Demo Ricuh di Tana Toraja, Mahasiswa Bilang Begini

  • Bagikan

PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, MAKALE - Aksi unjuk rasa Aliansi Masyarakat Pasar Makale, Tana Toraja, berujung ricuh di Kantor Bupati Tana Toraja, Selasa (8/4/2025).

Puluhan mahasiswa terlibat bentrok dengan petugas saat diskusi sedang berlangsung. Beberapa mahasiswa kecewa karena kericuhan dipicu dari pihak oknum pemerintah.

Beberapa mahasiswa mengaku menjadi korban pemukulan sejumlah Satuan Polisi (Satpol) Pamong Praja Pemkab Tana Toraja.

Awalnya, aksi mahasiswa ini berlangsung di kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tana Toraja di bundaran kolam Makale.

Setelah itu, aksi belanjut di Kantor Bupati Tana Toraja. Dialog pun digelar setelah beberapa mahasiswa berorasi di depan kantor Bupati Toraja.

Saat diskusi berlangsung, Wakil Bupati Tana Toraja Erianto Laso' Paundanan sempat menunjuk-nunjuk Koordinator Lapangan Aliansi Masyarakat Pasar Makale, Theofilus Paturerung.

Karena tersinggung, Theofilus balik menunjuk dan meminta Wabup Erianto tenang dan menghargai mahasiswa yang datang berdialog.

Saat perdebatan berlangsung, sejumlah satpol PP berusaha melerai namun sebagian menyerang mahasiswa. Kedua kubu pun bergumul dan beberapa mahasiswa mengaku korban penganiayaan.

"Kejadian ini dipicu karena Pak Wabup tidak menghargai kita. Tidak menghargai forum diskusi. Di sinilah Pak Wabup memperlihatkan arogansinya. Semua yang dilakukannya seolah semua benar padahal diskusi baru mau dimulai," ujar Theofilus.

Menurut Theofilus, seharusnya Wabup Erianto lebih dewasa dalam diskusi dan menghargai lawan bicaranya. Bukan dengan menunjuk-nunjuk.

"Dia tunjuk-tunjuk saya pas di depan muka saya. Ini tidak beretika karena ini di depan forum. Siapa pun kalau dikasih begini pasti marah. Tiba-tiba satpol PP menyerang saya dan teman-teman," jelasnya.

Akibat kericuhan ini, mahasiswa menolak melanjutkan dialog. Theofilus lalu menyerahkan surat pernyataan sikap mahasiswa kepada Bupati Zadrak Tombeg yang ikut hadir dalam dialog itu.

"Surat ini kami tinggalkan saja, Pak. Terserah Bapak mau ditindaklanjuti atau tidak," tandas Theofilus. Bupati Zadrak yang menerima surat itu hanya manggut-manggut.

Mahasiswa lalu meninggalkan ruang dialog dan berorasi di depan kantor Bupati Tana Toraja. Atas insiden ini, mahasiswa mengaku kecewa atas kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati Tana Toraja, Zadrak dan Erianto.

Theofilus dalam orasinya mengaku akan melakukan aksi selanjutnya dengan menghadirkan massa yang lebih banyak.

Aksi Aliansi Pasar Makale Tana Toraja ini menentang rencana Pemkab Tana Toraja untuk mengosongkan warung makan tempat mereka berjualan, padahal belum ada relokasi.

Mahasiswa dalam aksinya menuntut agar pedagang diberi tempat berjualan sementara (relokasi) sebelum renovasi warung makan dilakukan.

Sementara itu, juru bicara aliansi Ismail Solle mengaku menyesalkan adanya pemukulan terhadap mahasiswa oleh oknum satpol PP.

Menurutnya, dialog tidak akan ricuh jika saja Wabup Erianto menahan diri dan menghargai dialog. Bukan dengan menunjuk-nunjuk mahasiswa yang sudah datang baik-baik.

"Tindakan menunjuk-nunjuk ini adalah tindakan arogan. Seharusnya Pak Wabup menghargai forum agar tidak terjadi hal-hal yang memicu kericuhan," jelasnya.

Padahal, kata dia, kedatangan pedagang sebenarnya hanya meminta relokasi sebelum dilakukan rehabilitasi bangunan pasar tempat mereka berjualan.(*)

  • Bagikan

Exit mobile version