PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID PALOPO -- Semangat! Itulah kata yang diucapkan Hairul (46 Tahun), salah seorang pasien hemodialisa, tatkala akan memulai menjalani cuci darah (dialisis) di RSUD Sawerigading, Kota Palopo, Kamis 29 Mei 2025.
Jadwal rutin cuci darahnya dalam sepekan, Senin dan Kamis. Waktu yang dibutuhkan setiap kali kunjungan lima jam.
Dari rumah ke rumah sakit, hanya ditempuhnya 15 menit. Jadinya, ia punya waktu lebih santai datang ke rumah sakit. Beruntung tidak macet.

Pekerjaan sehari-harinya adalah seorang abdi negara di Sekretariat Pemerintah Kota Palopo.
Pengobatan ini sudah ia jalani selama 10 tahun terakhir, tepatnya sejak tahun 2015. Tak ada kata mengeluh dan menyerah. Baginya ini sudah menjadi jalan hidup dan takdir yang ia harus lalui.
Ia lalu menceritakan bagaimana awal mula sampai ia divonis gagal ginjal oleh dokter. Sebelum Tahun 2015 itu, selama dua tahun ia tidak terlalu peduli dengan kondisi tubuh yang dia alami. Seperti, pada saat buang air kecil selalu pingsan, buang air besar juga pingsan di dalam kamar mandi.

"Kondisi ini saya alami sekira dua tahun terakhir. Barulah setelah kontrol kesehatan di faskes, dari dokter menemukan tensi dan tekanan darah rendah. Dan pada akhirnya saya masuk rumah sakit dan harus diopname saat itu juga. Setalah itu diperiksa dan keluar hasilnya, ternyata sudah gagal ginjal dengan stadium 5 atau stadium akhir,” ungkap Hairul dengan nada lembut dari atas bed ruang Hemodialisa RSUD Sawerigading, Kota Palopo.
Atasan dan rekan-rekan kerjanya pun sudah maklum dengan keadaan Hairul. Bahkan jadwal kontrol ke rumah sakit, tiap Senin dan Kamis sudah tercatat secara baik dalam memori ingatan rekan-rekannya.
Dalam setiap kali kunjungan, tak lupa ia lalu menyetor kartu Jaminan Kesehatan Nasiona(JKN) ke perawat yang berjaga. Setelah dipersilakan, ia lalu mengarah ke salah satu bed yang kosong.

Dengan ciri khas kacamata hitam, Hairul berbaring sambil perawat mulai mencari pembuluh darah di dekat pinggulnya untuk disedot lalu dicuci di mesin dialisis.
Sesekali ia, membuka gawainya sambil membalas pesan yang masuk.
Ia pun merasa bersyukur bisa menjalani pengobatan cuci darah tak jauh lagi dari rumahnya. Lantaran, di awal-awal ia didiagnosa gagal ginjal mengharuskan bolak-balik Palopo ke Makassar setiap dua kali sepekan. "Alhamdulillah mulai tahun 2022, RSUD Sawerigading mulai ada mesin cuci darah, sehingga tidak repot lagi PP ke Makassar," sebut Hairul sambil sesekali menatap gawainya memeriksa pesan masuk.

Selama menjalani pengobatan cuci darah, ia merasa lega lantaran tak ada biaya pengobatan yang ia keluarkan. Semunya ditanggung BPJS Kesehatan.
Baginya, program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ini telah menjadi harapan bagi masyarakat Indonesia yang membutuhkan akses layanan kesehatan yang berkualitas.
“Bersyukur sekali ada BPJS Kesehatan karena ada juga pengalaman keluarga waktu dulu kasus yang sama tapi karena belum ada BPJS Kesehatan, akhirnya tidak bisa berbuat apa-apa karena kemampuan tidak ada. Jadi alhamdulillah, manfaatnya itu sangat luar biasa, karena terus terang aja seandainya tidak ada BPJS Kesehatan mungkin kita ini tidak bisa berobat,” ungkapnya.

