Kemenag Wacanakan Perjalanan Haji Lewat Jalur Laut

  • Bagikan

PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID JAKARTA -- Bagi masyarakat Indonesia, perjalanan haji sudah berlangsung jauh sebelum negara ini merdeka.


Umat Islam di Nusantara sudah berhaji di masa lampau saat belum ada transportasi udara. Karena itulah perjalanan haji dilaksanakan lewat jalur laut menggunakan kapal.


Berhaji dengan perjalanan jalur laut itu disinggung oleh Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar. Informasi haji lewat jalur laut langsung mendapatkan respons beragam oleh publik.


Karena selama ini, pemahaman masyarakat modern bahwa berhaji termasuk umrah, menggunakan transportasi udara. Itu pun memakan waktu sekitar 10 jam penerbangan.


Nasaruddin menegaskan, penggunaan jalur laut untuk keberangkatan jamaah haji dan umrah Indonesia masih sebatas wacana.


Maka Kemenag belum dapat memastikan apakah moda transportasi laut dapat menjadi opsi tambahan di samping penerbangan untuk haji dan umroh.


"Itu masih dalam wacana, dalam wacana," ujar Nasaruddin Umar saat ditanya wartawan usai kick-off Annual International Conference on Islam, Science, and Society Plus (AICIS+) 2025 di Jakarta Pusat (9/7).


Kemenag sendiri sudah menyampaikan wacana haji lewat jalur laut tersebut kepada Pemerintah Arab Saudi. Sejauh ini, kemungkinan penggunaan jalur laut untuk perjalanan haji dan umrah masih terus didiskusikan dengan otoritas Kerajaan Saudi.

Menurut Nasaruddin, jika infrastruktur pendukung seperti pelabuhan dan sarana transportasi laut telah tersedia, maka penyelenggaraan haji dan umrah lewat laut dapat menjadi pilihan yang lebih terjangkau bagi masyarakat.


“Kalau memang itu persyaratannya terpenuhi, peluangnya sudah dibangun sekarang. Itu terbuka,” ucapnya.


Imam Besar Masjid Istiqlal itu menambahkan, model ini memungkinkan jamaah dari negara-negara di kawasan Asia, termasuk Indonesia, melakukan perjalanan haji melalui pelabuhan seperti Jeddah. Tanpa harus bergantung sepenuhnya pada penerbangan.


“Bukan hanya negara-negara kawasan yang dekat seperti Mesir, bahkan dari Indonesia dan Asia lainnya bisa mengakses (haji jalur laut),” jelasnya.


Nasaruddin menilai inisiatif ini tidak hanya membuka jalur baru bagi masyarakat. Tetapi juga akan memberikan nilai tambah bagi Arab Saudi. Terlebih, pendekatan baru yang diambil Saudi kini lebih terbuka terhadap berbagai inovasi dan investasi strategis.


“Saudi Arabia ini sekarang pendekatannya sangat bisnis, dengan konsultan dari Amerika. Ini betul-betul memanfaatkan potensi geografis Saudi Arabia,” ujarnya.


Nasaruddin juga menyinggung rencana modernisasi fasilitas ibadah di Tanah Suci. Seperti pembangunan Mina menjadi delapan lantai. Tidak ada lagi tenda-tenda di Mina seperti sekarang.


Kemudian ada pelebaran area Kabah (mataf) dan pengurangan bukit di sekitarnya. "Jalan layang juga akan ditambah. Ini membuka kemungkinan baru dalam pelayanan haji,” katanya.


Nasaruddin berharap dengan sistem baru ini, akses terhadap ibadah haji dan umrah bisa semakin inklusif bagi seluruh lapisan masyarakat. Baik bagi si kaya maupun miskin, di dalam dan luar negeri Saudi.(jpg)

  • Bagikan