Oleh : Nurdin (Dosen UIN Palopo)
Ada tulisan sangat bagus dari Moeflich H. Hart. Seorang dosen di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Aktif dalam akademisi dan organisasi. Pernah jadi Ketua Umum Forum Dosen Indonesia (FDI) Jawa Barat.
Tulisan pak Dosen itu setidaknya sedikit memberi pencerahan, utamanya saya dan mungkin juga Anda yang setengah tahu, mengapa Syiah dan Sunni bertikai di Timur Tengah. Paling tidak, bisa menjadi pembelajaran bagi mereka yang selalu mempersoalkan bedanya Syiah dan Sunni.
Sebab, kadang kita ini hanya memperuncing perbedaan dan mengabaikan persamaan yang ada. Padahal, perbedaan adalah suatu keniscayaan karena itu ciptaan Tuhan. Sederhananya, Allah SWT menciptakan Adam dan Hawa. Bukankah juga itu berbeda?
Kata pak Dosen dalam tulisannya, "Iran itu Syiah tetapi kalau kita bicara politik menghadapi Israel dan Amerika. Ya, jangan ngomong mazhab. Ngomongnya politik persatuan (politics of unity) atau politik dukungan (politics of support)"
Sekarang ini, bukan hanya dunia Islam yang berterima kasih pada Iran tetapi masyarakat dunia pada umumnya. Hanya Iran yang berani membombardir Tel Aviv akibat genosida yang dilakukannya terhadap warga Palestina. Negara lain? Mana ada yang berani.
Moeflich mengatakan, ada yang menyebut Syiah bukan Islam. Kalau itu keyakinan kita, simpan saja di hati. Mudah-mudahan kemusliman kita lebih saleh daripada muslim Syiah. Mudah-mudahan ketaqwaan kita lebih taqwa daripada muslim Syiah Iran.
Tapi jangan lupa, kata pak Dosen bahwa ketaqwaan itu di antaranya dibuktikan oleh kesadaran untuk bersatu dan ketidaktakutan mengahadapi Israel dan Amerika. Dan, Iran yang Syiah itu telah menunjukkannya. Bicara mazhab ada tempatnya, saat diskusi internal mengenai mazhab fiqh dan teologis.
Saya ingin mengatakan, bahwa kelebihan Israel dan Amerika terletak pada adu domba dalam suatu negeri. Termasuk memecah belah antara muslim Syiah dan Sunni. Umat muslim banyak di antaranya yang tidak menyadari itu.
Kebetulan bangsa Iran adalah penganut aliran Syiah. Itu kemudian dijadikan pintu masuk oleh Amerika dan Israel yang congkak itu, untuk memecah belah umat muslim. Propaganda diciptakan sedemikian rupa, agar muslim lainnya membenci Syiah.
Yang diuntungkan siapa? Ya, tentu Israel dan Amerika. Kata Khamenei, "Hiduplah bersama saudara. Perbedaan pandangan soal keyakinan dan pemikiran memang ada, tapi ada juga pendapat yang kita sepakati bersama. Kita punya banyak kesamaan, lalu apa kita mau abaikan semua itu?.
Menghadapi Zionis Israel dan Amerika sebagai common enemy, bicara mazhab dikesampingkan dulu. Lupakan dulu soal keyakinan dan paham aliran agama, kita fokus pada kekejaman Zionis terhadap bangsa Palestina. Bukankah kemanusiaan mendahului keberagamaan?
Kalau terus memperdebatkan Anda Syiah dan saya Sunni. Boleh jadi, kita tidak mendukung keberanian dan kehebatan Iran. Saat ini, dunia sedang mencari kekuatan politik yang bisa menghukum Israel. Dan, Iran yang Syiah itu telah menunjukkannya.(*)