PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID PACITAN – Partai Demokrat menggelar Retret Nasional Partai Demokrat yang diikuti seluruh kader digelar di Museum dan Galeri Seni SBY-Ani, Pacitan, Jawa Timur.
Retret ini bukan sekadar temu kader, tapi juga penajaman arah perjuangan menuju Pemilu 2029. Diketahui jika Pacitan merupakan kampung halaman dari mantan Presiden SBY yang juga pendiri Partai Demokrat.
Selama tiga hari penuh (4–6 Juli 2025), para pimpinan pusat, legislator, dan tokoh daerah bertemu, berdiskusi, dan menyerap arahan langsung dari Ketua Majelis Tinggi Partai, Jenderal TNI (Purn) Prof. Dr. H Susilo Bambang Yudhoyono, serta Ketua Umum Dr. Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Dalam suasana kekeluargaan dan strategis itu, muncul semangat baru dari kader-kader yang akan menjadi ujung tombak Demokrat di seluruh Indonesia. Salah satunya datang dari Irjen Pol (Purn) Drs. Frederik Kalalembang, anggota DPR RI dari Dapil Sulsel III, yang turut hadir dan memberikan refleksi pribadi.
“Banyak hal yang saya dapatkan selama tiga hari mengikuti retret ini. Kami mendengarkan langsung kepemimpinan dan pengalaman Pak SBY, serta strategi pemenangan dari Ketum AHY dan Ketua Fraksi Demokrat, Dr Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas). Semua itu menjadi bahan motivasi sekaligus penguatan kepemimpinan bagi kami para peserta,” ungkap Frederik.
Frederik mengisahkan, langkahnya masuk ke dunia politik sempat dipenuhi keraguan dari banyak pihak. Sebagai seorang jenderal Polri yang baru purnawirawan, keputusannya bergabung ke Partai Demokrat penuh dengan lika liku dan tantangan, tapi semua itu punya kalkulasi politik. Jadi mau saja tidak cukup tapi harus mau dan mampu.
“Sejak ingin masuk ke dunia politik, banyak yang menyangsikan saya bisa lolos lewat Partai Demokrat. Saat itu Demokrat sedang dirundung badai, yakni dugaan pembegalan partai oleh KSP Moeldoko, ditambah dinamika politik nasional di mana Mas AHY tidak jadi dipilih sebagai cawapres Anies,” terangnya.
Namun keyakinannya tak goyah. Ia merasa jalan politik bukan soal latar belakang, tapi soal niat dan persiapan yang matang.
“Saya tetap pada komitmen. Saya ingin menunjukkan kepada rekan-rekan, khususnya sesama purnawirawan, bahwa kita bisa berjuang secara bermartabat. Politik bukan sekadar keberuntungan, tapi soal konsistensi, kerja keras, dan strategi. Sebagai pemimpin yang dipegang dan dilihat itu adalah komitmen, sebab jika kita tidak komit dengan apa yang kita sampaikan maka lambat atau cepat kita akan ditinggalkan anggota,”tegasnya.
Frederik juga menceritakan bahwa setelah dirinya lolos sebagai anggota DPR RI, banyak rekannya dari angkatan TNI-Polri datang bertanya tentang rahasia suksesnya.
“Saya katakan kepada mereka, dalam politik itu tidak ada istilah kalah, yang ada hanyalah belum mendapat kesempatan. Sama seperti dalam pertempuran di dunia TNI-Polri, kuncinya adalah tiga kesiapan, yakni Siap Administrasi, logistik dan Operasional. Tapi jangan sampai cuma siap ‘SALAH’,” ujarnya.
Ia menambahkan, semua itu sudah ia siapkan jauh hari dengan pendekatan pribadi yang ia sebut Strategi JFK, Jaringan, Finansial, dan Keamanan. Soalnya tidak mudah berhadapan dengan incumben pada pileg 2014 lalu, Frederik tahu apa langkah yang akan dilakukan.
“Saya tidak datang tiba-tiba. Sejak masih aktif, saya sudah ikut membantu banyak teman pengusaha yang ingin maju ke parlemen. Jadi saya tahu betul medan ini. Maka saya bangun strategi sendiri yakni JFK. Dan ketika saya terjun, saya pakai strategi itu dengan penuh disiplin,” ungkapnya.
Lolos Murni, Ajak Purnawirawan Lain Bergabung
Frederik juga mengungkap bahwa dirinya boleh merasa bersyukur atas hasil Pileg 2024 lalu. Di antara banyak purnawirawan TNI-Polri yang mencoba masuk parlemen, hanya sedikit yang berhasil, dan ia termasuk di antaranya.
“Saya bersyukur karena dalam Pileg 2024 lalu, saya satu-satunya yang lolos secara murni dari jalur Partai Demokrat, tanpa status incumbent, bukan juga PAW. Bahkan ada beberapa rekan dari Polri yang justru tidak lolos. Saya katakan bahwa jangan menyerah apalagi putus asa karena tidak ada kegagalan dalam dunia politik. Tetapi yang ada adalah kesempatan yang tertunda, hanya perlu memperbaiki strategi,” ujarnya.
Namun, keberhasilan itu tidak lantas membuatnya puas. Ia justru menjadikannya sebagai panggilan untuk mengajak lebih banyak rekan sejawat ikut bergabung di jalur perjuangan yang sama.
“Ke depan saya mengajak teman-teman, baik dari TNI, Polri, maupun kalangan profesional, untuk maju melalui Partai Demokrat. Karena saya percaya, Demokrat adalah partai yang nasionalis, religius, dan demokratis. Ini rumah besar bagi siapa pun yang ingin berjuang secara terbuka dan bermartabat,” terangnya.
Strategi JFK dan Sinergi Menuju 2029
Frederik menekankan bahwa pendekatan JFK kini menjadi fondasi kerja politiknya, baik dalam menjangkau konstituen, memperkuat tim, hingga mengamankan loyalitas kader. Ia meyakini, strategi itu selaras dengan pesan dan arahan SBY, AHY, dan Ibas selama retret di Pacitan.
“Yang disampaikan oleh Pak SBY, Ketum AHY, dan Mas Ibas bukan sekadar arahan normatif. Itu strategi konkret yang bisa dikolaborasikan dengan pendekatan JFK. Kita perlu jaringan akar rumput yang kuat, pembiayaan yang sehat, dan pengamanan terhadap kader dari sabotase politik,” katanya.
Dari Pacitan Menuju 2029
Retret ini juga menjadi simbol kembalinya Partai Demokrat ke akar budaya. Bagi Demokrat, politik bukan hanya soal perebutan kekuasaan, tetapi juga membangun kepercayaan, moralitas, dan kesinambungan nilai.
Melalui momentum ini, Partai Demokrat tampak serius menata langkah menuju 2029 yaitu menggabungkan pengalaman, energi muda, dan kader baru yang berani menembus keraguan seperti Frederik Kalalembang.
Retret Demokrat di Pacitan memperlihatkan bahwa kemenangan politik bukanlah hasil instan, melainkan buah dari konsistensi visi, kesetiaan pada strategi, dan sinergi antar generasi. Frederik Kalalembang adalah salah satu cermin dari semangat itu, berani menempuh jalan berbeda, tapi tetap sejalan dalam cita-cita membangun bangsa.(int/idr)