (Peningkatan Literasi untuk Kemajuan Luwu Raya). Literasi bukan hanya sekadar kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga mencakup pemahaman, wawasan, dan kecakapan dalam berbagai bidang. Kemajuan Luwu Raya sangat bergantung pada tingkat literasi masyarakatnya.Beberapa aspek literasi yang penting untuk diperjuangkan:
Literasi Pendidikan → Meningkatkan akses dan kualitas pendidikan agar generasi muda lebih siap bersaing secara global.
Literasi Ekonomi → Mendorong pemahaman masyarakat tentang kewirausahaan, ekonomi digital, dan pengelolaan sumber daya agar lebih mandiri.
Literasi Digital → Membantu masyarakat beradaptasi dengan teknologi, sehingga Luwu Raya tidak tertinggal dalam era digital.
Literasi Budaya → Mengajarkan nilai-nilai sejarah, adat, dan bahasa daerah agar identitas Luwu tetap kuat dan tidak tergerus zaman.
Literasi Politik → Meningkatkan kesadaran masyarakat agar lebih kritis dalam memilih pemimpin yang benar-benar memperjuangkan kepentingan Luwu Raya.
Peningkatan literasi ini akan menjadi kunci bagi masyarakat untuk berpikir lebih maju, lebih kritis, dan lebih inovatif dalam membangun daerahnya.
Selain itu, simbol huruf ‘L’ dalam salam Luwu Raya juga dapat dimaknai secara spiritual sebagai hablumminallah (hubungan vertikal kepada Allah) dilambangkan oleh jari telunjuk yang mengarah ke atas, dan hablumminannas (hubungan horizontal kepada sesama manusia) dilambangkan oleh ibu jari yang mengarah ke samping.
Secara keseluruhan, semua makna dari simbol huruf ‘L’ ini sesungguhnya terlambangkan sebagai sikap dan falsafah hidup Wija to Luwu, yakni: Toddopuli Temmalara.(int/idr)

  • Bagikan