PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID PALOPO -- Narkoba menjadi musuh bersama. Untuk terus mengedukasi masyarakat akan bahaya dampak narkoba maka digelar Forum Diskusi Publik dengan Tema "Pemberantasan Narkoba". Diskusi ini kolaborasi antara Direktorat Jenderal KPM Komdigi dengan Komisi I DPR RI yang digelar, Senin 21 April 2025.
Diskusi publik ini menghadirkan tiga narasumber kompeten, yakni, Anggota Komisi I DPR RI, Irjen Pol (Purn) Drs. Frederik Kalalembang, Usman Kansong selaku Praktisi Komunikasi Komdigi, dan AKP Djoko Aprianto Saputro SH selaku Praktisi Hukum.
Dalam pemaparannya, Anggota Komisi I DPR RI Irjen Pol (Purn) Drs. Frederik Kalalembang (JFK) sebagai keynote speaker menjelaskan, kalau narkoba adalah musuh bersama. Narkoba ini merusak generasi bangsa. "Saya berharap narkoba jangan pernah sekali-kali kita mencoba. Kita harus terus memberi bimbingan kepada anak-anak kita. Jangan mencoba. Jangan kan mencoba melihat saja jangan, karena tidak sedikit korban karena mereka tidak tahu," kata JFK.
Barang haram ini sekali kita coba efeknya luar biasa. Membahayakan, merusak pendidikan, kesehatan dll. Masa depan suram. Bahkan dari aparat kepolisian sendiri juga banyak dipecat gara-gara narkoba. Akibat narkoba semua barang-barang di rumah dijual karena untuk membeli barang haram ini. Narkoba ini juga bisa menjadi alat membunuh orang.
"Sekali lagi saya imbau kita hindari barang haram ini. Jangan sampai kita coba-coba. Jangan hanya kita lihat anak-anak kita, tetapi sekali-kali kita kontrol anak kita, cek kamarnya, lihat gerak-geriknya. Dan kalau sudah terpapar narkoba ini jalan satu-satunya adalah rehabilitasi untuk sembuh," ungkap JFK.
Lanjut JFK, pencegahan lebih penting daripada mengobati. Selama 35 tahun di dalam kepolisan banyak godaan. "Ada uang kita beli, tidak ada uang kita sampai lakukan hal-hal negatif. Bahkan sampai menbunuh. Efek narkoba ini sangat berbahaya. Kita belajar dari orang lain yang sudah pernah terjerat di dalam narkoba," sebutnya.
Sementara itu, Usman Kansong selaku Praktisi Komunikasi Komdigi menyampaikan prevelansi narkoba di Sulsel sangat memprihatinkan. Pada tahun 2013 saja 1,9 persen dari jumlah penduduk Sulsel dan meningkat 2,08 persen di tahun 2014. Artinya ada ratusan ribu orang terkena penyalahgunaan narkoba. Sementara prevelensi tertinggi di DKI Jakarta 4 persen.
Usman juga menyampaikan, data terbaru 2023 menurut BNN, kalau Provinsi Sulsel kini ada di nomor 5 se-Indonesia tertinggi prevalensi narkoba. Artinya jumlah orang yang menyalahgunakan narkoba terus meningkat. Disebutkan BNN Sulsel sudah masuk dalam tingkat darurat narkoba.
Lalu bagaimana kita bisa menekan prevelansi narkoba? Dijelaskan Usman, kita lebih pada pencegahan. Ini penting daripada mengobati. Lewat penyuluhan, sosialisasi dll. Bagaimana bahaya narkoba selain itu perlunya melibatkan masyarakat dalam berpartisipasi dalam bersikap anti-narkoba.
"Saya ajak kita semua berpartisipasi dalam mencegah narkoba baik melalui acara edukasi, kuratif dll," ungkapnya.
Selanjutnya, AKP Djoko Aprianto Saputro SH selaku Praktisi Hukum menjelaskan efek dan gejala dalam pengunaan narkoba mudah marah, susah tidur, susah makan. "Banyak pelaku kejahatan yang ditangkap positif menggunakan obat terlarang karena dengan mengkonsumsi obat ini mereka berani. Satu kuncinya supaya peredaran narkoba tidak ada adalah jangan pernah mencoba. Itu kuncinya. Narkoba ini efeknya candu. Banyak penyalahgunaan yang kita amankan itu kalangan usia remaja. Itu kebanyakan tidak terpantau dari orang tuanya. Komunikasi antara anak dan orang tua harus terbuka. Kita awasi pergaulan anak-anak kita," pungkasnya.
Terakhir jika mengetahui ada keluarga, teman yang kecanduan narkoba agar melaporkan untuk bisa direhabilitasi. (idr)