Besok, Jemaah Haji Wukuf di Arafah

  • Bagikan
FOTO ILUSTRASI Wukuf di Arafah

PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, MAKKAH — Hari ini, jemaah haji mulai bergerak ke Padang Arafah untuk mempersiapkan diri menjalani puncak ibadah haji yakni wukuf, yang dimulai, Kamis 5 Juni 2025, besok.

Lantas apa makna dari wukuf sebagai puncak ibadah haji? Palopo Pos merangkum dari pelbagai sumber, seperti dari UIN Alauddin Makassar. Dimana disebutkan Haji adalah salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim yang mampu, setidaknya sekali seumur hidup. Dalam rangkaian ibadah haji, terdapat berbagai rukun yang harus dipenuhi, salah satunya adalah wukuf di Padang Arafah. Wukuf di Arafah dilakukan pada tanggal 9 Zulhijah, dimana para jamaah berkumpul untuk berdiam diri, merenung, dan berdoa.

Padang Arafah bukan hanya sekadar tempat berkumpul, tetapi memiliki makna dan hakikat yang mendalam. Wukuf di Arafah mengandung pesan penting tentang kefanaan dunia, kesetaraan di hadapan Tuhan, kesadaran akan pengawasan Ilahi, dan pengenalan diri serta Tuhan. Melalui pemahaman yang lebih dalam tentang wukuf, diharapkan para jamaah dapat menjalani ibadah haji dengan lebih khusyuk dan penuh kesadaran spiritual.

Wukuf berasal dari kata "waqafa" yang berarti berhenti atau berdiri. Secara filosofis, wukuf mengandung makna bahwa dalam kehidupan ini, setiap manusia harus menyadari bahwa segala sesuatu akan mengalami pemberhentian. Tidak ada yang abadi di dunia ini, semua akan berakhir pada waktunya. Wukuf di Padang Arafah mengingatkan manusia akan kefanaan dunia dan pentingnya persiapan untuk kehidupan setelah mati.

Padang Arafah sering diibaratkan sebagai miniatur Padang Mahsyar, tempat di mana seluruh umat manusia akan dikumpulkan untuk menunggu keputusan Allah SWT pada hari kiamat. Di sini, semua manusia sama di hadapan Tuhan, tanpa memandang status sosial, kekayaan, atau keturunan.

Kesetaraan ini mengingatkan kita bahwa pada akhirnya, semua manusia akan kembali kepada Allah dalam keadaan yang sama. Ini mengajarkan pentingnya menjaga ketakwaan dan berbuat baik kepada sesama, tanpa memandang perbedaan. Di Arafah, umat Islam belajar untuk menghargai persamaan ini dan mengembangkan rasa persaudaraan yang kuat di antara mereka.

Perjalanan ke Arafah
Kementerian Agama (Kemenag) RI memastikan seluruh jemaah haji Indonesia akan ditata pergerakannya dengan sistematis dan terstruktur. Kemenag menyiapkan tiga skema utama untuk perjalanan Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).

"Kita telah melakukan pengelompokan jemaah menuju Arafah, Muzdalifah, dan Mina berdasarkan syarikah dan markas yang sudah dimodifikasi dengan pembentukan kafilah ad-hoc," ujar Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag, Hilman Latief, dalam konferensi pers yang disiarkan langsung di YouTube Kemenag RI, Senin (2/6/2025).

Selain itu, untuk memastikan kelancaran dan pengawasan pergerakan, Kemenag juga membentuk war room atau ruang operasi bersama yang melibatkan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH), penyedia layanan (syarikah), serta berbagai pihak terkait. Semua proses ini diawasi langsung oleh Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi.

Hilman Latief memaparkan tiga skema mobilisasi utama yang disiapkan untuk fase krusial yakni, Skema Reguler (Taraddudi). Skema ini akan diikuti sekitar 67 persen jemaah atau setara 136.000 orang. Jemaah akan mengikuti rute normal dari Makkah ke Arafah, kemudian ke Muzdalifah untuk mabit (bermalam), lalu menuju Mina.

Skema Murur. Diperuntukkan bagi lebih dari 60.000 jemaah, skema ini memungkinkan mereka langsung bergerak dari Arafah ke Mina tanpa turun di Muzdalifah. Hilman menyebut skema ini sebagai bentuk kemudahan bagi jemaah tertentu. Dan, Skema Tanazul
Lebih dari 30.000 jemaah akan menggunakan skema ini. Mereka melontar jumrah pada 10 Zulhijah lalu kembali ke hotel masing-masing tanpa mabit di Mina. Jemaah ini sebagian besar tinggal di wilayah Shishah dan Raudhah.(idr)

  • Bagikan