PALOPOPOS.FAJAR.CO.ID, JAKARTA-- Ada yang menarik dari pernyataan Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad. Apa itu? Ia menyebut bendera One Piece bisa memecah belah bangsa. Hal itu jadi sorotan mengingat Wakil Presiden Gibran Rakabuming pernah menggunakan pinnya saat debat Cawapres.
“Kalo One piece dianggap memecah belah persatuan, kenapa saat Gibran memakainya pak @sufmi_dasco diam aja?” kata Pegiat Media Sosial Chusnul Chotimah dikutip dari unggahannya di X, Sabtu (2/8/2025).
Menurutnya, pejabat pemerintahan mesti berhenti menuduh rakyat macam-macam. Seperti yang dilakukan di era Presiden ke-7 Jokowi.
“Ayo pak berhenti menuduh rakyat yang bukan-bukan, pemerintah sebaiknya terus lakukan perbaikan, stop lanjutkan kerusakan era Jokowi,” pungkasnya.
Sebelumnya, Dasco menanggapi hebohnya bendera One Piece jelang perayaan kemerdekaan RI. Ia menilai ada gerakan sistem asing memecah belah bangsa.
“Ya, itu ada gerakan sistematis untuk memecah belah kesatuan bangsa,” ujar Dasco, Kamis (31/7/2025) malam di kompleks parlemen, Jakarta.
Pernyataan itu disampaikan Dasco usai mendapat laporan jika ada pihak tertentu yang mencoba merusak suasana kebangsaan menjelang peringatan kemerdekaan.
Menurutnya, Indonesia sebagai negara besar kerap menjadi sasaran gangguan, termasuk dari kelompok yang tidak senang melihat kemajuan bangsa.
“Imbauan saya kepada seluruh anak bangsa mari kita bersatu, kita harus bersama melawan hal seperti itu,” lanjutnya.
Di sisi lain, foto Gibran saat menggunakan pin One Piece beredar di media sosial. Itu diketahui saat Gibran melakukan debat di Pilpres 2025.
Di foto yang beredar, Gibran mengenakan kemeja biru, khas tim Prabowo-Gibran kala itu. Lalu di bagian depan baju Gibran, ia memasang pin One Piece dengan ukuran kecil berlatar hitam.
Bendera One Piece yang viral tersebut menampilkan simbol khas kru bajak laut Topi Jerami.
Berupa gambar tengkorak mengenakan topi jerami dengan dua tulang disilangkan di belakangnya.
Simbol itu merupakan adaptasi dari bendera bajak laut Jolly Roger yang melambangkan perlawanan terhadap otoritas. (fajar)