PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID PAREPARE — Siapa bilang dapur cuma urusan rumah tangga? Di Kelurahan Watang Bacukiki, Kota Parepare, sekelompok perempuan kini menjadikan dapur sebagai pusat inovasi pangan sekaligus jalan menuju kemandirian ekonomi keluarga. Berkat dukungan PT Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi melalui Fuel Terminal (FT) Parepare, mereka mengikuti pelatihan diversifikasi produk olahan ikan bandeng presto yang menyasar dua kelompok strategis binaan FT Parepare: Kelompok UMKM Syahban Group dan Kelompok DASHAT (Dapur Sehat Atasi Stunting).
Kegiatan inovasi pangan ini melibatkan kelompok UMKM Cahaya binaan pertamina yang sudah lebih dahulu eksis dan bergerak di bidang industri oleh-oleh parepare dengan produk pilus ikan. Dalam pelaksanaannya UMKM Cahaya menjadi fasilitator pengajar dalam pengolahan ikan bandeng presto. hal ini tentunya juga mendorong penyebaran ilmu pengetahuan dan menjalin kolaborasi antar kelompok binaan.
Program ini tidak hanya mengolah ikan, tetapi juga membuka peluang usaha nyata. Ikan bandeng—komoditas laut andalan Sulawesi Selatan—dipilih karena gizinya tinggi dan mudah ditemukan. Melalui teknik presto, duri bandeng yang biasanya jadi kendala justru menjadi keunggulan: lunak, aman dikonsumsi, dan cocok sebagai MPASI (Makanan Pendamping ASI) bagi bayi dan balita.
Pelatihan yang digelar juga membekali para peserta dengan keterampilan pengemasan, strategi pemasaran, hingga manajemen usaha skala rumah tangga. Hasilnya, produk bandeng presto akan dikelola secara kolektif oleh kelompok perempuan ini untuk dipasarkan sebagai produk lokal yang berkualitas dan bergizi.
Lurah Watang Bacukiki, Nur Muhlisa, menyatakan apresiasinya terhadap program ini.
“Ini bukan sekadar pelatihan. Program ini menyentuh langsung dua persoalan penting di keluarga: gizi anak dan ekonomi ibu-ibu rumah tangga. Saya sangat mendukung,” ujarnya.
Sementara itu, Adhi Warsito, Fuel Terminal Manager Parepare, menegaskan bahwa pelatihan ini merupakan bentuk nyata komitmen Pertamina dalam memberdayakan perempuan dan komunitas lokal.
“Kami percaya bahwa potensi lokal akan berkembang jika diberi ruang dan pendampingan. Lewat pelatihan ini, kami ingin perempuan menjadi penggerak ekonomi keluarga sekaligus agen perubahan gizi di komunitasnya,” jelas Adhi.
Area Manager Communication, Relation, & CSR Sulawesi, Tengku Muhammad Rum, menyampaikan bahwa melalui sinergi antara Pertamina, pemerintah kelurahan, dan komunitas, pelatihan ini tidak hanya melahirkan produk pangan bergizi, tetapi juga menumbuhkan semangat gotong royong dan kemandirian dari tingkat paling dasar yaitu keluarga.
Program ini juga sejalan dengan komitmen Pertamina dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), antara lain:
• SDG 2 (Tanpa Kelaparan): Meningkatkan konsumsi makanan sehat berbasis lokal.
• SDG 5 (Kesetaraan Gender): Memberdayakan perempuan dalam kegiatan ekonomi produktif.
• SDG 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi): Mendorong usaha mikro berbasis komunitas.(rls/idr)