Pelatihan Ecoprint Teknik Pounding Bagi Siswa Sekolah Dasar

  • Bagikan

PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, MAKASSAR-- Pada akhir Mei 2025, SD Negeri 12 Biraeng, Kecamatan Minasate’ne, Kabupaten Pangkep, menjadi saksi wajah ceria dan semangat berkarya puluhan siswa kelas 4.

Berkat program pengabdian kepada masyarakat oleh Dosen Universitas Terbuka (UT) Makassar, mereka diperkenalkan pada teknik pencetakan ecoprint dengan metode pounding—suatu inovasi seni ramah lingkungan yang memanfaatkan berbagai macam daun dan bunga sebagai pewarna alami. Kegiatan ini tidak hanya bertujuan meningkatkan kesadaran ekologis, tetapi juga menstimulasi kreativitas dan jiwa seni anak-anak sejak usia dini.

Kegiatan “Pembuatan Ecoprint Teknik Pounding untuk Melatih Kreativitas Siswa SD Negeri 12 Biraeng” merupakan inisiatif Program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) yang digagas oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Sekolah Pascasarjana (SPs), Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), serta Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Terbuka Makassar.

Kegiatan ini diharapkan menjadi jembatan penghubung antara dunia perguruan tinggi dan masyarakat, sekaligus menumbuhkan kesadaran lingkungan dalam bentuk pendidikan seni bagi anak usia sekolah dasar.
Sebagai latar belakang, wilayah Biraeng yang berada di Kecamatan Minasate’ne dikenal kaya akan keanekaragaman hayati, termasuk berbagai jenis tanaman hias dan daun-daunan yang biasa digunakan masyarakat setempat dalam kehidupan sehari-hari. Namun, pemanfaatan tanaman lokal untuk keperluan seni dan edukasi masih terbilang minim.

Melalui teknik ecoprint pounding, tim pengabdian berupaya mengenalkan nilai tambah estetika dan ekonomis dari tumbuhan yang tersedia di sekitar lingkungan sekolah.

Tim Pelaksana dan Kolaborasi Multidisiplin

Tim pelaksana program ini terdiri atas lima orang dosen dari berbagai program studi di UT Makassar, yang menyatukan keahlian mereka demi keberhasilan kegiatan:
Dra. Makkatenni, M.Pd (Ketua Tim) – Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UT Makassar. Sebagai ketua tim, Bu Makkatenni memimpin perencanaan kurikulum ecoprint, mengoordinasikan penyediaan bahan baku daun dan bunga, serta melakukan monitoring terhadap kegiatan di lapangan.

Dr. Jalil, S.Pi, M.P. – Dosen Program Studi Manajemen Perikanan, Sekolah Pascasarjana UT Makassar. Dr. Jalil bertanggung jawab pada aspek pengelolaan sumber daya hayati, pemilihan jenis-jenis daun dan bunga yang cocok untuk ecoprint, serta sosialisasi nilai lingkungan di balik setiap hasil karya.

Dra. Kusmaladewi, M.Pd – Dosen Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) FKIP UT Makassar. Bu Kusma memastikan metode penyampaian materi sesuai dengan karakteristik perkembangan anak usia 9–10 tahun, memfasilitasi teknik pembelajaran yang interaktif, serta membimbing anak-anak dalam mengungkapkan imajinasi melalui aktivitas seni.

Risnashari, S.E, M.Si – Dosen Program Studi Manajemen FEB UT Makassar. Risna berkontribusi dalam hal pendanaan logistik, penyusunan proposal pengabdian, serta dokumentasi kegiatan agar dapat menjadi best practice terpublikasi di jurnal pengabdian masyarakat.
Andi Suci Anita, S.P, M.P. – Dosen Program Studi Agribisnis FST UT Makassar. Bu Suci membantu penyediaan material daun dan bunga yang ramah lingkungan, memandu siswa mengenali berbagai jenis tumbuhan lokal, serta menjelaskan aspek keberlanjutan dan nilai tambah ekonomi dari ecoprint yang dapat dikembangkan di desa.

Kolaborasi lintas Fakultas ini menunjukkan komitmen UT Makassar untuk menghadirkan pendidikan yang holistik—menggabungkan ilmu sains, pendidikan, manajemen, dan agribisnis—dalam satu wadah pengabdian masyarakat.

