Buku ‘Sastra Politik Kampus’, Berisi Curhat Civitas ‘Kampus Surya’, Ditulis Harmita Sari saat Kuliah S3 di Taiwan

  • Bagikan

PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, TAMARUNDUNG-- UPT Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Palopo (UMPalopo) melaksanakan bedah buku dengan tema "Membangun Budaya Literasi pada Era Digital 5.0" di Auditorium SaokotaE, Senin, 7 Juli 2025. Bertepatan dengan Hari Perpustakaan Nasional.

Tidak tanggung-tanggung, tiga buku sekaligus dibedah. Yakni buku berjudul "Sastra Politik Kampus" karya Harmita Sari PhD (dosen UMPalopo), "Kedatuan Luwu" karya Harisal A Latief (Wakil Ketua DPRD Palopo), dan "Psikologi Perkembangan Peserta Didik" karya Dr Abdul Kadir MPsi (dosen UMPalopo).

Dua di antaranya karya non fiksi yakni buku "Kedatuan Luwu" dan "Psikologi Perkembangan Peserta Didik". Sementara "Sastra Politik Kampus" merupakan karya fiksi. Isinya Curhat civitas Kampus Surya kepada penulis.

Disampaikan Harmita saat presentase di hadapan peserta, buku "Sastra Politik Kampus" ia tulis selama tiga tahun, saat kuliah S3 di National Dong Hwa University, Taiwan. Ia memanfaatkan waktu luang untuk menulis Curhatan civitas kampusnya, baik mahasiswa maupun sesama dosen. Alhasil, rangkaian Curhat tersebut menjadi buku setebal 321 halaman.

Pesan tersirat yang disampaikan Harmita kepada peserta yang dominan mahasiswa, isilah waktu luang dengan kegiatan literasi. Jangan sekadar 'nongki-nongki', scrol HP, yang membuat waktunya berlalu begitu saja.

Pemerhati Literasi, Ikhwan Ibrahim menanggapi buku "Sastra Politik Kampus". Menurutnya, walaupun tidak sama dengan buku "I Lagaligo", tapi ada mirip-miripnya. Sama-sama mengangkat kisah nyata yang ditulis dengan gaya sastrawi.

Misalnya, buku "I Lagaligo" merupakan kisah raja Luwu jaman dahulu kala, dimana Sawerigading sebagai tokoh sentralnya. Fakta-fakta yang dikisahkan dalam buku La Galigo masih ada sampai sekarang. Hanya karena ditulis dengan gaya sastrawi, sehingga sebagian kalangan menganggapnya mitos.

"Sastra Politik Kampus" juga ditulis dengan gaya sastrawi. Ketika Sukarni dalam buku ini, diceritakan sedang melakukan aksi demo, orasinya menggelegar sampai ke langit. Membuat burung-burung di pepohonan terbang. Di situlah sastranya.

Menurut feeling Ikhwan, tokoh-tokoh yang namanya disamarkan, latar belakang, serta alur ceritanya, sangat mirip dengan kondisi internal kampus UMPalopo. Sehingga diduga-duga, buku ini merupakan peristiwa-peristiwa nyata yang ditulis dalam bentuk karya fiksi.

Bagaimana keseruan ceritanya, selengkapnya baca bukunya. (ikh)

  • Bagikan