Oleh: Wulandari
Institut Agama Islam Negeri Palopo)
Di era digital yang semakin berkembang, akses terhadap informasi menjadi lebih mudah dan cepat. Meskipun kemajuan ini membawa banyak manfaat, ada dampak negatif yang juga perlu diperhatikan, salah satunya adalah fenomena doomscrolling. Istilah doomscrolling merujuk pada kebiasaan terus-menerus menggulir dan membaca berita negatif di media sosial atau platform digital tanpa henti. Fenomena ini semakin relevan dalam diskusi tentang kesehatan mental, terutama karena efeknya yang dapat menyebabkan digital fatigue atau kelelahan digital.
Dalam konteks psikologi dan kesehatan mental, doomscrolling berhubungan erat dengan peningkatan stres, kecemasan, bahkan depresi. Penelitian yang dilakukan oleh Thompson et al. (2021) menunjukkan bahwa individu yang sering mengonsumsi berita negatif secara berlebihan lebih rentan mengalami tekanan psikologis yang signifikan. Oleh karena itu, penting untuk memahami secara mendalam bagaimana doomscrolling dan digital fatigue memengaruhi kesejahteraan mental individu serta bagaimana cara mengatasinya.
Menurut Mary McNaughton-Cassill, seorang profesor psikologi dari University of Texas, kebiasaan mengonsumsi berita negatif secara berlebihan dapat meningkatkan tingkat stres dan kecemasan seseorang. Hal ini terjadi karena berita negatif cenderung memicu respons emosional yang kuat, termasuk ketakutan, kekhawatiran, dan perasaan tidak berdaya. Selain itu, penelitian yang diterbitkan oleh American Psychological Association menemukan bahwa individu yang lebih sering terpapar berita negatif memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi.
Dari sudut pandang psikologi kognitif, doomscrolling juga berhubungan dengan negativity bias, yaitu kecenderungan otak manusia untuk lebih fokus pada informasi negatif dibandingkan informasi positif. Baumeister et al. (2001) dalam studinya tentang negativity bias menjelaskan bahwa informasi negatif lebih berpengaruh terhadap proses kognitif dan emosi dibandingkan informasi positif, sehingga membuat seseorang lebih sulit untuk berhenti mengonsumsi berita negatif. Hal ini sejalan dengan teori reinforcement learning, di mana individu terus melakukan kebiasaan tertentu karena mendapatkan respons yang memperkuat perilaku tersebut, dalam hal ini rasa ingin tahu yang tidak terpuaskan.
Selain berdampak pada kondisi psikologis, doomscrolling juga dapat menyebabkan kelelahan digital atau digital fatigue. Digital fatigue adalah kondisi di mana seseorang mengalami kelelahan mental akibat paparan teknologi digital yang berlebihan. Menurut penelitian Dhir et al. (2018), konsumsi berita yang berlebihan di dunia digital dapat menyebabkan menurunnya konsentrasi, kesulitan tidur, dan perasaan kelelahan emosional.
Dalam konteks neurologis, kelelahan digital dapat dikaitkan dengan peningkatan aktivitas amigdala, bagian otak yang bertanggung jawab atas respons stres dan emosi. Penelitian yang dilakukan oleh Kanjo et al. (2017) menunjukkan bahwa individu yang menghabiskan lebih banyak waktu di depan layar untuk membaca berita negatif mengalami peningkatan produksi hormon kortisol, yang dapat menyebabkan stres kronis dan gangguan tidur.
Algoritma Media Sosial dan Siklus Doomscrolling; Fenomena doomscrolling diperburuk oleh algoritma media sosial yang terus menyajikan konten serupa berdasarkan kebiasaan pengguna. Algoritma ini bekerja dengan cara mengidentifikasi pola konsumsi pengguna dan memberikan lebih banyak informasi yang relevan dengan preferensi mereka. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Zuboff (2019) dalam bukunya The Age of Surveillance Capitalism, algoritma media sosial dirancang untuk meningkatkan keterlibatan pengguna dengan menyajikan konten yang memicu respons emosional yang kuat, baik positif maupun negatif.
Dalam konteks berita negatif, algoritma ini justru memperparah siklus doomscrolling, di mana individu yang sudah sering mengakses berita negatif akan terus-menerus disuguhi berita serupa. Hal ini berakibat pada peningkatan kecemasan dan kesulitan bagi individu untuk melepaskan diri dari paparan berita yang bersifat destruktif.
Strategi Mengatasi Doomscrolling dan Digital Fatigue
Penting bagi individu untuk mengembangkan strategi yang dapat mengurangi dampak negatif dari doomscrolling dan digital fatigue. Salah satu strategi yang direkomendasikan oleh psikolog Jean Twenge adalah dengan menerapkan digital detox, yaitu membatasi waktu penggunaan media sosial dan menggantinya dengan aktivitas yang lebih bermanfaat seperti membaca buku, berolahraga, atau berinteraksi langsung dengan lingkungan sosial.
Selain itu, mempraktikkan kesadaran digital (digital mindfulness) dengan menyaring informasi yang dikonsumsi juga dapat membantu mengurangi dampak negatif dari berita yang berlebihan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Choi et al. (2020), ditemukan bahwa individu yang menerapkan kesadaran digital cenderung memiliki tingkat stres yang lebih rendah dan lebih mampu mengendalikan impuls untuk terus-menerus menggulir berita negatif.
Langkah lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur pola konsumsi berita, seperti hanya membaca berita dari sumber yang kredibel, membatasi durasi paparan berita, serta menggantinya dengan informasi yang lebih positif dan konstruktif. Studi yang dilakukan oleh Sweeny et al. (2019) menunjukkan bahwa individu yang lebih selektif dalam mengonsumsi berita memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang terpapar berita negatif secara berlebihan.
Dengan demikian, meskipun akses terhadap informasi sangat penting dalam kehidupan modern, kesadaran akan dampak psikologis dari doomscrolling dan digital fatigue menjadi hal yang perlu diperhatikan. Paparan berita negatif yang berlebihan dapat meningkatkan stres, kecemasan, dan bahkan depresi, sementara kelelahan digital dapat menyebabkan gangguan kognitif dan emosional. Oleh karena itu, pendekatan yang lebih seimbang dalam mengonsumsi berita serta kesadaran akan kesehatan mental menjadi langkah yang sangat penting untuk menjaga kesejahteraan psikologis di era digital. Menggunakan strategi seperti digital detox dan digital mindfulness dapat membantu individu mengendalikan kebiasaan doomscrolling serta mengurangi dampak negatif dari konsumsi berita yang berlebihan.(*)