Meramal Wali Kota Palopo

  • Bagikan

Oleh: Armin Mustamin Toputiri

Dua hari lalu, Pilkada ulang Kota Palopo, usai sudah. Pemenangnya, seketika itu mengingatkan saya pada perbincangan -- sama sekali tak serius saat di pesta pengantin -- di Claro Hotel Makassar, sekira 11 bulan yang lalu.

"Walikota Palopo berikutnya, dia sosok perempuan!", ujarnya pada saya, tetiba mengalih topik.

"Tau dari mana Pak", tanya saya bingung. "Bukankah pilkada serentak akan dihelat, delapan bulan lagi ke depan".

"Firasat saya, yah sudah berkata begitu", ujarnya bernada santai. "Asal tau, firasat saya jarang meleset", lanjutnya sedikit berkelakar.

"Itu namanya ramalan Pak", tepis saya.

"Ya ramalan. Silahkan lihat saja nanti…"


Saya ini, termasuk golongan orang yang cenderung tidak percaya ramalan. Kalau prediksi, bolehlah.

Ramalan itu sandarannya intuisi, firasat, ataukah berdasar kepercayaan, sifatnya supra-natural. Bentuknya, cenderung subjektif serta dipengaruhi interpretasi pribadi. Beda prediksi, selain berbasis data dan analisis ilmiah, juga bentuknya objektif. Prediksi, berupaya menjauhi interpretasi subjektif.

Sekalipun saya tak percaya pada ramalan yang tak punya standar objektif itu, tapi entah peramalan ditutur oleh seseorang itu, kuat melekat dalam memori ingatan saya. Sedikitnya, membuat penasaran. Hendak menguji pembuktiannya kelak, apa benar Walikota Palopo berikutnya, itu sosok seorang perempuan?


Palopo, tanah lahir saya. Lima kali Pileg, saya menyasar kota itu. Sekian Pilkada, saya ikutan beradu di sana. Ayal, sedikit banyak, taulah saya suasana kebatinan politik warga kota itu. Pula saya tau, ada sekian sosok perempuan bakal ikut naik gelanggang pertarungan pada pilkada serentak di sana. Saya tau itu -- bukan ramalan -- sebab di antaranya "melapor" pada saya, meski saya tidak lagi peduli dengan urusan itu.

Giliran pendaftaran pasangan Cawalkot dan Cawawalkot Palopo di KPU. Empat pasang, hanya seorang perempuan maju 01. Ada dua lagi perempuan, tetapi maju hanya 02. Apakah sesosok yang maju 01 itu, jadi pembukti ramalan seseorang itu kelak? Akh, saya sangsi. Saya tau peta politik di sana.

Pilkada selesai, Walikota Palopo terpilih, bukan perempuan. Ramalan seseorang itu, salah besar. Ramalan atas firasatnya, tak layak dipercaya. Sekalipun dia sosok saya kenal dekat. Bahkan, dia sosok saya hormati sejak saya masih di usia muda.


Syahdan, MK menganulir hasil pilkada itu, memerintahkan dilaksanakan pilkada ulang. Calon 01 peraih suara terbanyak, diganti oleh istrinya. Saatnya, saya mulai was-was lagi, sekali lagi memberi peduli, akankah perempuan itu yang kelak jadi pembukti ramalan seseorang itu?

Perhitungan suara pilkada ulang, dua hari lalu selesai. Berbukti, tidak banyak pihak sebelumnya mengira, jika kelak inilah kali pertama, Kota Palopo dinakhodai sosok perempuan. Namanya, Naili.

"Pak selamat. Ramalan Bapak jitu. Benar, Walikota Palopo terpilih, dia perempuan", bunyi pesan WA saya kirim kemarin pada seseorang, si peramal itu.

"Ramalan saya, benar kan!" Balasnya dari gedung Kura-Kura di Senayan sana.

Dia Anggota DPR-RI. Sebelumnya, Bupati dua periode salah satu kabupaten bagian Selatan di wilayah Sulsel.

"Percaya mako toh!" Siap Pak, Hi hi hi

Makassar, 26 Mei 2025

  • Bagikan