Ruang Tunggu Dokter Gigi

  • Bagikan

Oleh : Nurdin (Dosen IAIN Palopo)

"Kepribadian seseorang bisa dilihat dari bacaan yang disenanginya, teman dekat, jenis pekerjaan yang diminati, dan cara memperlakukan orang lain yang belum dikenal" Kalimat itu, mungkin pernah Anda dengar atau mungkin juga pernah Anda baca.

Kalimat sederhana, namun memiliki makna yang dalam. Seiring perkembangan zaman, maka tentu bacaan yang dimaksud tidak hanya dimaknai sebatas pada buku saja, tetapi juga pada tontonan apa yang Anda dan orang sekitar kita, gemari.

Handphone, misalnya, yang setiap saat ada digenggaman kita atau juga anak kita untuk kemudian digunakan sebagai wadah atau tempat menonton, disadari atau tidak sangat memengaruhi perilaku kesehariannya, jika berada di luar pengawasan.

Demikian halnya, dengan yang benar-benar buku sebagaimana teks kalimat di atas yang tentu sangat memengaruhi tidak hanya pada pembacanya, tetapi boleh jadi yang memperhatikan kita membaca. Dari situ, terdapat sebuah kisah menarik.

Di mana seorang perempuan cantik yang kemudian jatuh cinta pada seorang lelaki hanya karena tertarik pada buku yang dibaca sang pria. Buku itu berjudul "Menjadi Ayah Yang Baik". Padahal, buku yang dibaca karena sedang menunggu panggilan di ruang tunggu dokter gigi.

Si perempuan tidak mengetahui kalau buku yang dibaca sang lelaki adalah bukan buku miliknya, melainkan milik dokter gigi yang sengaja disiapkan di ruang tunggu. Singkat cerita mereka menikah dan bahagia hingga kini.

Alasan perempuan itu mau menikah dengan si pria itu sangat sederhana. "Lelaki itu sebelum menjadi ayah, sudah berusaha belajar untuk menjadi ayah yang baik". Tentu, sang lelaki mestinya bersyukur pada dokter gigi atau mungkin pada perawat yang menyediakan buku ajaib itu di ruang tunggu.

Meski sangat singkat dan sepintas, kita bisa melihat betapa seseorang bisa dibayangkan kepribadiannya hanya karena ia membaca buku apa. Hal ini juga kita bisa lihat lebih jauh bila kita ingin melihat dengan siapa seseorang itu bergaul.

Maknanya, bahwa perilaku manusia sebenarnya secara sederhana dapat dilihat dari bagaimana kebiasaan-kebiasaannya dalam keseharian, dan tidak dipungkiri umumnya bermula dari dan dengan siapa dia bergaul serta buku (bacaan) apa yang digemarinya.

Kebiasaan-kebiasaan dalam keseharian adalah merupakan tanda jati diri. Kalau kita saksikan orang suka atau gemar membuang sampah sembarangan, itu artinya, merefleksikan cerminan dirinya, ia mempunyai pribadi sebagaimana yang ia lakukan.(*)

  • Bagikan

Exit mobile version