Refleksi Empat Tokoh Lutim: Membangun Daerah dengan Karakter dan Keteladanan

  • Bagikan

PALOPOPOS. CO. ID, MALILI– Dalam momen bersejarah peringatan Hari Ulang Tahun ke-22 (3/5/2025) Kabupaten Luwu Timur, Ketua Umum AMJI RI (Aliansi Media Jurnalis Independen Republik Indonesia), Arham MSi La Palellung, yang juga masih memiliki garis darah keturunan dari tanah Luwu itu menyampaikan ucapan selamat kepada seluruh masyarakat Lutim. Melalui pesannya, Arham mengajak segenap elemen masyarakat, dari para pemimpin hingga rakyat biasa, untuk menjadikan peringatan ini sebagai cermin refleksi. Bukan sekadar seremoni atas lahirnya sebuah wilayah administratif, tetapi juga sebagai sarana menakar arah perjalanan dan kualitas kepemimpinan yang telah membentuk wajah Luwu Timur selama lebih dari dua dekade.

“Lutim adalah rumah besar yang lahir dari semangat pemekaran, dikokohkan oleh kerja keras rakyatnya, dan dilukis oleh karakter para pemimpinnya. Mari kita jaga warisan luhur ini. Jangan biarkan ambisi jangka pendek menggerus semangat kolektif yang telah dibangun dengan susah payah,” tegas Arham MSi La Palellung, yang juga dikenal sebagai pengusaha media, pemerhati kebijakan publik, dan penggerak ekonomi rakyat berbasis komunitas.

*Empat Tokoh, Empat Gaya Memimpin: Mosaik Kepemimpinan Daerah*

Direktur Badan Kajian dan Pengawasan Pembangunan Strategis AMJI RI, Muh Rafii, menuturkan pandangannya tentang kontribusi empat figur utama yang pernah memegang tampuk kepemimpinan di Luwu Timur. Setiap pemimpin, menurutnya, telah memberikan warna tersendiri dalam membentuk dinamika daerah ini, sejak era pionir hingga era digital dan keterbukaan informasi dewasa ini.

1. H. Andi Hatta Marakarma – Sang Perintis dan Arsitek Institusi Daerah

Sebagai Bupati pertama pasca-pemekaran, H. Andi Hatta dikenal sebagai figur yang tegas, visioner, dan memiliki arah yang jelas dalam membangun pondasi pemerintahan daerah. Ia berperan penting dalam membentuk kerangka birokrasi, sistem hukum, serta memantapkan semangat otonomi daerah yang rasional dan terstruktur.

“Jasa beliau dalam membangun fondasi tak bisa disangkal. Beliau adalah tipe pemimpin yang percaya pada tatanan. Di tengah gejolak pasca pemekaran, kepemimpinan seperti inilah yang dibutuhkan untuk menjaga arah,” jelas Rafii.

2. H. Thoriq Husler – Pemimpin Lapangan yang Dekat dengan Warga

Muncul dengan gaya kepemimpinan yang merakyat, H. Thoriq Husler adalah sosok yang tidak segan hadir langsung di tengah masyarakat. Ia aktif menyapa warga, menghadiri kegiatan sosial-keagamaan, dan menunjukkan empati tinggi terhadap dinamika kehidupan rakyatnya.

“Kehadiran Pak Husler membentuk narasi kepemimpinan yang menyentuh hati rakyat. Ia membuktikan bahwa pemimpin bukan hanya soal membuat kebijakan, tapi juga soal hadir dan menyatu dengan denyut kehidupan masyarakat,” tambah Rafii.

3. Drs. Budiman – Birokrat yang Menjaga Stabilitas dan Ketertiban

Sebagai ASN murni dan mantan pendidik, Budiman membawa pendekatan kepemimpinan yang tenang, sistematis, dan mengutamakan keseimbangan. Dalam suasana transisi dan turbulensi politik yang fluktuatif, sosok Budiman hadir sebagai jangkar stabilitas birokrasi.

“Pak Budiman dikenal sebagai figur yang mengutamakan tata kelola yang tertib. Ia bukan tipe pemimpin yang haus sorotan, tapi kontribusinya nyata dalam menjaga agar sistem tetap berjalan dalam rel yang stabil,” tutur Rafii.