Ia juga memberikan apresiasinya kepada RSUD Sawerigading tempat dimana ia dirawat dan BPJS Kesehatan yang sudah memberikan pelayanan terbaiknya untuk pasien cuci darah, seperti dirinya. Para petugas medis di rumah sakit ini selalu memastikan kenyamanan pasien melalui layanan yang cepat, profesional, dan ramah.
Setiap harinya RSUD Sawerigading melayani sampai 12 orang penderita gagal ginjal. Rumah sakit ini satu-satunya di kawasan Luwu Raya yang mempunyai alat cuci darah. Warga dari kabupaten lain dirujuk ke rumah sakit ini, selain ke Kota Makassar yang jaraknya 350 km atau 9 jam perjalanan lewat darat.

Selalu Evaluasi Pelayanan
BPJS Kesehatan Cabang Palopo yang membawahi tiga kabupaten dan 1 kota (Kab. Luwu, Kota Palopo, Kab. Luwu Utara, dan Kab. Luwu Timur), terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan pengelolaan pembiayaan yang lebih efektif untuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Melalui pertemuan rutin setiap tahun, BPJS Kesehatan Cabang Palopo mengadakan pertemuan bersama Tim Kendali Mutu Kendali Biaya (TKMKB) dan perwakilan dari beberapa dokter dari berbagai fasilitas kesehatan se-Luwu Raya.
Kepala BPJS Kesehatan Cabang Palopo, Dahniar Hasyim Dahlan menyampaikan jika kegiatan ini merupakan bagian dari evaluasi dan penyamaan persepsi antara BPJS Kesehatan dan fasilitas kesehatan dalam menjalankan pelayanan yang bermutu dan efisien.
“Tujuan kita bersama adalah menjamin pelayanan kesehatan yang berkualitas dan berkelanjutan bagi peserta JKN. Dalam prosesnya, tentu dibutuhkan sinergi yang erat antara BPJS Kesehatan dan fasilitas kesehatan, tidak hanya dari sisi administrasi, tetapi juga pemahaman bersama mengenai kendali mutu dan biaya ini,” ujar Dahniar.
Fokus utama TKMKB adalah pada pengendalian mutu dan biaya dalam layanan kesehatan. Hal ini mencakup kebijakan dan kinerja program, kebutuhan dan permintaan, penerimaan, efektivitas, kesetaraan, keberlanjutan, serta aspek kesehatan lainnya.
“Saat ini, fokus utama kami di BPJS Kesehatan adalah bagaimana memastikan mutu layanan kesehatan yang diterima peserta tetap tinggi, namun dengan pengelolaan biaya yang lebih efisien dan bertanggung jawab,” ucapnya.
Sementara itu, salah seorang Dokter RSUD Batara Guru di Kabupaten Luwu Timur, Mashudi memberikan sudut pandang dari realitas di lapangan. Menurutnya, lonjakan angka tindakan medis tidak serta merta menunjukkan penyimpangan, karena bisa jadi mencerminkan kebutuhan nyata pada masyarakat.
“Secara statistik, suatu kasus mungkin akan terlihat tidak wajar. Tetapi apabila fakta yang terjadi di lapangan, kondisi seperti itu memang memungkinkan bisa terjadi,” ungkap Mashudi.
Selanjutnya, Dahniar juga menyampaikan apresiasinya kepada seluruh peserta yang hadir pada pertemuan ini. Terkhusus kepada fasilitas kesehatan dan dokter se-Luwu Raya.
“Pertemuan ini bukan sekadar forum diskusi, tetapi wujud nyata dari komitmen bersama untuk menjaga kualitas dan akuntabilitas pelayanan kesehatan. Kami bangga dapat bekerja sama dengan para dokter dan fasilitas kesehatan yang memiliki integritas tinggi dan orientasi pada keselamatan peserta JKN,” pungkas Dahniar.(idr)