PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, BELOPA-- Perumda Tirta Latimojong (Perumda-TL) Kabupaten Luwu sebelum terjadi bencana banjir Mei 2024 lalu, memiliki menerapkan sistem gravitasi dengan pengambilan air permukaan di DAS Suso di Kecamatan Bajo Barat.
Saat ini DAS Suso dalam kondisi yang selalu keruh dimana diduga akibat ada aktivitas perkebunan dan pertambangan di Kecamatan Latimojong.
Akibat bencana banjir tersebut, fasilitas intake mengalami kerusakan parah dan sama sekali tidak bisa lagi digunakan. Kerusakan juga terjadi pada pipa distribusi yang selama ini dipasang di bantara sungai Suso, bukan ditanam di bahu jalan, sehingga setiap terjadi banjir besar, pipa distribusi mengalami kerusakan di terjang banjir.
Direktur Perumda Tirta Latimojong, Mardi SE kepada Harian Palopo Pos, membenarkan kerusakan intake Perumda Tirta Latimojong dua titik sekaligus.
"Awalnya kami memiliki dua intake, yaitu di Salumbu dan di Pakebangan Bajo Barat, serta 3 unit instalasi pengolahan di Desa Tumbubara. Namun akibat bencana banjir Mei 2024 lalu intake kami rusak dan tidak bisa digunakan sehingga kami menggunakan sistem pompanisasi untuk mengambil air menuju untuk dialirkan ke IPA di Tumbubara," ungkap Mardi.
Mardi mengatakan, meskipun saat ini menggunakan pelayanan sistem pompanisasi dengan biaya produksi yang besar, pihaknya tetap berupaya melakukan perbaikan dan peningkatan sistem pelayanan air bersih untuk melayani pelanggan.
"Saat ini kami mengupayakan membuka dua intake baru, yaitu intake dari Bonelemo Barat dan intake kedua yaitu diatas Desa Kadundung Latimojong. Hanya saja kita membutuhkan biaya besar untuk kedua intake ini hingga lebih dari Rp95 miliar. Makanya sangat dibutuhkan penyertaan modal dari Pemkab Luwu dan melalui APBN," kata Mardi.
Mardi menjelaskan, untuk tahap awal, pihaknya mengupayakan membangun intake dari Bonelemo Barat dan mengesampingkan intake dari atas Desa Kadundung.
"Biayanya lebih terjangkau jika kita mengupayakan intake di Bonelemo Barat, karena kita hanya membutuhkan instalasi pipa induk sepanjang 3,6 Km, anggaran yang dibutuhkan sekitar Rp5 sampai Rp6 miliar. Proposal pembangunan intake ini sudah kita siapkan," kata Mardi seraya menambahkan jika intake Bajo Barat biasa terealisasi, produksi air akan naik hingga 150 liter/detik.
Lanjut Mardi, untuk intake di atas Desa Kadundung perlu diupayakan. Hanya saja anggaranya cukup besar, karena harus membangun pipa induk sepanjang lebih 7 Km untuk mengaliri air ke IPA di Desa Tumbubara. Total untuk pembangunan intake diatas Desa Kadundung dibutuhkan anggaran hingga lebih dari Rp50 miliar. (and/ikh)
Rugi Rp3 M, Perumda-TL Butuh Penyertaan Modal Rp95 Miliar
