Pemimpin Baru, Palopo Baru….

  • Bagikan

Quo Vadis Kota 'Idaman'

By : Andrie Islamuddin
Jurnalis Harian Palopo Pos

SETELAH mengikuti proses yang begitu panjang, Pesta Demokrasi serentak Pemilihan Wali Kota-Wakil Wali Kota Palopo tahun 2024 telah usai, dimana harus melalui proses perpanjangan waktu berupa Pemilihan Suara Ulang (PSU) yang berlangsung Sabtu 24 Mei 2025.
Hasil dari penghitungan cepat (quick count) yang menempatkan Paslon Nomor 4 (Naili Trisal-Akhmad Syarifuddin) dengan kemenangan signifikan meraih 46.728 suara atau mampu meraih 50,64 % suara pemilih Kota Palopo.

Paslon Naili-Akhmad sangat Digdaya dimana kemenangan sebetulnya sudah diprediksi akan berpihak ke Paslon yang diusung Parpol Koalisi Indonesia Maju terdiri dari Parpol Gerindra, Demokrat dan PKB tersebut.

Saat Pilkada serentak dihelat 27 November 2024, Paslon nomor '04' yang awalnya adalah paket 'Trisal-Akhmad' ini mampu 'menjinakkan' Paslon Nomor 02 pasangan FKJ-Nur yang di Pilwalkot Palopo 'dicap' sebagai representasi Penguasa yang mencengkram Pemerintahan Kota Palopo selama kurun waktu 10 tahun. Didukung Timses dan Infrastruktur politik termasuk finansial memadai Trisal-Ome membukukan kemenangan 33.933 suara atau 35,91 %, unggul dari tiga Paslon lainnya termasuk dari Paslon 02 FKJ-Nur yang meraih 33.338 suara atau 35,28 %.

Kemenangan Trisal-Ome di 'ronde pertama' dengan selisih suara amat tipis di pertarungan pesta demokrasi lima tahunan Kota Palopo tentu tidak diterima begitu saja oleh Paslon FKJ-Nur, dimana akhirnya menggugat ke Mahkamah Konstitusi meminta KPU untuk melakukan Pemilihan Suara Ulang (PSU) Pilwalkot Palopo tanpa mengikusertakan Trisal.

Gugatan yang akhirnya mendiskualifikasi Trisal tidak ikut kontestasi PSU membuat Paslon 04 tidak bergeming. Naili, istri Trisal masuk menggantikan sang suami sebagai 01 berpasangan Akhmad nampaknya memperlihatkan sebagai sosok perempuan perkasa.

Meski hanya berprofesi sebagai Ibu rumah tangga, Naili bahkan mempertegas bahwa Paslon 04 memang berhak untuk menakhodai dan mengambil alih tongkat estafet kepemimpinan di Kota yang terletak dibagian jazirah utara Provinsi Sulawesi Selatan ini.

Pembuktian Kedigdayaan Paslon 04 ini diperlihatkan pada PSU Pilwalkot Palopo yang berlangsung Sabtu (24/5/2025), dimana hasil hitung cepat yang beredar di sejumlah akun medsos, Naili-Akhmad akhirnya meraih 46.728 suara atau berhasil meraup 50,64 % suara pemilih PSU Pilwalkot Palopo, jauh meninggalkan rival politiknya Paslon 02 FKJ-Nur yang meraih 34.449 suara atau 37,33 persen, Paslon 03 Rahmat-ATK yang hanya mampu meraih 10.847 suara atau 11,76 % dan Paslon 01 Putri Dakka-Haidir Basir yang meraih 259 suara atau 0,28 %.

Quo Vadis Kota Palopo?
Paslon 04 Naili Trisal-Akhamd Syarifuddin yang tersisa dilantik kini berada di depan pintu Kepemimpinan Kota Palopo. Kota Idaman yang pesta demokrasinya kerap berdinamika di ranah hukum ini dituntut berbenah dengan sejumlah permasalahan sosial yang menghadang Naili-Ome. Kota yang di beri julukan sebagai Kota Idaman (Indah, Bersih dan Nyaman) oleh Wali Kota almarhum HPA Tenriadjeng ini sedang menghadapi 'luka' sosial yang cukup serius yang saat ini terekam baik di memori ingatan warganya yang bermukim di 48 kelurahan.

Setidaknya ada 3 permasalahan besar yang dihadapi Kota dengan jumlah penduduk hanya sebanyak 180.518 jiwa ini.
Pertama, yaitu Hutang Pemkot Palopo yang mencapai Rp 250 milyar. Kedua, masih minimnya Pendapatan asli daerah (PAD) untuk membiayai operasional pembangunan. Ketiga, dengan luas hanya 247,52 kilometer persegi atau sama dengan 0,39% dari luas wilayah Propinsi Sulawesi Selatan ini, Kota Palopo dan warganya sedang diperhadapkan masalah banjir dan genangan air yang setiap saat terjadi utamanya saat hujan deras terjadi.