4. Irwan Bachri Syam (Ibas) – Representasi Semangat Perubahan dan Akar Kerakyatan

Sebagai pemimpin muda hasil Pilkada terakhir, Irwan Bachri Syam membawa semangat perubahan dan daya dorong dari komunitas akar rumput. Dengan latar belakang sebagai anak daerah dan pengalaman mendampingi Pak Husler, Ibas tampil dengan gagasan dan harapan baru.

“Ibas adalah simbol dari babak baru kepemimpinan yang lebih adaptif terhadap zaman. Ia membawa semangat baru, membangun komunikasi publik yang lebih terbuka, sebagai penggagas beasiswa pendidikan, serta pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal melalui pemetaan potensi desa,” terang Rafii.

Meskipun tiap pemimpin memiliki kelebihan dan kekurangan, sejarah akan mencatat jejak yang bermanfaat bagi generasi mendatang. Maka yang utama adalah mewarisi nilai-nilai positif dari tiap era kepemimpinan dan menjadikannya inspirasi untuk masa depan.

*Harapan untuk Masa Depan: Meramu Warisan Menjadi Legacy*

Kepada Bupati Lutim 2025–2030, Irwan Bachri Syam, Arham MSi La Palellung menyampaikan pesan penuh makna. Ia mengajak agar Ibas tidak melupakan nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para pendahulunya. Sebaliknya, ia mendorong agar semua kekuatan itu diramu menjadi warisan kepemimpinan yang utuh dan berkelanjutan.

“Ambillah semangat pembangunan terstruktur dari Pak Andi Hatta, kedekatan sosial dari Pak Husler, stabilitas birokrasi dari Pak Budiman, dan padukan dengan semangat dan karakter personal Ibas sendiri. Jangan silau dengan popularitas, tapi bangunlah Lutim dengan legacy. Jika ini mampu dijalankan dengan tulus, maka Lutim bisa menjadi model kepemimpinan yang utuh di Sulawesi Selatan,” pesan Arham.

*Sumber Daya Alam: Anugerah yang Harus Diolah dengan Keadilan*

AMJI RI juga menekankan pentingnya pengelolaan sumber daya alam secara berkeadilan. Luwu Timur menyimpan kekayaan tambang berupa nikel, emas, dan batu bara, disertai potensi agraria, kelautan, dan kehutanan yang luas. Namun kekayaan ini masih menyisakan tanda tanya besar tentang keberpihakan terhadap kesejahteraan rakyat.

“Kita harus berani mengkritisi kenyataan bahwa kekayaan ini belum sepenuhnya berpihak pada kesejahteraan rakyat. Penguatan hilirisasi, keterlibatan masyarakat lokal dalam rantai ekonomi, serta kontrol terhadap korporasi tambang adalah isu strategis,” tegas Rafii.

Ia menambahkan, penting untuk mengawal dana CSR agar tepat sasaran, tidak hanya menjadi formalitas laporan perusahaan, tetapi benar-benar menyentuh kebutuhan riil masyarakat di lapangan.

*Ulang Tahun Sebagai Momentum Refleksi*

Ulang tahun bukanlah milik pemerintah semata. Ia adalah milik seluruh rakyat yang telah menjadi saksi dan pelaku sejarah daerah ini. Karena itu, Arham MSi La Palellung yang juga Ketua Pendiri Perkumpulan Rumpun Wija Pemersatu Adat Nusantara itu, mengajak agar peringatan hari jadi ini tidak berhenti di panggung seremoni, melainkan menjadi titik balik untuk evaluasi, koreksi, dan penguatan komitmen membangun daerah.

“Pemimpin boleh silih berganti, tapi Luwu Timur harus tetap hidup dan tumbuh. Ia hanya akan kuat jika rakyatnya sadar, kritis, dan tetap menjaga semangat kolektif. Mari kita jaga Lutim dengan ilmu, dengan hati, dan dengan keberanian menyampaikan kebenaran,” ujar La Palellung, sapaan akrabnya di komunitas Adat Budaya.

*AMJI RI Hadir Sebagai Mitra Kritis Pembangunan*

Sebagai penutup, Arham juga menegaskan peran AMJI RI dalam dinamika pembangunan daerah. “AMJI RI akan senantiasa hadir dalam memberikan masukan-masukan, saran, maupun kritik membangun dalam pembangunan Lutim ke depannya,” pungkas La Palellung. (rls/ikh)

  • Bagikan

Exit mobile version