Serangan Fajar; Merusak Hati Dan Demokrasi

  • Bagikan

Oleh : Nurdin (Dosen IAIN Palopo)

Berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi (MK), Kota Palopo termasuk daerah yang harus melaksanakan Pemungutan Suara Ulang (PSU) dan itu merupakan catatan tersendiri yang akan senantiasa menjadi bahan perbincangan.

Menjadi perbincangan bukan hanya karena putusan MK, tapi juga karena menelan korban. Tiga komisioner KPU harus rela kehilangan jabatannya, diberhentikan tidak dengan hormat sebab dianggap bekerja tidak sesuai SOP oleh DKPP.

Harapan kita nantinya, hasil PSU melahirkan pemimpin yang berkualitas dan berakar di hati masyarakat sebab prestasinya. Oleh karena, pemimpin akan kokoh jika berakar di hati masyarakatnya karena prestasi, bukan sebab uang dan janji manis untuk membeli suara.

Seperti sudah menjadi lazim saja untuk menjadi pejabat atau pemimpin, maka uang dan uang menjadi senjata utamanya. Sampai ada istilah dalam masyarakat "Serangan fajar" dan kalau mau dibuktikan secara hukum agak rumit, sebab sama-sama membutuhkan.

Terkadang uang itu diposisikan paling tinggi sejak mencalonkan, berproses, hingga ketika ia dilantik menjadi pejabat. Lalu apa yang terbayang dalam benak kita dengan pemimpin yang demikian? Mungkinkah ini sudah menjadi tradisi? Jika benar seperti itu, apakah kita tidak bisa menghindarinya?

Sebenarnya, itu bisa dihindari asal memiliki kemauan yang kuat. Masyarakat jangan mau diiming-imingi oleh uang dan janji-janji manis, karena calon pemimpin yang curang akan melahirkan pemimpin yang pasti curang. Mestinya kita bersama-sama mengawasi jalannya pemilihan.

Dengan begitu, akan menghasilkan pemimpin yang berintegritas dan bermartabat. Sebab bukan janji dan uangnya yang dipilih tetapi prestasi para calon pemimpin kita. Sejatinya pemimpin yang baik justru memperoleh dukungan dana dari masyarakat bukan sebaliknya, membagi uang untuk membeli dukungan masyarakat.

Masyarakat sudah cerdas, tetapi kadang juga terkecoh dengan penampilan calon pemimpinnya. Untuk itu, diimbau agar memilih pemimpin karena kemampuan dan kualitasnya bukan hanya sebab dia dikenal luas, apalagi karena membagikan uang.

Dan juga tak kalah penting, bahwa para kontestan (termasuk para pendukung) selain siap menang juga harus siap kalah. Jika sekiranya tidak siap menerima kekalahan, sebaiknya jangan ikut kompetisi karena bukan hanya merusak hati, tetapi juga merusak demokrasi.

Melibatkan diri dalam pemilihan, hakikatnya memperkenalkan diri kepada masyarakat. Bila hal ini juga dilakukan oleh calon yang lain, kita harus siap dengan berbagai kemungkinan. Bahkan bila memang tidak terpilih, kita harusnya mendukung dan sportif untuk menerima hasil dari pemilihan.

Tentu saja pihak yang tidak terpilih, bukan berarti pihak yang kalah karena memilih seorang pemimpin bukanlah soal kalah atau menang, yang ada justru sikap saling berkompetisi dalam melakukan tindakan nyata dan kebaikan bersama.(*)

  • Bagikan