Rangkaian Kegiatan di Lapangan

  1. Persiapan Bahan dan Lokasi
    Tim UT Makassar tiba di SD Negeri 12 Biraeng pada pagi hari di akhir Mei 2025. Sebelum memasuki ruang kelas, tim mengumpulkan berbagai jenis daun (seperti daun kenikir, jati, bayam, serta daun-daun hias setempat) dan bunga (kenanga, kembang sepatu, serta bunga lokal lain) di sekitar halaman sekolah. Bahan-bahan ini kemudian dicuci, dikeringkan sebentar, dan dipilah berdasarkan tekstur serta pigmen alami. Proses persiapan ini dipandu langsung oleh Andi Suci Anita, yang menjelaskan bahwa pemilihan daun dengan kandungan pigmen berbeda akan menghasilkan corak warna ecoprint yang variatif.
    Selain mempersiapkan bahan, tim juga menata aula sekolah dengan meja-meja panjang yang sudah dilapisi kain putih polos. Kain putih dipilih agar hasil cetakan daun dan bunga lebih terlihat kontras. Setiap meja diberi peralatan pounding: palu kayu kecil, spons basah untuk membungkus daun, serta lap kain sebagai alas.
  2. Penyampaian Materi oleh Tim Dosen

Kegiatan dimulai dengan sambutan singkat Kepala SD Negeri 12 Biraeng, Bapak Iwan Rahmat, S.Pd., yang menyampaikan apresiasi atas kehadiran dosen UT Makassar. “Kami sangat berterima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada siswa kami untuk belajar langsung dari para ahli. Kegiatan ini sangat mendidik sekaligus menghibur,” ujarnya di hadapan seluruh siswa.

Selanjutnya, Ketua Tim pengabdian, Dra. Makkatenni, M.Pd., memberikan paparan mengenai ecoprint secara umum. Ia menjelaskan bahwa ecoprint adalah teknik mencetak bentuk daun dan bunga ke atas kain atau kertas dengan memanfaatkan pigmen alami. Teknik pounding sendiri berarti menumbuk daun ke permukaan kain, sehingga pigmen akan menempel dan membentuk pola menyerupai karakteristik daun asli. Menurut Bu Makkatenni, metode pounding relatif mudah dikerjakan siswa, aman tanpa bahan kimia berbahaya, serta dapat memperkenalkan konsep daur ulang dan cinta lingkungan.

Dr. Jalil, S.Pi, M.P., menambahkan bahwa ecoprint bukan sekadar aktivitas seni, melainkan juga sarana edukasi tentang keanekaragaman hayati. “Dengan mengenalkan jenis-jenis tumbuhan lokal untuk bahan ecoprint, anak-anak dapat belajar menghargai alam di sekelilingnya. Mereka pun memahami bahwa tumbuhan dapat memiliki nilai estetika dan ekonomis jika diolah dengan kreativitas,” paparnya.

Dra. Kusmaladewi, M.Pd., memberi pengarahan khusus kepada para guru pendamping agar mereka sigap membantu siswa yang mengalami kesulitan teknik. Sementara itu, Risnashari, S.E, M.Si., menekankan pentingnya dokumentasi. Ia meminta seluruh peserta dan guru mendokumentasikan proses mulai dari pemilihan daun hingga hasil akhir ecoprint, agar foto-foto tersebut kelak bisa menjadi portofolio bersama UT Makassar dan SD Negeri 12 Biraeng.

  1. Praktik Langsung Ecoprint Pounding oleh Siswa

Ketua kelas 4 SD Negeri 12 Biraeng, Siti Nurhaliza, dengan antusias memimpin teman-temannya menuju meja ecoprint. Setiap siswa sudah menyiapkan kain putih berukuran 30×40 cm, palu kayu, serta beberapa jenis daun pilihan. Instruksi pertama adalah menyusun daun di atas kain sesuai pola yang diinginkan: ada yang memilih susunan simetris, ada pula yang lebih bebas menebar daun di seantero kain.

Miss Kusma (panggilan akrab Dra. Kusmaladewi) berkeliling memantau teknik menempatkan daun, memastikan setiap ujung daun menempel rata pada kain. “Jangan terlalu keras menumbuk, cukup perlahan hingga pigmen keluar. Perhatikan arah urat daun agar cetakan terlihat jelas,” ucapnya lembut.

Anak-anak tampak antusias. Rafi, salah satu siswa, berbagi ceritanya: “Saya senang sekali bisa membuat kain seperti ini. Awalnya saya pilih daun pisang karena besar. Setelah dicetak, warnanya hijau muda dan kecokelatan. Jadi seperti lukisan alam!”

