Dr. Asis Nojeng, M.Pd. menjadi narasumber materi Kearifan Lokal di MPLS SMP Telkom Makassar.
PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, MAKASSAR-- Hari kedua MPLS SMP Telkom Makassar 2025 yang bertema Sudah Beda Cerita menjadi bukti nyata bahwa sekolah bukan hanya soal belajar dari buku, tapi juga belajar tentang hidup. Dimulai sejak pagi, kegiatan diisi dengan semangat, tawa, refleksi hingga sorak-sorai kagum dalam sesi pengenalan ekstrakurikuler yang menjadi puncak penutup hari.
Suasana pagi dibuka dengan sesi baris-berbaris di lapangan oleh Polisi Militer Kodam XIV/Hasanuddin, yang bukan hanya melatih ketegasan dan kekompakan, tetapi juga melatih fokus dan kebersamaan. “Latihan baris itu seperti hidup, ada waktu harus berdiri tegak, ada waktu harus melangkah maju,” ucap salah satu siswa peserta MPLS saat istirahat, sambil menyeka peluh.
Setelah itu, siswa diarahkan ke Aula Kelas SMP Telkom Makassar untuk mengikuti sesi bertema Budaya Lokal: GPS Kehidupan Kita yang disampaikan oleh Dr. Asis Nojeng, S.Pd., M.Pd. atau akrab disapa Daeng Nojeng. Dengan gaya santai dan humor cerdas, Daeng Nojeng mengajak siswa menggali nilai-nilai lokal yang bisa menjadi kompas moral di era digital. Ia mencontohkan bagaimana budaya Bugis-Makassar mengajarkan etika tabe dan siri' na pacce sebagai dasar kesopanan, integritas dan empati. “Kalau kamu tahu arah, kamu tidak akan gampang tersesat oleh tren,” ujarnya sambil menunjuk ke layar TV berisi kutipan bijak dari budaya lokal. Aula Kelas pun hening sejenak, karena siswa menyimak, tersentuh dan berpikir.
Sesi dilanjutkan dengan games interaktif yang mengocok tawa dan semangat, dipandu oleh Mr. Husni Mubarak dan siswa OSIS MPK SMP Telkom Makassar. Permainan kelompok memecah suasana serius, mengajak siswa responsif dan berpikir cepat dengan endingnya semua tertawa ceria.
Tibalah sesi yang memancing banyak inspirasi “Ngomong Itu Seni, Bukan Sekadar Bicara” oleh Rifa Madjid, TV presenter muda yang membawakan materi dengan gaya kekinian. Ia tidak hanya berbicara, tapi juga mengajak siswa tampil ke depan, simulasi bicara di depan umum, hingga cara memperkenalkan diri yang menarik. "Berbicara bukan untuk didengar saja, tapi untuk menyentuh," katanya. Siswa ada yang berani tampil, ada yang masih malu-malu, tapi semuanya ikut terlibat.
Menjelang pukul 12.00 WITA, lapangan badminton SMP Telkom Makassar disulap menjadi arena pameran ekstrakurikuler, tempat siswa mengenal berbagai kegiatan di luar pelajaran yang menjadi bagian penting dalam perjalanan mereka di SMP Telkom Makassar.
Satu per satu, ekskul unjuk pesona. Tari Tradisional membuka dengan Gerak tari nan lembut energik, menyiratkan pesan bahwa budaya bukan barang tua, melainkan sesuatu yang bisa dibanggakan. Anggar menjadi ekskul yang paling “membuat wow”, dimana siswa diperlihatkan simulasi permainan dengan memakai masker dan pedang. Di sisi lapangan, eksul Panahan memikat banyak perhatian. Ada yang pertama kali memegang busur, mencoba membidik sasaran dan tersenyum bangga walau meleset.
Di pojok paling ramai, eksul Robotik menampilkan beberapa materi terkait robot yang mengikuti jalur garis hitam. “Ini bisa jadi kamu juga suatu hari bikin sendiri,” kata kakak kelas penuh semangat. Tak kalah ramai, ekskul fotografi membuka mini galeri hasil jepretan siswa, mengajak siswa baru memahami sudut pandang dan pencahayaan. Sementara futsal dan badminton tak hanya promosi, mereka langsung latihan ringan dan mengundang ketertarikan siswa baru ikutan. Ada juga ekskul English Club serta Vokal dan Paduan Suara.
“Saya gak nyangka ekskulnya sebanyak dan sekeren ini,” ujar salah satu siswa baru, Muhammad Putra Ardhana. “Tadinya saya pikir mau pilih futsal, tapi sekarang bingung karena semuanya seru!” Kegiatan hari kedua ditutup dengan makan bersama dengan penuh antusiasme, bukan kelelahan.
Di mata para siswa, terlihat bahwa MPLS bukan hanya pengenalan, tetapi pengalaman. Mereka tidak hanya tahu dimana sekolahnya, tapi juga mulai tahu siapa diri mereka sebenarnya dan ke mana mereka ingin tumbuh. Dengan perpaduan disiplin, budaya, komunikasi dan ruang eksplorasi minat, MPLS SMP Telkom Makassar hari kedua menjadi momentum yang memperkaya dimensi siswa sebagai pribadi. Hari ini mereka tidak hanya mengenal sekolah, tapi juga mulai mengenali diri sendiri. (*/uce)