PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID JAKARTA — Dalam dunia kepolisian, nama Irjen Pol (Purn) Drs. Frederik Kalalembang (JFK) bukanlah sosok asing. Puluhan tahun mengabdi sebagai Bhayangkara Negara, pria kelahiran Makassar, 30 Oktober 1963 ini dikenal sebagai pemimpin yang disiplin, tegas, namun juga dekat dengan bawahan.
Namun, siapa sangka, setelah resmi memasuki masa pensiun pada 2021, semangat pengabdian Frederik justru tak luntur, bahkan menyala lebih terang. “Saya mungkin pensiun dari institusi, tapi saya tidak pernah pensiun dari semangat untuk melayani,” ujarnya.
Salah satu momen paling dramatis dalam karier Frederik terjadi pada Februari 2007, saat ia menjabat sebagai Direktur Polisi Air Polda Metro Jaya. Ketika itu, kapal feri KM Levina I terbakar di Laut Jawa dan menewaskan puluhan penumpang. Tiga hari kemudian, bangkai kapal tenggelam saat proses investigasi berlangsung, merenggut korban jiwa dari kalangan wartawan dan tim Laboratorium Forensik.
Seorang wartawan yang selamat saat itu mengakui bahwa mereka sebenarnya sudah diarahkan untuk mengikuti SOP. “Kami sebenarnya sudah diarahkan untuk mengikuti SOP, tapi sebagai jurnalis, kami sering mengejar berita tanpa memperhitungkan risiko,” ujarnya.
Frederik yang berada tidak jauh dari lokasi sempat memperingatkan rekan-rekannya sesaat sebelum kapal karam. “Mungkin Tuhan masih beri saya waktu untuk terus mengabdi kepada masyarakat,” ucapnya mengenang.
Pensiun, Lalu Menyalakan Jalan Baru
Usai melepas seragam Polri, Frederik memilih untuk tidak diam. Ia mendirikan sebuah law firm sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat kecil yang sering kali sulit mengakses keadilan. Banyak dari mereka menjadi korban penipuan, penggelapan, bahkan pemerasan. Tak sedikit pula yang terjerat dalam sengketa tanah yang rumit.
“Inilah yang mendorong saya membentuk wadah bantuan hukum yang bisa menjangkau mereka yang benar-benar membutuhkan pertolongan,” ungkapnya.
Walaupun tidak turun langsung menangani setiap kasus, Frederik terus memantau proses yang berjalan, mulai dari pengaduan hingga ke meja persidangan. Baginya, memastikan masyarakat mendapatkan perlindungan hukum yang adil adalah bagian dari pengabdian yang tidak boleh berhenti hanya karena masa pensiun tiba.
Tawaran dari dunia usaha pun berdatangan. Kini, ia dipercaya sebagai komisaris di sejumlah perusahaan nasional, seperti PT Caraka Tirta Pratama. Ia juga diminta mengisi posisi komisaris di PT Nongsa Jaya Buana, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang galangan kapal di kawasan industri strategis Batam. Ada juga di beberapa perusahaan tambang di Sulawesi Tengah.
Namun, kesibukan bisnis tak membuatnya melupakan akar kehidupan: desa, sawah, dan laut. Ia aktif dalam pertanian, peternakan, dan pemberdayaan nelayan di berbagai daerah. “Saya ini anak kampung. Kalau bisa bermanfaat bagi petani, peternak, dan nelayan, kenapa tidak?” ujarnya.
Komunikasi, Profesionalitas, dan Kunci Kesuksesan
Dalam berbagai kesempatan, Frederik kerap membagikan satu pesan penting: komunikasi dan profesionalisme adalah kunci keberhasilan.
“Sebagus apa pun kemampuan kita, kalau tidak bisa membangun komunikasi yang baik, maka kepercayaan akan hilang. Dan kepercayaan itu mahal,” tegasnya.
Ia menekankan bahwa banyak kegagalan dalam organisasi dan pemerintahan bukan karena kurangnya orang pintar, tapi karena lemahnya komunikasi yang terbuka dan jujur.
“Jangan abaikan komunikasi. Orang sukses itu bukan yang bicara paling keras, tapi yang bisa menjembatani gagasan, mempertemukan kepentingan, dan tetap profesional,” tambahnya. Prinsip ini ia wariskan kepada anak-anak dan bawahan sepanjang kariernya.

Keluarga: Pondasi Pengabdian
Di balik sosok tegasnya, Frederik adalah suami dan ayah yang hangat. Bersama sang istri, Apriana Christine Tangyong, ia membesarkan tiga anak yang telah menunjukkan prestasi di jalur masing-masing.
Anak sulungnya, Fristian Kalalembang, menyelesaikan pendidikan di Universitas Indonesia. Putri keduanya, Fristine Kalalembang, meraih gelar S1 dari Binus University dan menyelesaikan S2 Manajemen di Institut Teknologi Bandung (ITB). Sementara si bungsu, Efraim Kalalembang, memilih jalan pengabdian seperti sang ayah dan menjadi perwira polisi lulusan Akpol tahun 2024.
“Saya selalu katakan, tidak mungkin kita bisa berhasil membina orang banyak kalau keluarga sendiri tidak bisa kita bina. Karena itu saya berangkat dari rumah, dari keluarga, untuk sesuatu yang lebih besar yakni masyarakat,” tutur Frederik.
“Saya bangga anak-anak saya bisa menyelesaikan pendidikan mereka, bahkan melebihi apa yang saya miliki. Saya ini hanya sarjana ilmu kepolisian, tapi saya tahu bagaimana mengantar mereka agar bisa lebih baik dari saya ke depan,” ungkapnya lagi.
Dari Rakyat, Kembali untuk Rakyat
Dorongan dari masyarakat yang mengenalnya sebagai pribadi bersih dan konsisten membuat Frederik maju sebagai calon anggota legislatif dari Partai Demokrat. Ia terpilih menjadi anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan Sulawesi Selatan III, menyingkirkan petahana.
Kini, dari kursi Senayan, Frederik melanjutkan pengabdiannya, membela yang lemah, menjaga suara rakyat, dan merawat integritas. Ia menyadari, banyak hal bisa dikerjakan di Senayan karena semua kementerian dan lembaga negara berada dalam jangkauan.
“Tinggal bagaimana kita komunikasikan, tentu saja secara bertahap. Negeri ini terlalu luas untuk dibangun sendirian, tapi terlalu sayang kalau kita tidak ikut berbuat,” tutupnya. (rls)