Selain daun pisang, beberapa siswa memilih daun kenikir, daun pepaya, atau gugusan daun bunga sepatu. Warna-warna yang dihasilkan bervariasi: hijau lumut, hijau kekuningan, cokelat kekuningan, bahkan kemerahan samar. Proses pounding dilakukan dengan menutup daun menggunakan selembar kain basah tipis untuk menjaga kelembaban, lalu dipukul perlahan menggunakan palu kayu kecil. Tekanan palu yang berbeda menghasilkan intensitas warna berbeda pula.

Para guru pendamping turut membantu membagikan palu kayu, kain basah, dan mengawasi agar lantai aula tetap bersih dari daun-daun terkelupas. Beberapa siswa sempat tertawa saat daun terselip di kain basah, lalu terpental saat dipukul. Keriuhan yang menyenangkan itu justru menambah semangat belajar dan kreativitas mereka.

  1. Pengeringan dan Pameran Karya Sementara

Setelah proses pounding selesai, kain-kain ecoprint dibiarkan selama 10–15 menit agar pigmen menempel sempurna. Kemudian, tim UT Makassar memindahkan masing-masing kain ke area jemur yang teduh, menghindari sinar matahari langsung agar warna tidak pudar terlalu cepat. Sementara menunggu pengeringan, para siswa diajak minum air putih dan makan snack ringan yang disediakan oleh panitia.

Setelah kain mulai kering, para siswa dan guru kembali mendampingi untuk melepas daun yang masih menempel pada kain. Hasilnya: pola ecoprint menyerupai siluet daun asli, dengan warna-warna kalem yang menggambarkan karakteristik tumbuhan lokal. Beberapa karya memajang motif daun papaya yang bergerombol di tengah kain, ada pula motif daun kenikir yang berjajar layaknya jembatan hijau.

Berikutnya dilaksanakan pemotongan tepi kain untuk membentuk tas kecil (tote bag) atau selembar kain dinding (wall hanging). Tim Agribisnis UT Makassar, Andi Suci Anita, mengajari siswa bagaimana menjahit bagian pegangan sederhana untuk menciptakan tas ecoprint yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun jahitan masih sederhana—sebagian dibuat oleh tim dosen—anak-anak tampak bangga saat tas hasil karyanya digantung rapi di bilik pameran mini.

Antusiasme dan Manfaat bagi Siswa
Selama praktik ecoprint pounding, sebagian besar siswa menunjukkan antusiasme tinggi. Raut wajah ceria dan senyum lebar tampak saat mereka berhasil mencetak daun menjadi motif nyata di atas kain. “Seru sekali, Bu! Saya baru pertama kali menggunakan palu kayu untuk membuat seni. Rasanya seperti melukis tanpa cat,” ungkap Amin, salah satu siswa yang memilih motif daun pepaya.

Guru Pembimbing Kelas 4, Ibu Dewi Safitri, menyatakan bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat untuk mengasah motorik halus siswa, mengenalkan nilai-nilai lingkungan, serta menumbuhkan rasa percaya diri mereka. “Melalui ecoprint pounding, anak-anak belajar tentang ketelitian (karena menata daun harus presisi), kesabaran (karena menunggu kain mengering), dan kegembiraan berkreasi dengan alam. Mereka bangga menunjukkan karya kepada teman di luar kelas.”

Secara psikologis, kegiatan seni membawa dampak positif pada perkembangan anak. Dra. Kusmaladewi, M.Pd., menjelaskan: “Siswa usia 9–10 tahun berada pada tahap perkembangan kognitif konkret operasional, di mana belajar melalui sentuhan dan pengalaman nyata sangat efektif. Dengan memegang daun, merasakan tekstur, menumbuk dengan palu kayu, lalu melihat hasilnya di kain, mereka mengalami proses pembelajaran multisensorik yang memperkuat memori, kreativitas, dan pemahaman tentang alam sekitar.”

Lebih jauh, Dr. Jalil, S.Pi, M.P., menambahkan bahwa ecoprint memupuk kesadaran ekologis anak sejak dini. “Anak-anak mulai memahami bahwa setiap daun memiliki keunikan tersendiri—melalui rona dan teksturnya—dan bahwa sumber daya alam dapat diolah menjadi karya seni tanpa merusak lingkungan. Ini adalah langkah awal yang penting untuk membentuk generasi peduli lingkungan.”

