Pesan Damai Anggota DPR RI Frederik Kalalembang untuk Semua Masyarakat, Pasca Peristiwa Sukabumi

  • Bagikan
Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat, Irjen Pol (Purn) Drs. Frederik Kalalembang

PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID JAKARTA – Peristiwa perusakan sebuah rumah singgah yang digunakan untuk kegiatan keagamaan di Desa Tangkil, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, menjadi sorotan nasional.

Tujuh orang telah ditetapkan sebagai tersangka, namun insiden ini menyisakan pelajaran penting tentang arti hidup bertetangga dan pentingnya menjaga kerukunan antarumat beragama.

Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat, Irjen Pol (Purn) Drs. Frederik Kalalembang, menyampaikan keprihatinannya sekaligus mengajak masyarakat untuk menjadikan peristiwa ini sebagai bahan introspeksi bersama.

“Saya sudah berkomunikasi langsung dengan Kapolres dan Kasat Reskrim Sukabumi. Saya percaya, proses hukum sedang berjalan dan akan ditangani secara profesional. Kita tidak perlu membesar-besarkan peristiwa ini, justru saat seperti inilah kita diuji, apakah kita bisa menjaga ketenangan dan merawat kerukunan,” ujar Frederik di Jakarta, Selasa (2/7/2025).

Seputar Peristiwa Sukabumi

Peristiwa berawal ketika sebuah rumah milik warga yang difungsikan sebagai tempat tinggal sekaligus tempat ibadah sementara menggelar kegiatan retret bagi sekitar 36 anak dan remaja. Warga setempat yang sebelumnya sudah menyampaikan keberatan karena kegiatan keagamaan dianggap belum mengantongi izin, akhirnya melakukan protes. Pada Jumat siang, 27 Juni 2025, situasi memanas hingga terjadi aksi perusakan terhadap bangunan dan sejumlah fasilitas di lokasi tersebut.

Polres Sukabumi yang menerima laporan segera bergerak cepat. Dalam waktu singkat, tujuh orang ditetapkan sebagai tersangka dan telah ditahan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya secara hukum.

Frederik Kalalembang yang merupakan mantan anggota Polri yang bertugas 35 tahun ini menegaskan bahwa proses hukum bukanlah satu-satunya jalan penyelesaian. Yang lebih penting, menurutnya, adalah menjaga suasana sosial yang harmonis dan memperkuat semangat hidup berdampingan secara damai.

“Saya pernah bertugas di Polres Purwodadi Polda Jateng, yang dikenal sebagai kota pesantren. Tapi justru di sana saya diterima dan didukung oleh para ustaz dan tokoh agama Islam karena saya bisa membaur, menghormati, dan menjalin persahabatan lintas iman,” ungkap anggota DPR RI dari Fraksi Demokrat ini.

Frederik juga mengisahkan, di berbagai daerah, rumah ibadah umat Kristen bisa berdiri dan beraktivitas tanpa persoalan karena hubungan baik antarwarga. Bahkan, karang taruna setempat ikut membantu menjaga keamanan dan mengatur parkir jemaat, meski mayoritas warga adalah Muslim.

“Inilah wajah Indonesia yang saya kenal, yakni toleran, saling jaga, dan saling bantu. Kalau ada bangunan yang belum berizin, kita bisa duduk bersama. Jangan dirusak, tapi dibina. Banyak saudara Muslim yang justru membantu membangun dan menjaga rumah ibadah saudara Nasrani, karena mereka sadar, hidup bertetangga itu saling menjaga, dan hidup rukun,” ujarnya.

Frederik berharap semua pihak dapat menahan diri dan menyerahkan penanganan kasus ini sepenuhnya kepada kepolisian.

“Saya percaya Polres Sukabumi akan bertindak adil dan profesional. Mari kita percayakan penegakan hukum kepada aparat, dan kita fokus membangun suasana damai di masyarakat,” tandasnya.

Frederik menambahkan bahwa peristiwa ini harus menjadi pengingat bagi semua, bahwa harmoni sosial tidak lahir dari kesamaan, tetapi dari saling pengertian dan penghormatan terhadap perbedaan. (int/idr)

  • Bagikan