  1. Hutang Pemkot Palopo Rp 250 milyar
    Permasalahan hutang ini menjadi pelik, mengingat Kota ini disatu sisi hanya mampu menghasilkan PAD sebesar Rp44,424 Milyar saja. Dengan hutang Pemkot sebesar Rp 250 milyar ini dibutuhkan waktu kurun waktu 6 tahun lebih untuk menyelesaikannya apabila PAD hanya mampu diraup dalam setahun sebesar Rp 44 milyar lebih saja.
    Dilain sisi, Pemkot Palopo ke depan harus memutar otak mengalokasikan anggaran yang tidak sedikit demi melanjutkan pembangunan fisik yang sudah ada, seperti Pembangunan gedung olah raga (GOR), Sekolah unggulan serta Mall dan menara yang dibangun melalui anggaran daerah.
  2. Minim Pendapatan Asli Daerah
    Pembangunan Kota Palopo harus tetap dilanjutkan ke depan. Namun dilain sisi, untuk mengakselerasi pembangunan dibutuhkan anggaran yang tidak sedikit yang sejatinya bersumber dari PAD. Namun sayangnya, Kota dengan tumpuan ekonomi warganya berada di sektor jasa ini dalam setahun hanya mampu meraih kisaran Rp 44, 424 milyar saja, bahkan target PAD di 2024 sebesar Rp 49,197 milyar tidak mampu dicapai.
    Luas wilayah yang kecil dan ketiadaan sumber daya alam yang harus dikelola, membuat Pemkot Palopo ke depan harus memutar otak untuk mencari objek yang bisa mendatangkan dan menambah PAD. Hal ini penting, karena PAD disamping untuk membiayai pembangunan, pula diperhadapkan untuk membayar hutang Pemkot Palopo sebesar Rp 250 milyar tersebut. Yang tidak kalah pentingnya, Kota ini selalu defisit pendapatan. APBD kota Palopo pendapatannya hanya sebesar Rp 962 milyar lebih namun belanja daerah menembus Rp 977 milyar lebih, terasuk membiayai gaji pegawai didalamnya.
  3. Kota Langganan Banjir
    Kota Palopo sebetulnya memang menjadi Kota Idaman, dan menjadi Kota tujuan di jazirah utara Sulsel, termasuk tujuan pendidikan. Sejumlah daerah tetangga menjadikan Palopo sebagai Kota tujuan untuk melanjutkan pendidikan generasi muda pada jenjang sarjana/kuliah, karena brbagai kampus telah hadir di kota ini.

Namun sangat disayangkan, kota Palopo yang dibelah beberapa sungai besar termasuk Sungai Latuppa, warganya kerap diancam musibah banjir bandang. Kota ini menjadi langganan banjir lantaran letaknya berada kaki pegunungan dan tidak berapa jauh daratannya langsung berbatasan laut teluk bone yang begitu luas.

Pemerintah Kota Palopo yang akan datang akan diperhadapkan masalah bencana banjir. Dimana dibutuhkan sistem drainase yang memadai didalam kota Palopo. Pertanyaannya adalah, apakah Pemkot Palopo berani mengambil kebijakan untuk membangun drainase baru ditengah padatnya permukiman warga, termasuk memperbaiki dan membuka kanal-kanal untuk menyalurkan air bah langsung ke laut gar tidak meluber ke permukiman warganya? Karena mengambil langkah itu Pemkot Palopo akan menghadapi masalah sosial, disamping membutuhkan anggaran yang tidak sedikit.

Namun demikian apapun permasalahan Kota Palopo. Kini telah hadir calon pemimpin baru, yakni Naili dan Akhmad. Keduanya akan memimpin dalam kurun waktu lima tahun (2025-2030) dengan tagline 'Palopo Baru'.

180 Ribu warga Palopo kini banyak berharap dari pola kepemimpinan Naili- Ome untuk pembangunan Kota berikut penyelesaian sejumlah permasalahan dan keinginan menggapai kesejahteraan warganya. Harapan dimana betul-betul hadir Pemimpin Baru dengan Suasana Baru, bukan sebaliknya Pemimpin Baru Rasa Lama.

Selamat Datang Pemimpin Baru…
Selamat Mengemban
Visi 'Palopo Baru…'

Andrie Islamuddin
Palopo Ahad, 25/5/2025

  • Bagikan

Exit mobile version