Dukungan dan Harapan ke Depan

Kepala SD Negeri 12 Biraeng, Bapak Iwan Rahmat, S.Pd., menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya atas program pengabdian ini. Menurutnya, kegiatan semacam ini membuka wawasan baru bagi siswa dan guru dalam memanfaatkan potensi lokal. “Kami berharap UT Makassar dapat terus menjalin kerja sama dengan sekolah kami, baik untuk program seni seperti ecoprint maupun bidang pembelajaran lain yang relevan. Dengan sinergi ini, kami yakin mutu pendidikan di daerah semakin meningkat.”

Di sisi lain, Risnashari, S.E, M.Si., menegaskan pentingnya publikasi hasil pengabdian sebagai bentuk akuntabilitas dan pengetahuan bersama. “Tim akan menyusun laporan lengkap yang memuat foto dokumentasi, langkah-langkah metode, serta testimoni siswa dan guru. Hasil laporan ini akan diajukan ke jurnal pengabdian masyarakat sehingga dapat menjadi rujukan bagi perguruan tinggi lain yang hendak mengimplementasikan ecoprint di sekolah”.

Sebagai penutup, Ketua Tim, Dra. Makkatenni, M.Pd., menyampaikan harapan besar agar kegiatan ini bukan sekadar sekali acara, melainkan menjadi pilot project bagi penerapan ecoprint di sekolah-sekolah lain di Kabupaten Pangkep maupun daerah Sulawesi Selatan.

“Kami bermimpi, suatu hari nanti, ecoprint bukan hanya dipelajari secara sederhana, tetapi juga menjadi materi ekstrakurikuler yang rutin diselenggarakan. Anak-anak bisa memproduksi sendiri kerajinan ramah lingkungan dan mungkin kelak menjadi sentra ekonomis di komunitasnya.”

Hasil Karya: Potret Seni Anak dan Alam

Gambar-gambar karya siswa kelas 4 SD Negeri 12 Biraeng yang terpampang di pameran mini menyajikan beragam motif ecoprint yang mengejutkan—dari bentuk daun kenikir yang mungil. Ada karya yang dipadu dengan motif bunga sepatu berwarna ungu lembut, menciptakan kontras artistik di atas latar putih.
Beberapa hasil karya menampilkan kreativitas sekelompok siswa mencetak jenis daun ubi, daun Gedi, bunga kembang Sepatu dan aneka daun yang tersedia dilingkungan sekolah. Daun tersebut dicetak diatas selembar kain dan totebag yang dikerjakan secara berkelompok.

Karya-karya tersebut kini berada di ruang Pamer Karya Siswa SD Negeri 12 Biraeng, sebagai kenang-kenangan sekaligus inspirasi bagi siswa generasi berikutnya.

Program pengabdian “Pembuatan Ecoprint Teknik Pounding untuk Melatih Kreativitas Siswa SD Negeri 12 Biraeng” telah usai dilaksanakan pada akhir Mei 2025. Namun, gema antusiasme dan makna yang terkandung dalam setiap motif ecoprint akan terus dikenang oleh semua pihak: siswa, guru, maupun tim dosen UT Makassar. Melalui kerja sama lintas disiplin, kegiatan ini telah menumbuhkan benih kreativitas yang berpadu dengan kecintaan pada alam—sesuatu yang sangat dibutuhkan di era modern.

Ke depan, diharapkan ecoprint menjadi salah satu aktivitas rutin di sekolah sebagai sarana pendidikan karakter dan seni. Tidak hanya mencetak daun di atas kain, ecoprint juga mencetak pribadi-pribadi kecil yang peduli lingkungan, kreatif, dan percaya diri. Inilah esensi utama pengabdian: menyentuh hati dan pikiran generasi muda, membuka cakrawala baru, serta menanamkan nilai keberlanjutan di tengah gemuruh perkembangan zaman.
Dengan semangat itulah, UT Makassar menegaskan komitmen untuk terus menebar manfaat dan pengetahuan bagi masyarakat, membuktikan bahwa peran perguruan tinggi bukan hanya menghasilkan lulusan berkompeten, tetapi juga turut andil dalam membangun kualitas sumber daya manusia dan lingkungan yang lebih baik. (*)

Penulis:
Tim Dokumentasi Pengabdian UT Makassar
(Dra. Makkatenni, M.Pd. • Dr. Jalil, S.Pi., M.P. • Dra. Kusmaladewi, M.Pd. • Risnashari, S.E., M.Si. • Andi Suci Anita, S.P., M.P.)
Foto: Dok. Tim Pengabdian UT Makassar
Editor: Biro Publikasi dan Informasi UT Makassar. (*)

  • Bagikan

Exit mobile version