PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID Jamkesnews – Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan pengelolaan pembiayaan yang lebih efektif untuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), BPJS Kesehatan Cabang Palopo mengadakan pertemuan bersama Tim Kendali Mutu Kendali Biaya (TKMKB) dan perwakilan dari beberapa dokter dari berbagai fasilitas kesehatan di wilayah Kota Palopo dan se-Luwu Raya.
Kepala BPJS Kesehatan Cabang Palopo, Dahniar Hasyim Dahlan menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari evaluasi dan penyamaan persepsi antara BPJS Kesehatan dan fasilitas kesehatan dalam menjalankan pelayanan yang bermutu dan efisien.
“Tujuan kita bersama adalah menjamin pelayanan kesehatan yang berkualitas dan berkelanjutan bagi peserta JKN. Dalam prosesnya, tentu dibutuhkan sinergi yang erat antara BPJS Kesehatan dan fasilitas kesehatan, tidak hanya dari sisi administrasi, tetapi juga pemahaman bersama mengenai kendali mutu dan biaya ini,” ujar Dahniar, Kamis (22/05).
Fokus utama TKMKB adalah pada pengendalian mutu dan biaya dalam layanan kesehatan. Hal ini mencakup kebijakan dan kinerja program, kebutuhan dan permintaan, penerimaan, efektivitas, kesetaraan, keberlanjutan, serta aspek kesehatan lainnya.
“Saat ini, fokus utama kami di BPJS Kesehatan adalah bagaimana memastikan mutu layanan kesehatan yang diterima peserta tetap tinggi, namun dengan pengelolaan biaya yang lebih efisien dan bertanggung jawab,” ucapnya.
Kegiatan pertemuan ini juga menjadi ajang diskusi dan pemecahan masalah yang dihadapi baik itu dari BPJS Kesehatan maupun dari fasilitas kesehatan. Salah satu poin yang menjadi perhatian adalah data pada prosedur tindakan medis turbinektomi di wilayah Kantor Cabang Palopo merupakan tindakan medis yang paling tinggi dilakukan, dibandingkan dengan daerah lainnya.
Turbinektomi adalah prosedur medis yang dilakukan untuk mengangkat sebagian atau seluruh jaringan konka (turbinate) di dalam hidung. Konka adalah struktur di dalam rongga hidung yang berfungsi melembapkan dan menyaring udara yang dihirup. Namun, jika konka membesar secara berlebihan atau hipertrofi, hal ini bisa menyebabkan sumbatan hidung kronis. Turbinektomi bertujuan untuk memperlancar aliran udara melalui hidung dan meningkatkan kualitas pernapasan.
Dalam diskusi yang berlangsung, para dokter dan BPJS Kesehatan menyampaikan pandangannya dengan mencari solusi terbaik. Perwakilan dari RSUD Batara Guru, Iin menyoroti pentingnya memastikan bahwa setiap tindakan medis dilakukan berdasarkan indikasi klinis yang tepat.
“Pasien dengan hipertrofi konka bisa saja ditangani secara konservatif. Kita harus memastikan apakah sudah dilakukan pemeriksaan penunjang secara menyeluruh sebelum operasi yang menjadi pilihan sebagai solusi,” ungkapnya.
Sementara itu, salah seorang Dokter RSUD Batara Guru, Mashudi memberikan sudut pandang dari realitas di lapangan. Menurutnya, lonjakan angka tindakan medis tidak serta merta menunjukkan penyimpangan, karena bisa jadi mencerminkan kebutuhan nyata pada masyarakat.
“Secara statistik, suatu kasus mungkin akan terlihat tidak wajar. Tetapi apabila fakta yang terjadi di lapangan, kondisi seperti itu memang memungkinkan bisa terjadi,” ungkap Mashudi.
Selanjutnya, Dahniar juga menyampaikan apresiasinya kepada seluruh peserta yang hadir pada pertemuan ini. Terkhusus kepada fasilitas kesehatan dan dokter se-Luwu Raya.
“Pertemuan ini bukan sekadar forum diskusi, tetapi wujud nyata dari komitmen bersama untuk menjaga kualitas dan akuntabilitas pelayanan kesehatan. Kami bangga dapat bekerja sama dengan para dokter dan fasilitas kesehatan yang memiliki integritas tinggi dan orientasi pada keselamatan peserta JKN,” jelas Dahniar.
Sebagai tindak lanjut dari pertemuan ini, beberapa langkah strategis disepakati diantaranya yaitu pelaksanaan audit medis terhadap kasus-kasus yang dianggap anomali serta penguatan peran tim kendali biaya di masing-masing rumah sakit. Sehingga, diharapkan langkah-langkah ini akan menghasilkan data dan pemahaman yang lebih objektif untuk perbaikan bersama. (sy/ra)